1st Floor Aurora Exclusive, NYC.Melihat kumpulan perempuan itu meninggalkan mereka sukses membuat Amel tersenyum manis. Siapa suruh kerjaannya godain laki-laki tampan! Dasar tante-tante gerutunya dalam hati. Walupun, kepalanya terasa sakit karena terlalu banyak minum Amel sama sekali tidak bisa menahan diri ketika melihat sosok laki-laki yang tanpa perlawanan dikelilingi oleh tante-tante gila yang seperti hyena itu. Benar-benar tidak adil! Bagaimana bisa ia membiarkan satu lawan tujuh orang?
Perlahan ia berusaha menjauhkan tubuhnya dari sosok laki-laki asing dihadapannya namun, tubuhnya sama sekali tidak bergerak. Amel menyadari bahwa ada tangan besar yang menahan tubuhnya dan hal itu membuat Amel mengerutkan dahinya sebelum mengarahkan pandangannya kearah laki-laki asing yang kurang ajar memeluk tubuhnya. Dasar laki-laki! Udah di tolongin malah ngambil kesempatan di tengah kesempitan! Men, typical! pikir Amel sambal memutar matanya kesal namun, sebelum ia sempat memaki laki-laki dihadapannya ini, Amel tertegun ketika melihat sepasang mata biru jernih. Warna biru itu sangat terang mirip seperti warna lautan. Sangat indah. Tanpa sadar senyum manis Amel merekah di bibir kecilnya membuat wajahnya menjadi semakin menawan. Melihat senyuman bahagia tersebut membuat laki-laki tersebut menatapnya dengan pandangan yang sulit diartikan.
"Hey little blue. Apa kau bisa melepaskanku sekarang?" tanyanya masih dengan senyum yang melekat di bibirnya.
Gavin terdiam ketika melihat senyumam yang diarahkan kepadanya. Sedari tadi ia merasa perempuan dihadapannya ini familiar namun, Gavin masih belum mengingat kapan ia melihat sosok mungil dihadapannya ini dan ketika ia mendengar panggilan aneh itu dari mulutnya, Gavin menaikkan kedua alisnya perlahan.
"little blue?" tanyanya dengan nada datar lengkap dengan ekspresi dingin yang biasa terlihat di wajah tampan tersebut namun, dapat terlihat dengan jelas tatapan mata biru tersebut penuh dengan ketertarikan.
Mendengar pertanyaan laki-laki dihadapannya Amel menganggukkan kepalanya cepat sebelum tiba-tiba rasa pusing menyerang kepalanya. Amel meringis pelan ketika merasakan rasa sakit yang tiba-tiba datang tersebut sambil memijat pelan pelipis kepalanya. "Tsk tsk, sakit banget kepalaku" gerutunya pelan untuk beberapa saat sebelum kembali memfokuskan pandangannya kearah lawan bicaranya. "Ah...sampai dimana aku? Oh iya! Little blue! Tentu saja karena matamu sebiru lautan. Kau tahu kau memiliki warna mata yang sangat indah" jawab Amel dengan senyum yang lebar.
Gavin tertegun mendengar alasan tidak masuk akal dari perempuan mungil dihadapannya. Lamunannya terhenti ketika ia merasa perempuan yang saat ini berada dalam pelukannya berusaha melepaskan diri darinya.
Sialan ini semua gara-gara Ghina memaksanya minum maki Amel dalam hati. Walaupun, bersandar di tubuh bidang laki-laki ini terasa menenangkan Amel harus segera melepaskan diri dari pelukan tersebut. Perempuan mana yang nyaman berada di dalam pelukan orang asing kalau bukan perempuan nakal!? Dan tentunya ia bukan seperti itu. Jadi dengan level kesadaran otak dan hati nuraninya yang tinggal sedikit Amel berusaha untuk bersikap tetap rasional.
"Le...lepaskan aku" gumamnya pelan sebelum akhirnya tangan besar yang menahan tubuhnya melepaskan pelukannya secara perlahan. Amel segera sibuk merapihkan rambut dan pakaiannya sebelum kembali menatap lawan bicaranya. Aiyah...jika ia bisa jujur ketika Amel melihat laki-laki dihadapannya walaupun, dengan pandangan buram karena terlalu banyak mengkonsumsi alkohol Amel dapat menilai laki-laki tersebut merupakan laki-laki yang tampan yang benar-benar sesuai dengan kriterianya. Dan tinggi. Sangat tinggi kalau Amel bisa bilang karena, tinggi tubuh Amel hanya sebatas dada laki-laki asing ini. Hal yang paling penting yang paling menarik adalah mata birunya...ah, mata birunya yang sangat indah. Memikirkan itu membuat Amel menggelengkan kepalanya pelan berusaha menghilangkan pikiran mesum tersebut.
