Tanpa mempedulikan seluruh tatapan yang menatapnya dengan horor dan kondisi mengenaskan Johanson yang berada di tengah ruangan, Gavin dengan santai meraih handuk basah yang berada di atas meja untuk membersihkan tangannya yang penuh dengan darah lalu meraih cairan hand sanitizer untuk membersihkan tangannya dan meraih handuk kering untuk mengeringkan tangannya. Semua hal itu Gavin lakukan dengan fokus seakan apa yang ia lakukan saat ini adalah hal terpenting yang harus ia lakukan.Um...Gav, kita mohon ucapkan sesuatu!!!
Atmosfer ruangan ini benar-benar membuat kita sulit bernafas! Apa kau akan mengamuk lagi atau kau sudah berada di kondisi tenang!? Kita semua masih tertekan menunggu reaksimu!
"Tell Uncle Cheng, prepare new clothes" ucap Gavin sambil terus membersihkan tangannya. Jack yang sedari tadi menatap Gavin dengan tatapan penuh waspada tersentak kaget ketika mendengar ucapannya.
"Baik bos" jawabnya singkat sebelum meninggalkan ruangan untuk segera menginformasikan Butler Cheng.
Bunyi pintu yang tertutup setelah Jack keluar meninggalkan ruang bawah tanah tersebut membuat ruangan tersebut kembali di selimuti oleh keheningan. Untuk beberapa tidak ada yang berbicara. Bahkan, Rafael dan Leo yang biasanya selalu berisik saat ini terlihat diam. Kedua mata mereka saling bertukar pandang sebelum mencuri-curi kesempatan untuk melirik kearah Gavin dengan tatapan penuh waspada. Bunyi ponsel Gavin memecahkan keheningan ruangan tersebut, suara panggilan masuk tersebut membuat Gavin mengerutkan dahinya perlahan sebelum menatap layar ponsel tersebut. Kilatan yang sulit diartikan terlihat di kedua mata Gavin ketika ia menatap layar ponsel yang digenggamnya sebelum menjawab panggilan yang masuk tersebut.
"Hm" ucapnya singkat untuk menandakan bahwa ia mendengarkan suara yang berada di ujung panggilan tersebut.
"Elder cousin, cepat kembali ke Mansion!! Kucing kecilmu sudah mulai menandakan perubahan. Kemungkinan besar beberapa saat lagi kucing kecilmu akan bangun!!" ucapan semangat dari Yun Sheng membuat ekspresi yang sulit diartikan terlihat jelas di wajah Gavin sebelum ia menutup panggilan tersebut.
"Kalian lanjutkan. No mercy" ucapnya singkat sebelum berjalan meninggalkan ruangan tersebut tanpa mempedulikan ekspresi dari keempat laki-laki yang menatapnya dengan tatapan yang sulit dijabarkan.
Setelah beberapa saat Gavin meninggalkan ruangan tersebut untuk pertama kalinya Leo menyandarkan tubuhnya kearah punggung sofa sambil menghela nafas dengan keras.
"God damn it, guys. Ini pertama kalinya aku lihat Gavin seperti ini" ucap Leo pelan sambil memejamkan kedua matanya pelan.
"Well, apalagi aku. Aku ini sepupunya! He's my elder cousin yet, aku tidak pernah melihat sisi Gavin yang seperti ini sebelumnya. Ini jauh lebih parah dari pada waktu-waktu kita membersihkan hama-hama sialan. Bahkan ini pertama kalinya aku melihat banyak perubahan emosi pada wajah dingin Gavin" timpal Rafael sebelum menghela nafas keras. Rasanya beban batu yang menekan tubuhnya terangkat sudah ketika Gavin meninggalkan ruangan ini.
"Iya. Gavin tadi benar-benar kehilangan kesabarannya. Sosok yang selama ini selalu berada di bawah kontrol benar-benar kehilangan kontrolnya tadi. Mengerikan bukan? Ini pertama kalinya kita melihat Gavin seperti ini"
"Anggap saja ini peringatan untuk kita. Jangan pernah memancing sisi gelap Gavin. Atau...well, we're done for" ucap Dimitri pelan sambil menatap kearah Johanson yang masih tergeletak diantara genangan darahnya dengan tatapan rumit. "Hanya Little Amelia yang bisa membuat Gavin seperti ini" lanjutnya yang diikuti oleh anggukkan kedua laki-laki lainnya.
Yep.
Only her.
TO BE CONTINUED
KAMU SEDANG MEMBACA
Forever Mine
Romance[FOREVER MINE COMPLETED] [HIGHEST: #1 on lovelife] [#32 in fiction] [#104 in bisnis] "Mr. Ramirez, lepaskan! Apa-apaan ini?! Aku tau kamu punya segalanya tapi, bukan berarti kamu seenaknya seperti ini!" "hey, apa kau dengar aku!? HEY LEPASKAN! BASTA...