F.M 121 - Little kitten complained.

18.1K 733 12
                                    


"Aku bisa memberikan kebebasan kepadamu, Kira. Kamu bisa pergi kemanapun dan kembali bekerja. Dengan 3 syarat. Satu, kamu akan selalu kembali ke mansion ini. This is your new home"

"Tap –"

Belum sempat Amel mengutarakan suara protesnya, kedua mata biru itu menatapnya dengan tajam langsung membuat Amel bungkam seribu bahasa karenanya. Gagal dengan aksi protesnya, akhirnya Amel menatap Gavin penuh dengan kemarahan karena syarat pertama yang ia berikan. Sejak kapan ini jadi rumahnya!? Bagaimana dengan apartemen mungil kesayangannya!? Meskipun, itu hanya apartemen murah yang Amel yakin itu pasti tidak akan ada harganya untuk Gavin tetapi, untuknya...apartemen itu merupakan hal berharga untuknya!

Terlalu banyak memori yang ada di dalam apartemen itu selama ini.

"Syarat kedua adalah Raymond akan selalu berada disisimu untuk menjadi pengawal pribadi dan juga supir pribadi untukmu"

Baru saja Amel membuka mulutnya lagi-lagi kedua mata biru itu menatapnya dengan tatapan yang lagi-lagi membuatnya bungkam. Cih, laki-laki ini benar-benar senang mem-bully dirinya!

Melihat Amel berprilaku layaknya anak baik yang tidak melakukan tantrum, Gavin menganggukkan kepalanya pelan sebelum kembali memberikan sisa syarat yang ia punya.

"Syarat terakhir. Untuk pekerjaan, kamu akan menjadi asisten pribadiku untuk membantu Jiro, kamu akan bekerja di Ramirez Corp"

APA!?

Apa-apaan ini? Ini sama sekali tidak adil untuknya!!

Tentu saja Amel tidak langsung membuka mulutnya untuk protes lantaran ia masih takut dengan tatapan tajam dari laki-laki ini. Jadi, ia akan menunggu laki-laki ini untuk menyelesaikan apapun yang ingin ia ucapkan dan Amel akan langsung memprotes semuanya sekaligus!

"Tolak salah satu dari itu, maka tawaran ini akan hangus, Kira dan ucapkan selamat tinggal pada kebebasan yang kamu inginkan itu" lanjut Gavin yang langsung membuat wajah Amel semakin memerah karena menahan amarah yang ia rasakan.

Laki-laki menyebalkan ini benar-benar...

Argh!!!!!

Menyadari ekspresi Amel yang terlihat seperti orang yang menahan segala amarah yang ia rasakan akhirnya Gavin menganggukkan kepalanya pelan. "Kau boleh protes sekarang" ucapnya dengan singkat seakan sebuah pertanda untuknya bahwa, ia sudah boleh memulai segala protes yang sudah ia siapkan dari pertama kali ia mendengar tawaran Gavin.

"Kau tidak bisa seperti itu!!!!" pekik Amel penuh dengan amarah. Kedua matanya menatap kesal kearah sosok yang masih santai menatapnya dengan tatapan seakan bertanya balik kepadanya "Kenapa tidak?"

Benar-benar membuat Amel ingin meledak rasanya.

"Pertama. Itu sama sekali merugikanku! Itu namanya bukan sebuah kebebasan, Vino. Kebebasan apa yang memberikan batasan-batasan gila seperti itu?! Itu sama saja kau mengurungku di Ramirez Mansion namun, dengan radius yang lebih besar saja!!" ucap Amel nada menggebu-gebu saking kesalnya sedangkan lawan bicara yang mendengarnya hanya menaikkan kedua alisnya tanpa mengelak ucapannya tersebut. Bukankah itu sama saja dengan ia menyetujui apa yang Amel katakan!?

"Hm. Yang kedua?" jawabnya dengan singkat tanpa perubahan ekspresi apapun namun, dengan jelas dapat mendengar nada humor dari Gavin.

Tidak terlalu memperhatikan nada bicara Gavin yang jelas-jelas menggodanya, Amel melanjutkan aksi protesnya. "Yang kedua adalah, memangnya kamu pikir aku anak kecil apa!? Kamu pikir aku anak kecil yang butuh babysitter!? Aku gak suka diperlakukan seperti itu. Aku juga bukan siapa-siapa sampai harus mendapatkan perlakuan seperti itu" lanjut Amel sambil menggerutu pelan namun, ekspresi wajahnya semakin kesal begitu ia melihat kedua mata Gavin menatapnya seakan berkata "Apa kamu yakin kalau kamu tidak bertingkah seperti anak kecil?"

