1st Floor, Aurora Exclusive, NYC.Sosok perempuan mungil dalam balutan gaun hitam yang memeluk seluruh lekuk tubuhnya berdiri tidak jauh dari posisi mereka. Paras cantiknya sukses membuat hampir seluruh orang yang melihatnya terdiam. Setelah puas melihat seluruh mata terarah padanya, perempuan tersebut berjalan perlahan ke tengah pusat keributan.
Gavin memperhatikan sosok perempuan mungil yang berjalan kearahnya saat ini. Rambut coklat yang bergelombang terurai di punggung dan dada perempuan tersebut, bentuk wajahnya yang kecil membuat paras perempuan tersebut terlihat menggemaskan namun, satu hal yang paling menarik dari keseluruhan postur tubuh perempuan mungil itu adalah kedua pasang mata abu-abu bulat dan besar yang mengingatkan Gavin dengan kucing yang Rafael suka perlihatkan dari ponselnya. Like a kitten pikir Gavin tanpa sadar. Sebuah kilatan samar terlihat di kedua matanya ketika ia memperhatikan cara jalan dan tatapan tidak fokus perempuan mungil tersebut. Mabuk. Namun, Entah kenapa melihat sosok dihadapannya membuat emosi yang Gavin pikir tidak ia miliki mulai bangkit secara perlahan. Hal itu sukses membuatnya tertegun untuk beberapa saat.
Tanpa disadari sosok perempuan mungil tersebut sudah berada tepat di hadapan Gavin. Perempuan mungil tersebut lalu membalikkan badannya untuk menghadap kearah perempuan dengan lipstick merah yang membuatnya mundur untuk beberapa langkah sambil menatap tajam kearahnya. Perbedaan tinggi yang cukup signifikan meskipun kedua perempuan tersebut menggunakan sepatu hak tinggi membuat perempuan mungil yang saat ini berdiri membelakangi Gavin mendongakkan kepalanya kearah lawan bicaranya.
Melihat itu Gavin menatap perempuan dihadapannya dengan penuh ketertarikan. Apa yang perempuan ini lakukan?
"Mau apa kamu, little girl!? Anak kecil seperti dirimu tidak sepatutnya berada di tempat seperti ini. Kau bahkan terlihat belum cukup umur" teriak perempuan dengan lipstick merah yang menatap penuh amarah.
"Little girl? Who do you call little girl, huh? Dasar tante-tante ganjen!" balas perempuan mungil dengan tatapan malas. Efek alkohol yang dari tadi sudah membuat seluruh indranya menumpul membuatnya sulit menilai situasi yang ada di sekitarnya, yang ada dipikirannya saat ini adalah laki-laki ini membutuhkan bantuan dan indra superwoman-nya mengatakan ia harus menolong laki-laki ini.
Dasar laki-laki menyedihkan! Masa mengatasi perempuan begini aja enggak bisa?
Mendengar balasan dari lawan bicaranya membuat perempuan lipstick merah tersebut membelalakkan kedua matanya. "Kamu bilang apa!? Siapa kamu bilang tante-tante ganjen, hah!?" teriaknya dengan nada melengking membuat perempuan mungil yang merupakan lawan bicaranya meringis mendengarnya.
"Tsk. Akulah yang bilang. Perempuan tua yang sibuk mencari perhatian pacar orang. Apalagi kalau bukan tante-tante ganjen!?" balas perempuan mungil dengan kesal.
"Tidak. Tidak mungkin. Kamu pasti bohong! Kalau kamu memang pacarnya pasti kamu sudah berada di sisinya sedari tadi!"
Gavin yang masih memperhatikan drama yang terjadi dihadapannya dengan tatapan yang berfokus kearah punggung perempuan mungil yang menarik ini. Tanpa Gavin sadari tiba-tiba sosok perempuan tersebut berbalik badan dan langsung memeluknya. Lengah karena tidak melihat gerakan perempuan mungil tersebut membuat seluruh tubuh Gavin menegang seketika.
KAMU SEDANG MEMBACA
Forever Mine
Romance[FOREVER MINE COMPLETED] [HIGHEST: #1 on lovelife] [#32 in fiction] [#104 in bisnis] "Mr. Ramirez, lepaskan! Apa-apaan ini?! Aku tau kamu punya segalanya tapi, bukan berarti kamu seenaknya seperti ini!" "hey, apa kau dengar aku!? HEY LEPASKAN! BASTA...