F.M 84 - He's an enigma.

20.5K 965 12
                                    



"Batukmu tidak berhenti, Kira. Kamu tiduran. Nathanael akan segera datang" gumamnya pelan sambil mengelus pelan punggung kecil Amel.

Perlahan Amel menggelengkan kepalanya sebelum berdeham pelan berusaha menghilangkan batuknya. Akhirnya, setelah beberapa saat batuk yang dialami Amel perlahan mereda. Hanya tersisa nafasnya yang masih terengah-engah yang disebabkan dadanya yang terasa sakit akibat batuk yang baru saja dialaminya.

"Aku sudah tidak apa-apa. Tidak perlu menghubungin dokter segala. Cuma tersedak biasa kok" ucap Amel dengan nada lemah.

Melihat batuk perempuan mungil ini akhirnya mereda sebagian rasa panik yang hati Gavin rasakan menguap begitu saja namun, ekspresi wajahnya yang tegang masih menunjukkan betapa khawatirnya sosok ini dengan kondisi Amel yang masih terlihat sangat pucat. Kedua mata abu itu terlihat di lapisi oleh air mata di tambah dengan wajah pucat pasi dan bibirnya yang kering membuat tampang Amel saat ini terlihat sangat...menyedihkan. Jika orang melihat kondisinya saat ini pasti mereka semua ingin segera memeluk perempuan ini dengan usaha untuk memberikan kehangatan untuknya agar seluruh tubuhnya membaik namun, Gavin berusaha menahan godaan itu karena ia tahu itu akan memperburuk keadaan.

"Masih pucat" gumamnya pelan dengan kedua mata yang masih tertuju wajah Amel berusaha memperhatikan perubahan ekspresi yang terjadi di wajah kecil tersebut. Sekali saja ia melihat tanda-tanda tidak nyaman atau rasa sakit di wajah kecil itu, Gavin akan langsung meminta Paman Cheng untuk segera membawa Yun Sheng kembali ke mansion ini. Kalau perlu Paman Cheng menyeret laki-laki itu maka, seretlah. Pokoknya apapun yang terjadi ia harus membawa Nathanel balik kesini untuk memeriksa keadaan Amel.

"Tak apa. Istirahat sebentar juga hilang" gumam Amel pelan, membuka matanya perlahan. Hal pertama yang ia lihat adalah bahan kemeja putih memenuhi seluruh pandangannya yang langsung membuat Amel tercenung sebelum menyadari posisinya yang terlalu intim dengan Gavin. Perlahan ujung telinga Amel bersemu merah karena rasa malu yang ia rasakan.

Astaga, apa yang aku lakukan? Apakah aku setidaktahu malu ini? Bagaimana aku bisa main bersender di tubuh Vino!?

Tatapan mata Gavin melembut begitu menyadari bahwa kucing kecilnya merasa malu karena posisi mereka saat ini. Kedua mata biru itu menatap tubuh mungil yang perlahan menjauh dari tubuhnya dengan penuh tawa. "Kenapa? Bukannya, tadi kayaknya nyaman senderannya? Kok ngejauh?" goda Gavin dengan ujung bibir yang terangkat tipis.

Poof!!

Seluruh wajah Amel memerah secara drastis ketika mendengar ucapan Gavin. Kedua mata abu jernih itu seakan dipenuhi oleh percikan yang menunjukkan kekesalannya menatap kearah Gavin yang masih menatapnya dengan tatapan penuh kegelian.

"Di...diam! Pergi sana! Jangan kira aku akan menuruti perkataanmu dengan mudah ya. Aku akan melakukan segala cara untuk pergi dari mansion ini" ucapnya dengan sengit sambil terus menatap tajam kearah Gavin.

Belum sempat Gavin membuka mulut untuk membalas ucapan Amel sebuah suara samar terdengar diantara mereka membuat mereka otomatis mengarahkan pandangan mereka kearah sumber suara tersebut yang ternyata adalah...

ponsel yang masih di genggam oleh Gavin.

Layar ponselnya yang masih berkedip menunjukkan bahwa panggilan yang baru saja Gavin buat masih terhubung dengan lawan bicaranya. Suara samar laki-laki terdengar samar dari ponsel tersebut.

"HELLO!? Gavin? Hey!! Jawab panggilanku, jangan mentang-mentang kau sudah rujuk dengan istrimu itu kau jadi melupakanku!"

"Hey! Disini masih ada dokter single yang menunggu jawaban darimu, Gavino Ramirez!"

"Astaga...dia tidak mempedulikan statusku sebagai seorang dokter...setidaknya pedulikan aku karena memiliki status sepupu denganmu!"

"God damn it, this public display affection benar-benar berlebihan!"

"Ughh....tolong pedulikan kehidupan single-ku ini Yang Mulia Gavin"

"Gavino Ramirez! Jawab aku!? Kenapa kau menghubungiku?! Jangan malah sibuk menggoda istrimu!!!"

Wajah Amel semakin memerah ketika mendengar teriakan frustasi laki-laki yang terdengar asing ditelinganya. Kalimat yang laki-laki ini ucapnya benar-benar tidak memiliki batasan pikir Amel dalam hati.

Siapa yang sibuk flirting!? Dan lagi apa yang laki-laki itu bilang?

Istri!? Istri apa? Siapa? dia?

Pffft...salah orang dia...

Dengan kedua mata yang masih berfokus pada sosok Amel yang saat ini berada tepat dihadapannya, Gavin kembali meletakkan ponsel yang berada dalam genggamannya kearah telinga kanannya.

"Hm. Kuhubungi lagi nanti" jawabnya singkat sebelum memutuskan panggilan tersebut tanpa menunggu jawaban dari lawan bicaranya.

Ujung bibir Amel berkedut menahan senyum melihat sikap acuh tidak acuh dari laki-laki ini. Bagaimana bisa ia melakukan hal itu? Sudah mengganggu laki-laki itu dengan menelponnya lalu mendiamkannya dan sekarang? Memutuskan panggilannya begitu saja?

Gavino Ramirez is really an enigma.

Melihat tatapan geli dari Amel membuat ujung bibir Gavin semakin terangkat sebelum tangan besarnya mengelus pelan puncak kepala Amel dengan lembut. "Istirahat. Kondisi tubuhmu masih belum stabil" gumamnya pelan sebelum bangkit dari posisi duduknya dan segera meninggalkan ruangan tersebut. Meninggalkan sosok Amel yang masih menatapnya dengan tatapan bingung.

Kedua mata Amel masih menatap pintu coklat tempat tubuh Gavin menghilang beberapa saat yang lalu dengan tatapan kosong berusaha mengolah kejadian yang baru saja terjadi diantara mereka sebelum menghela nafas lelah perlahan.

Akhirnya, Amel memutuskan untuk merebahkan tubuhnya diatas kasur nyaman tersebut. Pandangannya masih terarah kepada langit-langit kamar yang terlihat kosong tersebut.

Keadaan ini benar-benar menyulitkan, Amel benar-benar tidak bisa menganggap remeh kemampuan seorang Ramirez terutama Gavino Ramirez yang notabene merupakan pewaris utama Ramirez Corporation...

Ia hanya berharap seluruh rekan kerjanya atau bahkan Cath tidak terlalu khawatir akan kondisinya saat ini...

Karena sepertinya ia harus berada disini untuk beberapa saat...

Ya...beberapa saat...sebelum ia harus pergi dari sini.

Bagaimanapun caranya.


TO BE CONTINUED

Forever MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang