F.M 90 - What if i refuse it?

19.8K 920 9
                                    



Ucapan Gavin sukses membuat Amel terbatuk-batuk ketika mendengarnya. Benar-benar kalimat yang berbahaya bahkan Amel sampai tersedak tiba-tiba ketika mendengarnya.

To...too...shameless!!!

Gila, apa laki-laki ini beneran Gavino Ramirez? Bukan impostor-kan!?

Butler Cheng dan Vina yang berdiri di salah satu sisi kamar tercengang hebat. Bahkan, Vinasaat ini benar-benar sedang menganga lebar. Mereka berdua tidak menyangka akan mendengar kalimat seperti itu dari mulut majikan mereka. Apa ini benar-benar majikan mereka!? Sejak kapan majikan mereka seperti ini?!

"Tentu saja tidak! Kamu terlalu berpikir berlebihan!!" kilah Amel dengan cepat.

Tentu saja Gavin tidak mempercayai sikap Amel sama sekali. Wajahnya terlalu mudah di tebak. Bahkan, ia sendiri tahu bahwa perempuan ini sedang mencari alasan untuk keluar dari situasi memalukan ini dan melihat ekspresi wajahnya sukses membuat suasana hati Gavin membaik. Tangannya terulur kearah Vina tanpa mengalihkan pandangannya dari sosok perempuan mungil dihadapannya ini.

Vina yang sudah bekerja cukup lama untuk melayani majikannya ini tentu langsung mengerti maksud dari gerakan tangan yang dilakukan oleh majikannya ini. Vina segera meletakkan gelas kecil yang berisikan 2 butir kapsul di telapak tangan Gavin dan mendekatkan gelas air minum di sisi tubuhnya agar memudahkan Gavin untuk meraih gelas tersebut.

"Minum" ucapnya dengan nada tegas namun, melihat dua butir kapsul tersebut Amel langsung menggelengkan kepalanya dengan keras sambil berangsur mundur untuk menjauhi sosok Gavin.

"Gak mau. Vino, biarkan aku pergi" ucap Amel dengan nada tegas yang sama. Kedua matanya menatap tepat kearah manik mata Gavin.

Menatap kedua mata abu itu perlahan tatapan Gavin beralih kearah wajah Amel. Hanya satu perempuan yang bisa melakukan hal ini. Hanya kucing kecilnya yang mampu menatap kedua matanya secara langsung tanpa merasa tertekan ataupun takut. Tidak juga dengan tatapan penuh nafsu.

She's really indeed his woman.

"Tubuhmu masih lemah"

"Aku gak apa-apa!"

"Masih lemah. Lukamu tidak hanya bagian luar namun, juga bagian dalam"

"Kalau begitu aku minum dan kamu akan membiarkanmu pergi!"

"Kalau aku menolak?"

Pertanyaan itu benar-benar membuat Amel lengah. Ia menatap Gavin dengan tatapan tidak percaya. Apa sih yang laki-laki ini inginkan? Apa yang Gavin mau darinya!? Ia hanya perempuan normal yang tidak punya apa-apa! Tidak uang, tidak status bahkan tidak ada kekuatan sama sekali!

Apa laki-laki ini tahu mengenai identitasnya?

Tidak. Tidak mungkin.

Kalau ia mengetahuinya pasti Gavin sudah membahasnya sejak awal.

"Maumu apa sih!?" pekik Amel dengan nada frustasi. Ia benar-benar tidak tidak tahu lagi harus bagaimana. Baru kali ini ia berhadapan dengan orang seperti ini.

"Kamu minum obat" jawabnya singkat.

Yep. Stating the obvious fact.

"Aku akan minum, kalau kau akan membiarkanku pergi" balas Amel masih terus berusaha untuk bernegosiasi. Ia tidak boleh menyerah! Amel benar-benar tidak bisa berada di tempat ini terlalu lama. Terlalu berbahaya dan Amel benar-benar tidak bisa mengambil resiko.

"Tidak akan" jawab Gavin dengan keseriusan yang berkata "apapun tidak akan aku turuti jika itu berarti aku akan membiarkanmu pergi".

Melihat keseriusan dari nada dan tatapan Gavin tanpa sadar rasa panik timbul dalam hatinya. Bagaimana ini!? Vino benar-benar serius ingin menahannya seperti tahanan di rumahnya ini? pikir Amel dengan getir. Otaknya terus berpikir untuk mencari cara agar ia bisa meninggalkan tempat ini.

"Kira, minum" ucap Gavin sekali lagi namun, diikuti dengan penekanan yang membuat Amel tanpa sadar menelan ludahnya karena rasa gelisah yang tiba-tiba menyerbu tubuhnya.


TO BE CONTINUED

Forever MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang