Keramaian bukan merupakan hal yang ia sukai, Gavin lebih memilih ketenangan di bandingkan kebisingan. Dan untuk Gavin melangkah kearah area terbuka yang lebih ramai dengan kebisingan musik dan orang-orang yang berinteraksi seperti ini benar-benar di luar kebiasaanya. Entah apa yang membuatnya mengambil keputusan untuk melangkah kakinya ke lantai bawah, ia hanya memiliki insting bahwa ia harus mencoba melihat keadaan di lantai bawah. Gavin merasa jika ia memutuskan untuk melihat kearah area terbuka ini, ia akan melihat sesuatu yang menarik. Akhirnya karena hal itulah Gavin memutuskan untuk mengikuti insting yang dirasakannya sedari tadi.
Langkah Gavin terhenti ketika melihat sekelompok perempuan dengan pakaian minim dan make up yang tebal yang tiba-tiba berjalan kearahnya dengan tatapan seperti orang yang bersemangat melihat mangsa baru. Kedua alis Gavin perlahan berkerut melihat situasinya saat ini.
"Hai, boleh kenalan? Kamu tampan sekali" ucap salah satu dari mereka. Merasa situasinya saat ini benar-benar membuatnya tidak nyaman sukses membuat Gavin menyesali keputusannya untuk menginjakkan kaki di kawasan yang penuh dengan orang-orang seperti ini.
Melihat kelakuan perempuan dihadapannya Gavin menatap tajam kearah mereka. Aura dingin yang mengelilinginya mendadak berubah drastis membuat orang yang berada di sekitarnya merasa kesulitan dalam bernafas. Ekspresi dan aura mengerikan Gavin membuat beberapa perempuan yang berada disekitarnya mengigil dengan sorot mata ketakutan yang terarah kepadanya. Beberapa diantaranya tanpa sadar melangkah mundur ketika melihat ekspresi mengerikan laki-laki di hadapan mereka. Mereka menyadari bahwa sosok ini bukan sosok laki-laki sembarangan yang bisa mereka singgung.
Tidak mendengar jawaban dari laki-laki yang saat ini berada dihadapannya membuat salah satu perempuan yang berada di dalam kelompok tersebut semakin bersemangat untuk mendekatinya. Ia sama sekali tidak terpengaruh dengan aura mengerikan laki-laki dihadapannya saat ini ataupun tatapan tajam yang diarahkan olehnya, baginya fokus utamanya saat ini adalah wajah tampan laki-laki dihadapannya.
"Ayolah. Sama aku aja. Dijamin enggak akan bosen loh, aku bisa memberikanmu pengalaman yang tidak akan pernah kamu lupakan" ajak perempuan dengan lipstick merah dengan mini dress yang berwarna senada dengan lipstick yang dikenakannya. Ia tidak lagi mempedulikan peringatan yang diberikan oleh beberapa temannya.
Gavin mengarahkan pandangannya kearah kanannya seakan memberi gerakan isyarat sebelum beberapa laki-laki dengan pakaian setelan hitam berusaha menembus kerumunan orang-orang yang berada di lantai dansa. Pengawal pribadi memang dibutuhkan untuk mengatasi urusan seperti ini.
Melihat perempuan tersebut menjulurkan tangan kearahnya, Gavin langsung menyipitkan matanya. Tatapan tajamnya seakan memperingatkan perempuan tersebut untuk segera menjauhinya namun, sepertinya perempuan tersebut sama sekali tidak menghiraukan peringatan yang jelas terpancar dari kedua mata Gavin.
Sebelum tangan perempuan tersebut menyentuh lengan Gavin sebuah teriakan perempuan menggema di sekitar mereka membuat seluruh pasang mata menatap kearah sumber suara tersebut.
"Hey!!!"
TO BE CONTINUED
KAMU SEDANG MEMBACA
Forever Mine
Storie d'amore[FOREVER MINE COMPLETED] [HIGHEST: #1 on lovelife] [#32 in fiction] [#104 in bisnis] "Mr. Ramirez, lepaskan! Apa-apaan ini?! Aku tau kamu punya segalanya tapi, bukan berarti kamu seenaknya seperti ini!" "hey, apa kau dengar aku!? HEY LEPASKAN! BASTA...