VIP Room, 2nd Floor Aurora Exclusive, NYC.Aurora Exclusive merupakan tempat hiburan malam kelas atas terbaik di kota metropolitan ini dimana akses untuk memasuki tempat hiburan ini juga terbatas dimana hanya orang-orang yang berada di kalangan tertentu saja yang dapat menikmati fasilitas yang ada di tempat ini. Selain lokasinya yang berada di lantai teratas salah satu gedung pencakar langit di kota ini, Aurora juga merupakan salah satu tempat hiburan termahal yang membuat tempat ini memiliki daya tarik sendiri bagi para new yorkers. Suara perbincangan terdengar diantara suara musik yang menjadi backsound dari ruangan khusus yang di desain untuk melayani tamu VIP di tempat hiburan exclusive ini.
"Hey Gav! Dari tadi di liatin kayaknya sibuk banget ngeliatin lantai bawah? Emang ada apa?" tanya Leo sambil mendekati Gavin yang masih sibuk memutar gelas wine yang berada di tangannya dengan tatapan yang masih terfokus pada jendela satu arah yang memperlihatkan suasana lantai yang berada di bawah mereka.
Ruang VIP Aurora memiliki desain jendela floor-to-ceiling yang hanya memiliki satu arah sehingga tamu yang ada di ruangan VIP dapat melihat suasana lantai bawah sedangkan seluruh orang yang ada di lantai bawah tidak dapat melihat suasana yang ada di ruangan tersebut.
"Hm"
Jawaban singkat Gavin selalu sukses membuat ujung bibir Leo berkedut. Leo menatap Gavin dengan tatapan heran. Sahabatnya yang satu ini memang tidak bisa bersosialisasi layaknya manusia ya, sepertinya? Kadang Leo sendiri heran melihat kelakuan sahabatnya yang super irit dalam mengeluarkan kata-kata ini.
Bagaimana bisa laki-laki dingin yang terlihat kurang sosialisasi ini...tunggu...koreksi. Bahkan laki-laki ini tidak mampu bersosialisasi!! Namun, lihat dimana posisinya berada saat ini!? Ia menduduki posisi nomor satu dalam daftar the most wanted bachelor to be married to dan juga posisi nomor satu di daftar the most wanted man to sleep with.
Apakah perempuan disini sudah gila? Memikirkannya saja sudah membuat Leo menggelengkan kepalanya pelan. Dasar perempuan...mereka hanya tertipu oleh penampilan sahabatnya ini. Coba saja mereka berinteraksi dengan Gavin, Leo yakin tidak sampai 5 menit mereka akan berubah pikiran.
"Apa yang kau lihat, sih? Apa kamu menemukan perempuan yang menarik? Hm?" tanya Leo penuh dengan nada ketertarikan sembari ikut menatap keramaian yang ada di lantai bawah mereka.
"Tidak ada" jawab Gavin singkat sebelum menyesap minumannya. Ia memang bukan tipe orang yang mampu memulai pembicaraan, Gavino Ramirez merupakan sosok yang pendiam. Jika bukan untuk masalah bisnis atau hal penting lainnya ia lebih memilih untuk mendengarkan atau bahkan ia lebih memilih untuk diam. Berinteraksi dengan orang bukan merupakan hal yang mudah dilakukan untuknya.
Leo mendengus pelan ketika mendengar jawaban singkat Gavin. Sudahlah! Aku menyerah! Memang dari lahirnya begini...apa yang bisa ia lakukan? pikir Leo dengan getir dalam hatinya.
"Apakah kau sadar? Giorgio Basilio yang saat ini duduk di samping Raoul berusaha mati-matian untuk berbicara denganmu. Bahkan ia memintaku yang notabene sahabat terbaikmu ini untuk membantunya berdiskusi denganmu malam ini"
Mendengar kalimat notabene sababat terbaikmu ini membuat Gavin melirik kearah laki-laki dengan setelan jas berwarna putih gading disampingnya.
"Kenapa lihat-lihat? Ganteng ya?" goda Leo ketika melihat Gavin melirik kearahnya. Leo selalu semangat jika harus menggoda Gavin, entah kenapa untuknya itu merupakan hal yang menyenangkan.
Gavin mengalihkan pandangannya dari Leo ketika mendengar kalimat Leo dan melihat tingkah Gavin membuat Leo terkekeh pelan.
Astaga sahabat es batunya ini...
"Hey, aku serius. Bagaimana dengan laki-laki itu? Apa kamu mau berdiskusi dengannya?" tanya Leo kembali kearah topik yang sebelumnya mereka bicarakan.
"Rafael" satu kata yang diucapkan Gavin sudah merupakan jawaban yang langsung di mengerti oleh Leo yang langsung menganggukkan kepalanya. Maksud dari perkataan Gavin adalah ia tidak perlu berdiskusi secara langsung kepada Giorgio Basilio cukup Rafael saja. Sahabatnya ini memang terlalu irit kalau sudah mulai berkomunikasi. Tentu saja Leo mengerti akan maksud perkataan Gavin bahkan jika ia hanya mendengar sebuah jawaban "hm" atau "mm" ia mampu mengartikannya dengan mudah.
Melihat Gavin melangkahkan kakinya kearah pintu membuat Leo menaikkan kedua alisnya dengan heran.
Mau kemana dia?
"Hey, Gav mau kemana?" tanya Le tetapi, sosok yang di tanya sama sekali tidak membalas pertanyaannya dan menghilang di balik pintu yang di jaga oleh pengawal pribadi Aurora.
"Le, Gavin kemana?" tanya Dimitri yang berjalan kearahnya ketika memperhatikan sosok Gavin meninggalkan ruangan VIP.
Leo hanya menggerakkan bahunya tidak acuh. "Entahlah. Gue juga enggak tahu. Tiba-tiba keluar begitu aja" jawab Leo.
TO BE CONTINUED
Gavin's outfit tonight @ Aurora's
Author Note:
Hai guys, sekarang aku lagi coba model nulis baru di tambah gambar-gambar referensi nih!! sebenernya ini yang aku suka sih tapi, kadang entahlah aku gak tau kalian sebenernya suka atau gak karena mungkin ada yang merasa ganggu cerita hmhmhmmm *mulai overthinking as always* *kebiasaan* *insecure* *huft* intinya semoga suka ya!! karena sebenernya nyari-nyari gambar gini malah buat aku semakin semangat aiyoooo~~~~
kalau ada kritik dan saran aku tunggu loh fufu!
Terimakasih sudah sempetin waktu baca ceritaku yay! di tunggu kelanjutan baby gav & baby mels yang makin uwawwww kalo udah nyemplung bersama *eh...maksudnya ketemu gitu HEHEHEE loves!
- kananaw
KAMU SEDANG MEMBACA
Forever Mine
Romansa[FOREVER MINE COMPLETED] [HIGHEST: #1 on lovelife] [#32 in fiction] [#104 in bisnis] "Mr. Ramirez, lepaskan! Apa-apaan ini?! Aku tau kamu punya segalanya tapi, bukan berarti kamu seenaknya seperti ini!" "hey, apa kau dengar aku!? HEY LEPASKAN! BASTA...