Amel kamu tidak boleh seperti ini!! Laki-laki ini orang asing!
Walaupun, laki-laki ini memiliki tubuh bidang dan penuh dengan otot...
OH NO! Stop!!
Ia tidak boleh memikirkan itu. Memiliki ketertarikan terhadap laki-laki tidak ada di dalam agendanya untuk saat ini dan ia harus terus menjaganya untuk tetap seperti itu.Melihat perempuan mungil dihadapannya membuat keributan pelan berdiskusi dengan dirinya sendiri dan sibuk memaki diri sendiri membuat Gavin yang mendengarnya menaikkan kedua alisnya. Tentunya ketika ia mendengar kata "penuh dengan otot" dan "badan bidang" sukses membuat tatapan mata Gavin penuh dengan humor. Walaupun, ekspresi wajah Gavin masih tidak ada perubahan sedikitpun namun, aura laki-laki yang biasanya terasa dingin mendadak berubah menjadi hangat ketika ia memperhatikan kelakuan perempuan mungil dihadapannya.
"Ah...sudah! Sudah!" setelah beberapa saat akhirnya perempuan tersebut selesai dengan perdebatannya dengan dirinya sendiri.
"Aku sudah membantumu. Tidak perlu berterima kasih. Kamu harus hati-hati jika berada di tempat seperti ini dengan wajah tampanmu yang seperti itu bisa dengan mudah membuatmu menjadi mangsa" ucap Amel sambil meletakkan kedua tangan di pinggang kecilnya, menasehati laki-laki asing ini seakan dia merupakan anak kecil yang melakukan kesalahan.
"Hm" hanya itu jawaban yang keluar dari mulut laki-laki dihadapannya yang sukses membuat Amel mengerutkan alisnya, menatap lawan bicaranya dengan tatapan kesal.
"Jangan hm...hm...hm aja! Aku serius! Pokoknya kamu harus lebih berhati-hati, okay? Walaupun, kamu terlihat lebih tua dariku...tapi, tenang saja! Untung tadi aku bisa melindungimu! Gini-gini aku jago berantem" ucap Amel penuh kepercayaan diri sambil menepuk dadanya pelan seakan menunjukkan kekuatannya.
Ujung bibir Gavin berkedut ketika mendengar proklamasi diri perempuan mungil yang membangga-banggakan kemampuannya ini.
"Hm"
"Haiyah...sudahlah. Aku harus segera kembali kepada teman-temanku" ucap Amel sebelum berbalik badan. Berjalan dengan sempoyongan meninggalkan laki-laki asing yang masih berdiri di tempat yang sama.
"Menikah. Delapan anak" suara berat yang berasal dari arah belakangnya mengucapkan tiga kata tersebut sukses membuat Amel memberhentikan langkahnya.
Huh?
TO BE CONTINUED
Aiyo, guys....aku pengen banget ngasih tau kalian untuk gambaran mata Gavin tapi, pas aku nyari untuk mata cowok yang bener-bener sesuai keinginan dan gambaran aku tuh sesusah itu. Kebanyakan biru gelap, biru aja dan biru-biru lainnya (maksudnya apa juga, akutu kurang ngerti) nah, tapi aku nemu akhirnya! yes! ETAPI SAYANGNYA....mata yang udah menurutku sudah menggambarkan mata Gavin itu mata cewek huhu. Jadi mohon maklumi ya, kalian bayangin aja warna matanya kayak gini tapi, versi kontur mukanya cowok dan alisnya tebel-tebel gimana gitchu~~~ abisnya mata yang aku temuin kurang biru terang gitu (kekeuh tetep pengennya biru laut dangkal *lengkap loh*) kalau di edit juga takut malah gak sesuai gitu jadi maklumi ya fufufu.
Gavin eyes's reference
KAMU SEDANG MEMBACA
Forever Mine
Romance[FOREVER MINE COMPLETED] [HIGHEST: #1 on lovelife] [#32 in fiction] [#104 in bisnis] "Mr. Ramirez, lepaskan! Apa-apaan ini?! Aku tau kamu punya segalanya tapi, bukan berarti kamu seenaknya seperti ini!" "hey, apa kau dengar aku!? HEY LEPASKAN! BASTA...