F.M 117 - Woke up in daze.

17.2K 777 21
                                    


Kedua mata abu yang sudah beberapa hari ini tertutup itu akhirnya terbuka secara perlahan. Kedua mata yang masih menatap dengan pandangan tidak fokus itu akhirnya berkedip untuk beberapa kali sebelum sepasang alis itu berkerut perlahan.

Gavin yang melihat situasi ini akhirnya beranjak dari posisinya dan berjalan mendekati sosok perempuan yang masih menatap keadaan sekitar dengan kondisi bingung. Duduk di pinggir tempat tidur, Gavin mengulurkan lengannya untuk mengelus pelan sisi wajah kucing kecilnya yang masih terlihat pucat saat ini.

"Merasa baikan?" tanya perlahan sambil memperhatikan setiap perubahan raut wajah yang terjadi dari wajah kecilnya.

"Mmm...dimana aku?" gumam Amel lirih. Pandangannya masih belum terlihat sadar sepenuhnya.

"Kamar tidurmu" jawab Gavin pelan.

Kedua mata abu itu akhirnya menatap langsung kearah sosok Gavin sebelum ia mengerutkan dahinya perlahan. "Apa yang terjadi?" tanyanya masih dengan nada yang sama.

Mendengar pertanyaan itu membuat Gavin terdiam untuk beberapa saat sebelum mengelus pipi perempuan mungil yang saat ini terbaring dengan lemah dihadapannya. "Kamu tidak ingat?" ucap Gavin balik bertanya kearahnya membuat kerutan dahi pada wajah kecil itu terlihat semakin mendalam.

"Mmm...entahlah...aku pusing dan...apa yang terjadi selanjutnya?" jawab Amel dengan nada bingung.

"Demam. Kamu demam tinggi sampai-sampai tidak sadar selama 2 hari ini" ucap Gavin perlahan.

"Benarkah? Mmm...lama sekali" jawab Amel lirih sambil mengedipkan matanya perlahan sebelum ia menatap kearah jendela kamar tidur yang berada tidak jauh dari posisinya saat ini.

"Sudah sore?" tanyanya perlahan sebelum berusaha bangun perlahan namun, dengan sigap langsung di tahan oleh Gavin dengan ekspresi serius.

"Jangan terlalu banyak bergerak tubuhmu masih lemah, Kira" ucap Gavin dengan suara kaku. Berbicara dengan lembut bukan, sesuatu yang pernah Gavin lakukan sebelumnya sehingga ketika ia mencoba malah terdengar kaku dan aneh.

Mendengar suaranya sendiri yang terdengar aneh malah membuatnya mengerutkan dahinya perlahan.

"Mhmm...Apa yang kamu lakukan disini?" tanya Amel perlahan ketika menyadari bahwa saat ini ia kembali berada di dalam kamarnya.

"Tsk, tsk. Perempuan tidak tahu terima kasih. Kau pikir apa yang kakakku lakukan disini?" suara yang dipenuhi oleh nada sarkastik.

Mendengar suara tersebut tanpa sadar membuat Amel mengerutkan kedua alisnya sebelum mengarahkan pandangannya kearah sumber suara tersebut. Ia dapat melihat sosok laki-laki dengan setelan jas navy blue lengkap yang saat ini duduk di salah satu sofa yang berada tidak jauh dari posisi tempat tidurnya saat ini.

Siapa? pikirnya dalam hati menyadari sosok asing yang saat ini berada di dalam kamarnya. Tunggu dulu...ka...kakak? pikirnya sebelum kedua mata itu membelalak kaget. Tanpa sadar ia mengalihkan pandangannya kearah Gavin yang saat ini sibuk menatap tajam kearah sosok laki-laki tersebut.

"Kakak?" ucap Amel pelan lebih kearah pertanyaan daripada sebuah pernyataan.

"Mhm. Adikku. Diego Ramirez" jawab Gavin pelan sambil melanjutkan tindakannya untuk mengelus lembut permukaan pipi Amel.

Ujung bibir Diego berkedut dengan keras melihat situasi aneh ini.

Dimana kakaknya yang dingin dan keren itu!?!? Siapa laki-laki dihadapannya ini!!

