Mai Apartment, NYC.Suara berpasang-pasang langkah kaki menggema di telinga Amel membuatnya yang sedari tadi berlari di tengah kegelapan di selimuti oleh rasa panik.
Shit. Shit shit shit shit shit shit.
Makian dalam hatinya tidak kunjung berhenti ketika merasakan langkah kaki yang mengejarnya semakin mendekat. Rasa khawatir menyelimuti tubuhnya. Pandangannya bergerak dari arah depan kearah kiri dan kanan dengan gelisah.
Pohon.
Hanya ada pepohonan yang mengelilinginya tetapi, rasanya seperti ia merasakan beberapa pasang mata mengawasinya dari pepohonan yang mengelilinginya saat ini.
Pepohonan yang seharusnya memberikan perlindungan malah memberikan rasa panik yang berlipat ganda.
Ketika Amel merasakan langkah kaki yang semakin mendekat dari segala arah tangan Amel tanpa sadar meraih benda hitam yang tersembunyi diantara ikat pinggang celana yang dikenakannya saat ini. Sebuah belati berada di dalam genggamannya terlihat berkilau ketika terkena pancaran bulan purnama yang bersinar terang seakan menjadi saksi di malam yang kelam ini.
Tubuh Amel siap untuk menghadapi sosok yang mengejarnya ketika sebuah kekuatan besar menabrak tubuhnya tiba-tiba membuat tubuhnya terpental beberapa meter dari posisinya berada sebelumnya.
Seluruh badannya terasa sakit karena hantaman yang ia rasakan, Amel dapat merasakan darah memaksa keluar dari mulutnya membuat Amel terbatuk untuk sesaat. Pandangannya berbayang ketika ia melihat keadaan sekitar.
Dadanya terasa nyeri membuat Amel mengambil kesimpulan pahit bahwa ia memiliki beberapa tulang rusuk yang patah Atau bahkan retak? Setiap ia mengambil nafas rasa sakit menyerang langsung menyerang seluruh tubuhnya membuat Amel meringis kesakitan.
Sebuah bayangan hitam perlahan mendekatinya membuat Amel tanpa sadar menyipitkan matanya.
Berusaha memfokuskan pandangannya.
Sepasang sepatu pantofel dengan desain khusus yang sudah Amel hafal terlihat dihadapannya membuat seluruh darah dalam tubuh Amel membeku seketika.
Sepatu pantofel yang sangat familiar.
Rasa ketakutan mengguyur seluruh tubuh Amel seperti air dingin yang di tumpahkan kearahnya.
"Hello, baby darling"
"AAAAAAAAAAAH!!!!" teriakan penuh ketakutan itu menggema di seluruh apartemen sebelum di gantikan oleh suara nafas terengah-engah dari sosok perempuan yang terduduk di atas tempat tidurnya. Seluruh tubuh Amel bergetar hebat dengan keringat dingin yang membasahi tubuh mungilnya. Tangannya yang saat ini bergetar perlahan terangkat untuk menggenggam dadanya dengan usaha untuk mengatur degup jantungn yang berdetak tidak karuan.
Shit.
Amel masih berusaha memfokuskan pandangannya ketika melihat kearah sekitarnya dengan tatapan waspada seakan takut tiba-tiba ada sesuatu yang akan menyerangnya. Ketika menyadari bahwa keadaan apartemennya masih baik-baik saja tanpa, ada hal yang aneh Amel menghembuskan nafas lega.
Mimpi itu lagi...
Hah, mau sampai kapan mimpi ini terus berlanjut...
Sialan.
Perlahan Amel bangkit dari tempat tidurnya dan berjalan menuju dapur untuk membuat teh hangat kesukaannya. Satu-satunya hal yang membuatnya tenang ketika ia dihantui oleh mimpi buruk. Kejadian ini merupakan hal yang biasa terjadi untuknya, hampir setiap malam dalam beberapa tahun terakhir mimpi buruk itu selalu datang menghantuinya. Gambaran mimpi buruk itu juga beragam tidak selamanya mengenai satu kejadian saja dan hal itu membuat Amel hanya bisa menerima dengan berat hati. Sangat berat hati kalau Amel bisa tambahkan. Mau bagaimana lagi? Bukan Amel yang mengatur mimpikan?
Padahal ia sudah mengkonsumsi berbagai jenis obat tidur untuk membantunya beristirahat tetapi, sepertinya semuanya sama sekali tidak berpengaruh apapun. Mengingat hal ini membuat Amel tersenyum getir. Rasanya ia ingin protes ke seluruh pabrik obat yang memproduksi obat tidur dan berteriak di hadapan mereka dan berkata "Obat kalian tidak efektif!! Balikin uangku!"
Amel menggelengkan kepalanya pelan sebelum menyesap gelas teh yang dipegangnya dan duduk di salah satu kursi di meja makan sebelum mengalihkan pemandangannya kearah sisi jendela yang memiliki pemandangan kota New York dengan tatapan kosong.
Cuaca malam ini di kota New York terlihat sangat buruk. Awan gelap menyelimuti seluruh kota dengan hujan deras dan petir yang menggelegar di seluruh penjuru kota membuat seluruh warga New York memutuskan untuk berdiam di rumah ataupun meneduh di salah satu tempat yang menyediakan perlindungan, baik itu restoran, bioskop ataupun café. Jalanan kota yang biasanya di penuhi oleh mobil-mobil yang berlalu lintas sehingga menyebabkan kemacetan saat ini terlihat kosong. Seluruh siaran televisi di penuhi oleh beirta cuaca yang memperingati seluruh warga untuk tetap tinggal di tempat aman dan berhati-hati.
Hujan, sunyi dan kesendirian. Tiga kombinasi ini sukses membuat pikiran Amel melayang kearah yang tidak ia inginkan. Tanpa sadar ia memejamkan matanya perlahan berusaha menghilangkan bayangan memori yang tidak ingin ia ingat.
Haaa...
Sepertinya tidak ada kata "tidur" lagi untuknya...
TO BE CONTINUED
kurang lebih ini interior kamar tidur Amel.
#FactForeverMine:
Amel itu anaknya nature-oriented untuk semua hal baik itu tanaman ataupun hewan peliharaan. Apartemen tempatnya tinggal saat ini enggak bisa di bilang besar, bahkan tergolong lumayan kecil tapi, walaupun dengan space kecil Amel mampu ngubah apartnya jadi terlihat lebih hangat apalagi dengan sentuhan tanaman. Amel literally obssesed with plant. Tanaman tuh hampir bisa ditemuin di seluruh pojokan rumah saking obsesnya tapi, taneman itu juga yang ngebuat apart Amel terlihat lebih nyaman, homey atmosphere dan hangat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Forever Mine
Romance[FOREVER MINE COMPLETED] [HIGHEST: #1 on lovelife] [#32 in fiction] [#104 in bisnis] "Mr. Ramirez, lepaskan! Apa-apaan ini?! Aku tau kamu punya segalanya tapi, bukan berarti kamu seenaknya seperti ini!" "hey, apa kau dengar aku!? HEY LEPASKAN! BASTA...