Mai Apartment, NYC.
"Mel.."
"Hey, Amel!!"
"Ugh...apa sih? Apa kau tidak tahu aku sedang sibuk membereskan laporan ini, Cath?" gerutu perempuan dengan pandangan yang masih berfokus pada layar laptop yang ada dihadapannya. Amelia Kaylani Candrakirana — perempuan blesteran dengan kedua mata abu-abu yang jernih, rambut coklat panjang yang bergelombang dan bentuk wajah yang khas membuat paras perempuan ini terlihat sangat menawan Meskipun, dengan keadaannya yang seperti ini. Wajah perempuan tersebut terlihat lelah dengan kantong mata yang terlihat menghitam di bawah kedua matanya akibat terlalu sering bergadang tidak menutup kecantikan yang dipancarkan oleh perempuan yang ada di hadapan Cath yang merupakan sahabat baik Amel semenjak ia menginjakkan kaki di negeri paman sam ini.
"Lagian dari tadi aku sudah memanggilmu, Mels! Pekerjaan apalagi yang laki-laki tua menyebalkan itu berikan?" tanya Cath dengan nada kesal ketika melihat kondisi fisik sosok yang ada dihadapannya saat ini. Bagaimana bisa ia tidak khawatir dan kesal kepada anak yang satu ini ketika kondisinya yang sangat berantakan seperti ini?! Apakah perempuan dihadapannya ini tidak sadar bahwa ia bukan superwoman yang bisa kuat melakukan apapun tanpa istirahat sama sekali?
Perbedaan umur mereka yang cukup jauh memang membuat Cath seperti induk ayam yang sangat protektif dengan anaknya. Bagaimanapun juga Amel sudah seperti adik perempuan yang tidak Cath miliki dam melihatnya kelelahan seperti ini tentu saja membuatnya khawatir. "Biarkan aku membantumu, Mel. Kamu bisa istirahat dulu" tawar Cath untuk yang ke sekian kalinya.
Tentu saja untuk ke sekian kalinya Amel tolak tawaran Cath meskipun tawaran itu sangat mengiurkan saat ini. Sudah semalaman ia belum beristirahat sama sekali dan kalau di hitung sudah kurang lebih 48 jam ia belum beristirahat sama sekali. Meskipun matanya terasa berat dan seluruh tubuhnya terasa berteriak untuk memintanya beristirahat Amel masih belum bisa menuruti permintaan tersebut. Laporan yang ditugaskan oleh atasannya, Mr. Anderson masih belum ia selesaikan walaupun ia sudah mengerjakannya selama kurang lebih dua hari tanpa henti. Laporan ini mengenai hasil kinerja perusahaan dalam produksi dan hubungan kerja sama dengan semua supplier bahan dasar untuk produksi selama satu dekade. Bukan hal yang mudah sama sekali mengingat pada tahun-tahun awal semua data di simpan masih dalam bentuk hardcopy sehingga Amel harus mendata seluruh hasil produksi di tahun-tahun awal dan menyimpannya di komputer dengan mengetik ulang dari dokumen arsip yang bertumpuk-tumpuk dihadapannya ini.
Laki-laki tua kurang ajar!
Tugas yang diberikan kepadanya bukan tugas yang penting melainkan hukuman untuknya! Sudah lebih dari tiga kali Mr. Anderson berusaha menggodanya dan mengajaknya ke hotel. Dia pikir Amel perempuan murah yang akan menuruti semua permintaannya apa!?
"Kenapa kamu tidak keluar aja sih dari pekerjaanmu itu? Walaupun gaji yang diberikan lumayan tetapi, untuk resiko seperti ini bener-bener gak worth it" komentar Cath sambil membereskan seluruh dokumen yang tersebar di meja makan yang ada di apartemen Amel.
"Aku tahu, Cath. Kau pikir aku tidak mau? Sudah berkali-kali aku berusaha meminta persetujuan untuk keluar tetapi, selalu saja di bilang aku harus membayar uang kompensasi jika aku keluar dari pekerjaanku sebelum kontraknya habis. Aku tidak memiliki uang untuk membayar uang kompensasinya, Cath" gerutu Amel pelan sambil memijat kedua matanya perlahan. Seluruh bagian tubuhnya terasa lelah karena ia terlalu memforsir tubuhnya untuk bekerja menyelesaikan laporan ini.
Bayangkan saja ia baru di infokan mengenai laporan ini hari kamis dan Mr. Anderson ingin laporan itu selesai dan siap di distribusikan untuk rapat pada senin pagi. Ini sama saja dengan pembunuhan secara tidak langsung!
KAMU SEDANG MEMBACA
Forever Mine
Romance[FOREVER MINE COMPLETED] [HIGHEST: #1 on lovelife] [#32 in fiction] [#104 in bisnis] "Mr. Ramirez, lepaskan! Apa-apaan ini?! Aku tau kamu punya segalanya tapi, bukan berarti kamu seenaknya seperti ini!" "hey, apa kau dengar aku!? HEY LEPASKAN! BASTA...