"Kau mempunyai seorang...adik?" tanya Amel dengan dahi yang berkerut samar seakan informasi yang baru saja didapatnya ini adalah hal paling aneh yang pernah ia dengar.

Tentu saja dia punya! Aku! Aku adiknya! Ada apa dengan ekspresimu yang seperti itu!? teriak Diego dalam hati sambil menyipitkan kedua matanya kearah Amel yang masih sibuk mengolah apa yang baru saja di dengar olehnya.

Ketika Diego ingin membuka mulutnya untuk menjawab pertanyaan Amel, ia merasakan tatapan seseorang yang membuatnya tanpa sadar mengerutkan dahinya perlahan. Diego segera mengarahkan pandangannya kearah pemilik tatapan tersebut dan apa yang dilihatnya saat ini benar-benar membuatnya tertegun untuk beberapa detik. Dua kali Diego melihat sosok perempuan ini dan saat ini adalah pertama kalinya ia benar-benar melihatnya. Pertama kali mereka bertemu, tangan kakaknya yang ternyata memiliki naluri posesif itu sibuk melindungi perempuan ini sehingga ia kesulitan untuk melihat paras perempuan ini dan waktu lainnya adalah ketika perempuan ini tertidur karena demam yang menyerang tubuhnya.

Memperhatikan paras perempuan ini secara jelas membuatnya tertegun untuk beberapa saat. Kedua mata abu itu terlihat begitu besar dan jernih seperti sepasang mata kucing yang membuatnya terlihat menggemaskan. Belum lagi parasnya yang menambah kesan pertama yang ia rasakan tersebut namun, yang menarik perhatiannya adalah sepasang mata abu tersebut menatapnya dengan penuh kekesalan yang sukses membuat wajahnya yang tadinya terlihat seputih kertas dan sarat akan kehidupan saat ini menjadi terlihat lebih hidup karena sepasang mata tersebut.

Apa yang kakaknya lakukan sampai bisa bersinggungan dengan anak kucing seperti ini?

Diego melangkahkan kakinya untuk mendekati posisi Gavin dan perempuan ini sebelum mengulurkan tangannya kearah sosok tersebut. "Diego Ramirez. Kamu?" ucapnya dengan nada angkuh.

Ia dapat melihat perubahan yang terjadi pada sosok perempuan ini. Kedua matanya yang mentapnya penuh dengan kesal dengan ekspresi wajah yang benar-benar menunjukkan ketidaksukaan kepadanya secara terbuka. Cih, apa yang kakaknya lihat dari sosok yang mudah di tebak seperti ini? Udah gitu, mana lemah banget pula runtuknya dalam hati.

"Bukankah aku cuma perempuan gak tahu terima kasih? Buat apa berlagak ingin kenalan? Memangnya kita sedekat itu?" balas Amel dengan nada mencibir.

This damn....little witch!!!!!

Dia pikir dia siapa!? Sedari kecil ia selalu mendapatkan perlakuan istimewa! Semua orang segan kepadanya dan kakaknya, semua orang hormat kepadanya dan...dan...dan perempuan ini...benar-benar!!!!

Good. Very good.

Diego langsung mengarahkan pandangannya kepada sosok sang kakak yang masih memperhatikan perdebatan mereka berdua dengan tatapan polos seakan tidak mengetahui apa yang terjadi. Kedua mata biru itu menatap Gavin dengan tatapan penuh tuduhan seakan berkata "Dari mana kau menemukan perempuan seperti ini sih!!?"

"Bersikap baiklah, Diego" ucap Gavin dengan nada dingin yang langsung di balas dengan tatapan penuh emosi kearahnya.

BERSIKAP BAIKLAH?!

Brother, tidakkah kamu bisa melihat siapa yang seharusnya bersikap baik!!??

Tanpa mengutarakan sepatah katapun, semua orang yang melihat ekspresi wajah Diego saat ini sudah dapat menebak apa yang ia pikirnya saat ini.

Tatapan penuh rasa dikhianati Diego hanya di balas dengan sepasang alis yang terangkat sempurna dari lawan bicaranya. Ekspresi Gavin saat ini seakan berkata "She's your sister-in-law, everything she said is right"

Pfffft!!

Rasanya Diego sebentar lagi ia akan meledak karena melihat ekspresi menyebalkan sang kakak.


TO BE CONTINUED

Forever MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang