"Rafa" suara berat itu terdengar ditelinganya sukses membuat Rafael mendadak menegakkan punggungnya tanpa sadar. Ada apa ini? Kenapa tiba-tiba memanggil namanya? Padahal biasanya selalu to-the-point ngomongnya dan sekarang malah basa basi dengan memanggil namanya? Apakah ia melakukan kesalahan? Tapi, apa? Selama beberapa bulan terakhir kinerjanya sangat baik terutama divisi yang berada dibawah arahannya, jadi kenapa tiba-tiba meneleponnya? Sejuta pertanyaan berputar dikepalanya ketika mendengar suara berat tersebut. Tanpa sadar rasa panik merayapi hatinya.
"Gavin" ucapnya sambil menahan rasa gugup yang dirasakannya. Walaupun Gavin merupakan sepupunya, saudara yang masih memiliki hubungan darah dengannya, ketegasan Gavin dan aura dinginnya tetap mampu membuatnya gelisah. Meskipun mereka tumbuh bersama, tetap saja kadang Gavin selalu membuatnya panik dengan sikapnya yang dingin itu.
"Dimana?"
"Upper east side"
"My office. 30 minutes." Jawab Gavin singkat sebelum memutuskan sambung teleponnya.
Whaaatt??
Rafael tertegun untuk beberapa saat sebelum kepanikan memenuhi seluruh hatinya. Tuhan, kesalahan apa yang ia lakukan sampai-sampai membuat Gavin menyuruhnya kembali ke kantor? Ini pertama kalinya Gavin menanyakan keberadaannya dan menyuruhnya untuk menghadap ke ruangannya jerit Rafael dalam hati.
I'm doomed, absolutely doomed. Goodbye world, goodbye my comfortable bed, Goodbye my bright future, Goodbye the love of my life.
Dengan segera Rafael memberitahukan masalah tersebut kepada Ivanna. Berbeda dengan reaksi Rafael, ketika Ivanna mendengar berita tersebut kedua matanya berbinar penuh semangat. "Bagaimana jika aku ikut ke kantormu? Mungkin saja aku bisa membujuknya agar tidak begitu marah kepadamu karena kamu menemaniku hari ini?" ujar Ivanna dengan penuh harap.
What? Woman, are kidding me? Are you tired of living?
Keadaan genting seperti ini dan perempuan dihadapannya malah ingin berhadapan langsung dengan Gavin, itu sama aja dengan mengantarkan domba ke mulut serigala!!! Bunuh diri!!!! Memikirkan kemungkinan yang akan terjadi saja sudah membuat Rafael merinding dibuatnya.
"Untuk sekarang sepertinya akan susah, darling. Gavin benar-benar tidak begitu baik suasana hatinya, ia bahkan sampai menyuruhku untuk kembali dalam waktu 30 menit. Lebih baik aku saja yang menghadapinya. Bagaimana kalau aku mengantarmu kembali dulu ke apartemenmu? Atau kau ingin aku antar ke agensi?" tolak Rafael dengan halus sambil menawarkan untuk mengantarkan Ivanna pulang. Mendengar penolakan itu tatapan berbinar Ivanna meredup, namun tentu saja ia mengerti. Mungkin keadaan perusahaan memang lagi tidak baik sehingga, Rafael benar-benar terlihat gelisah saat ini. Akhirnya mereka berdua langsung kembali ke mobil dan Rafael segera mengantarkan Ivanna ke apartemennya dan dengan menekan pedal gasnya mobil Rafael langsung melesat kearah kantor dengan Rafael yang merasa cemas.
For heaven's sake, let me through this. Don't let me die today. Please God!
***
75th floor, Ramirez Coorporation, NYC.
Dengan langkah tergesa-gesa Rafael berjalan menuju ruangan Gavin namun, langkahnya melambat ketika ia melihat sosok Steve yang sedang sibuk mengerjakan dokumen yang tertumpuk di mejanya. Merasakan kehadiran seseorang yang melangkah menuju mejanya membuat Steve mengalihkan pandangannya dari dokumen yang dipegangnya.
"Dearest Jiro, tolong beritahu aku sebelum masuk dan bertemu dengan kematianku. Kesalahan apa yang aku perbuat saat ini hingga president kita mengharapkan kehadiranku di ruangannya?" tanya Rafael dengan nada memelas membuat Jiro menatapnya bingung.
Apakah ada hal yang darurat? President Ramirez sama sekali tidak memberitahunya apapun..
"Maafkan saya Direktur Ramirez saya sendiri kurang mengerti alasannya President Ramirez mencari anda, silahkan masuk, Direktur Rafael" ucap Jiro dengan sopan sambil membukakan pintu untuk Rafael agar dapat memasuki ruangan Gavin.
Bagaikan raja yang duduk di singgahsananya, Gavin dengan penuh aura dominasinya duduk di kursi kulit mewah dengan kualitas terbaik yang berada tepat di tengah-tengah ruangan saat ini. Cahaya matahari yang masuk melewati jendela floor-to-ceiling yang menyinari ruang kerjanya membuat sosok Gavin terlihat bagaikan siluet gelap yang dikelilingi oleh aura dingin yang mampu membuat Rafael merinding dibuatnya. Bahkan ketika Rafael memasuki ruangannya saja ia sudah dapat merasakan aura laki-laki tersebut. Ruangan dengan desain minimalis yang di dominasi warna hitam dan abu-abu tersebut melambangkan ketegasan, kepraktisan dan efesiensi pemilik ruangan tersebut dalam menjalankan pekerjaannya.
TO BE CONTINUED
KAMU SEDANG MEMBACA
Forever Mine
Romance[FOREVER MINE COMPLETED] [HIGHEST: #1 on lovelife] [#32 in fiction] [#104 in bisnis] "Mr. Ramirez, lepaskan! Apa-apaan ini?! Aku tau kamu punya segalanya tapi, bukan berarti kamu seenaknya seperti ini!" "hey, apa kau dengar aku!? HEY LEPASKAN! BASTA...