"Kamu tuh ya..." desis Amel penuh kekesalan sampai-sampai ia tidak tahu lagi harus berkata apa dengan laki-laki dihadapannya ini. Bisa gak sih Vino serius sedikit menanggapi aksi protesnya!?! Apa yang ia bilang itu masuk akal tahu!!

"Okay. Yang ketiga?"

"Yang ketiga! Aku mau kembali ke apartemenku. Ini bukan rumahku, Vino! Jika aku tinggal disini, bagaimana dengan apartemenku? Seluruh tagihannya!? Kamu pikir uang akan jatuh dari langit begitu saja!?"

"Hm. Okay. Yang keempat?"

The hell...this guy...

"Gavino Ramirez, aku serius!!!" desis Amel dengan amarah yang terdengar jelas dari nada bicara dan ekspresi wajahnya. Lama-lama bisa kena serangan jantung kali ya berurusan sama laki-laki seperti ini pikir Amel dalam hati.

"Aku juga, Kira. Apa itu semua permasalahmu?" tanyanya masih dengan nada datar yang sama seakan reaksi Amel saat ini tidak mempengaruhinya sama sekali. Hanya sepasang mata biru Gavin saja yang menatapnya dengan tatapan humor yang membuat Amel menyadari perubahan emosi dari laki-laki dihadapannya ini.

"Sudah" jawab Amel sambil mendengus kesal. Sudahlah, rasanya teriak-teriak di hadapan es batu kayak begini sama saja kayak teriak-teriak di hadapan tembok.

Percuma. Gak akan ada gunanya juga.

"Okay. Kalau gitu biarkan aku memyelesaikan segala masalahmu, okay?" ucapnya perlahan sebelum menyilangkan kedua kakinya dan meletakan kedua lengannya diatas lututnya. Postur yang biasa Gavin lakukan ketika sudah mulai membahas transaksi bisnis.

"Kira, masalah pertama yang kamu utarakan adalah kebebasan. Aku sudah bilang dari pertama kali kita membicarakan hal ini. You're mine. Suka atau tidak, kamu akan tetap jadi milikku. Aku tidak ingin mengurungmu yang malah akan membuatmu memberontak sampai-sampai kamu tidak mempedulikan keselamatanmu sendiri seperti kejadian terakhir kali itu" ucap Gavin perlahan seperti sedang berusaha menjelaskan alasan masuk akal kepada seorang anak kecil.

Kalau saja Butler Cheng, Jiro ataupun Diego mendengar Gavin saat ini dapat dipastikan ketiganya pasti akan membeku saking kagetnya. Mungkin bisa-bisa Butler Cheng terkena serangan jantung di tempat karena saat ini adalah kali pertama Gavino Ramirez mengucapkan banyak kalimat panjang. Bukan hanya satu atau dua kata saja, seperti yang biasa ia lakukan.

Tetapi tentu saja untuk kucing kecil yang sedang melakukan tantrum di hadapan Gavin saat ini tidak menyadari bahwa sikap Gavin kepadanya benar-benar berbeda. Tidak seperti biasanya Gavin memperlakukan orang-orang disekitarnya. Tidak juga seperti perlakuan Gavin kepada Diego meskipun, anjing penganggu yang satu itu merupakan adik kandungnya. Yang Amel ketahui adalah Gavino Ramirez adalah laki-laki paling menyebalkan di muka bumi ini!

Tentunya laki-laki sialan ini paling senang mem-bully-nya dengan kekuasaan yang ia miliki ataupun kondisi fisiknya ataupun argh!

Semuanya!!

"Siapa yang kamu bilang milikmu, hah? Sejak kapan aku jadi milikmu? Kapan aku menyetujuinya? Kamu tidak bisa seenaknya seperti itu, Vino!" sergah Amel berusaha menenangkan dirinya yang mulai tersulut emosi ketika mendengar penjelasan Gavin sedangkan lawan bicaranya hanya menatapnya dengan tatapan seakan berkata "Aku yang bilang, lalu kenapa?" sambil menggerakkan bahunya acuh tidak acuh.

"Aku sudah bilang. Kau berhutung kepadaku dan satu-satunya cara agar hutang itu terbayar adalah dengan kamu berada disisiku. Mudah" jawab Gavin dengan santai.

"You!!!"


TO BE CONTINUED

Forever MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang