Kedua mata Amel membelalak kaget begitu mendengar nada dingin Gavin ketika berbicara padanya. Seluruh tubuhnya gemetar karena rasa takut yang tiba-tiba menyelimuti seluruh tubuhnya. Oh...Tuhan, laki-laki ini benar-benar mengerikan...pikir Amel dalam hati namun, ketika Amel mendengar ucapan laki-laki ini pandangannya perlahan mengarah kepada posisinya saat ini. Memang benar saat ini ia benar-benar berada di ujung kasur bahkan, ia dapat merasakan sebagian tubuhnya sudah melayang tanpa tumpuan. Merasakan itu dengan cepat Amel kembali memperbaiki posisi duduknya.Pandangannya terus berfokus kepada tempat tidurnya saat ini, seakan tempat tidurnya saat ini merupakan pemandangan paling menarik yang pernah ia temui.
Jangan kontak mata dengannya ucap Amel dalam hati dan terus mengulangnya berkali-kali seakan kalimat tersebut adalah sebuah mantra yang harus ia ingat selalu. Suaranya aja dingin gimana kalau Amel menatap matanya? Mungkin tiba-tiba ia bisa berubah menjadi es batu.
Menyadari bahwa perempuan dihadapannya ini tidak menatap langsung kearahnya membuat Gavin tanpa sadar mengerutkan alisnya. Kilatan kekesalan terlihat jelas di kedua matanya yang sukses membuat jantung Butler Cheng dan Vina yang berada di sisi ruangan bergedup dengan kencang dibuatnya. Dengan cepat Gavin berjalan mendekati sisi kucing kecil yang terlihat menyedihkan tersebut sebelum meraih rahang kecilnya. Memaksanya untuk menatap langsung kearah kedua mata birunya yang menatapnya dengan tajam. Gavin dapat merasakan tubuh kucing kecilnya saat ini menegang ketika merasakan kontak fisik yang terjadi diantara mereka. Melihat ekspresi samar wajah Amel yang menunjukkan ketidaknyamanan tanpa sadar membuat hati Gavin terasa seperti di remas.
Ia benar-benar tidak menyukai perasaan tidak nyaman ini.
Seakan rasa sakit yang dirasakan Amel juga membuatnya merasakan rasa sakit yang sama. Seakan ia tidak ingin siapapun menyakiti kucing kecilnya ini.
Tanpa sadar Gavin merenggangkan genggamannya namun, tidak melepasnya sama sekali. Saat ini Gavin menggenggam rahang Amel dengan tenaga yang terbilang cukup lembut namun, hal itu sepertinya tidak begitu dipedulikan oleh Amel karena saat ini kedua mata abunya yang jernih itu menatap kearaha Gavin dengan tatapan penuh amarah.
Kedua matanya seakan menyala dengan emosi yang menggebu-gebu membuat tampangnya saat ini benar-benar sangat menggoda.
Tunggu, apa yang ia pikirkan coba?
Sejak kapan Gavin mempedulikan penampilan orang? Apalagi perempuan?
Merasa kesal dengan pikirannya sendiri membuat suasana hati Gavin semakin memburuk. Kedua mata biru tersebut menatap langsung kearah manik mata Amel. Tatapan penuhi iritasi dan kekesalan terlihat jelas dari kedua mata tersebut namun, sama sekali tidak mengubah tenaga yang ia gunakan untuk memegang rahang perempuan mungil dihadapannya saat ini.
"Another tantrum?" ucap Gavin dengan nada berat sambil memperhatikan ekspresi yang berubah dengan cepat pada wajah kecil Amel.
TO BE CONTINUED
#CurhatanKana:
AAAAA Maaafkan kana untuk chapter ini pendek bangeeet kana lagi rapihin kalau terlalu panjang dia pemotongan ceritanya jadi gak rapih HEHEHE jadinya khusus chapter ini agak pendek mohon maklumi yaaa semuanya!
KAMU SEDANG MEMBACA
Forever Mine
Romance[FOREVER MINE COMPLETED] [HIGHEST: #1 on lovelife] [#32 in fiction] [#104 in bisnis] "Mr. Ramirez, lepaskan! Apa-apaan ini?! Aku tau kamu punya segalanya tapi, bukan berarti kamu seenaknya seperti ini!" "hey, apa kau dengar aku!? HEY LEPASKAN! BASTA...