F.M 56 - Didn't he know who he's dealing with?

19.7K 961 6
                                    



Gavin mengalihkan pandangannya kearah salah satu sosok laki-laki yang berada diantara mereka, laki-laki yang penuh dengan luka sayatan yang menatapnya dengan penuh ejekan yang sukses membuat ekspresi Gavin semakin menggelap. Perlahan Gavin bangkit dari posisi duduknya. Gerakan tubuhnya yang tenang dan tidak terburu-buru membuat setiap gerakan tubuhnya terlihat elegan seperti bangsawan. Perlahan Gavin berjalan mendekati orang-orang yang saat ini berusaha menggerakkan tubuh mereka untuk menjauh. Ekspresi horor memenuhi wajah mereka begitu melihat sosok Gavin berjalan kearah mereka.

"Wow...Gav? Disana kotor loh" ucap Dimitri mengingatkan Gavin namun, dapat di lihat kedua matanya menatap sosok Gavin dengan tatapan penuh ketertarikan.

"Wah, benar-benar baru kali ini aku melihat Sang Iblis turun tangan langsung" komentar Leo pelan sambil tersenyum tipis. Apa yang di lihat mereka saat ini merupakan suatu hal yang langka, yang tidak pernah terjadi sebelumnya. Melihat sosok Gavin yang biasanya sangat mempedulikan kebersihan dan sangat membenci hal-hal kotor untuk berjalan melewati lantai yang penuh genangan darah dan bau yang tidak sedap untuk di cium merupakan pemandangan yang tidak pernah ketiga laki-laki ini lihat sebelumnya.

Tubuh Gavin berhenti tepat di depan sosok laki-laki yang terduduk di lantai. Kedua mata hijau menatap Gavin dengan tatapan merendahkan seakan Gavin bukan merupakan sosok yang pantas untuk di jadikan saingan yang setara untuknya.

"Sepertinya kau tidak belajar dari 3 hari ini ya" ucap Gavin dengan nada dingin dengan tatapan tajam kearah sosok menjijikan dihadapannya. Ia masih mengingat jelas wajah ini ketika ia melihat rekaman CCTV Lighthouse malam itu. Laki-laki brengsek yang berusaha melecehkan kucing kecilnya.

"Cih. Kau pikir aku takut denganmu, hah? Gavino...Gavino...jangan mentang-mentang dengan mengambil alih Lighthouse kamu bisa melakukan hal sesuka kamu. Kamu tidak tahu, kamu berurusan dengan siapa" bentak Johanson dengan sikap arogan.

Tiga sosok laki-laki yang saat ini duduk di sofa saling bertukar pandang dan menatap sosok Johanson seperti sedang melihat orang bodoh ketika mendengar perkataan Johanson.

Apa...laki-laki ini sudah kehilangan otaknya?

Dia pikir dia siapa bisa berkata seperti itu kepada Gavin?

"Ada apa dengan orang gila itu?" gumam Rafael dengan nada mengejek yang kental terdengar dari cara bicaranya. Dimitri dan Leo yang mendengar ucapan Rafael hanya terkekeh pelan.

"Born with silver spoon. Enggak heran dia bisa searogan itu" jawab Dimitri sambil menggerakkan bahunya perlahan.

"Apa dia tidak tahu Gavin itu siapa?" balas Rafael sambil menatap sosok laki-laki yang penuh dengan kepercayaan diri berlebih itu sebelum menggelengkan kepalanya pelan.

Orang itu benar-benar bodoh, siapa sangka kepercayaan dirinya akan menjadi bumerang yang akan membuatnya kehilangan nyawa saat ini...

"Sepertinya tidak" jawab Leo sambil menegak whiskey yang tersisa di gelasnya. "Eh, apa kabar Diego? Bocah yang satu itu terlalu lama berada di Italia. Cepat suruh kembali kesini, Raf. Apa perempuan-perempuan Italia disana jauh lebih penting dibandingkan future sister-in-law?!" ucap Leo sambil menatap Rafael dengan kedua alis yang terangkat.

"Ah, benar juga. Dimana bocah kecil itu? Dunia entertainment sepertinya sudah membuatnya lupa sama kita semua" timpal Dimitri sambil menggelengkan kepalanya pelan.

"Ah, tentu saja sister-in-law lebih penting. Aku sudah menghubunginya dan dia langsung terbang balik kesini. Mungkin kalau prediksiku benar, sebentar lagi juga sampai" jawab Rafael dengan santai.

TO BE CONTINUED

#ForeverMineFacts:

Banyak orang kurang tahu arti dari kata born with a silver spoon. Terms itu digunakan untuk menunjukkan orang yang selama ini selalu hidup dalam kemewahan sejak lahir dan gak pernah ngerasain kesulitan sedikitpun.

Forever MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang