Kedua mata Amel perlahan dipenuhi oleh air mata membuat pandangannya mengabur untuk sesaat.Jantung Gavin terasa seperti di bebani oleh batu begitu melihat ekspresi wajah Amel, apalagi melihat air mata yang memenuhi pelupuk matanya. Pandangannya melembut sebelum ia mengulurkan tangannya perlahan. "Come here, Kira" ucapnya perlahan namun, siapa yang dapat mengira sebelumnya bahwa perempuan yang selama ini selalu berusaha menjauhinya tiba-tiba...bergerak dengan cepat untuk memeluknya?
Mungkin lebih tepat jika di bilang menerjangnya.
Jantungnya bergetar, dadanya terasa menghangat begitu ia merasakan tubuh mungil yang bergetar penuh ketakutan ini akhirnya berada di dalam pelukannya dengan aman.
"Tidak apa-apa. Kamu aman sekarang, Kira" gumamnya pelan sambil mengelus pelan kepala Amel.
"Vi...vino...Ja..Jangan lepaskan...ak...aku takut" ucap Amel terbata-bata di sela tangisnya membuat perkataan yang diucapkannya menjadi sulit untuk di dengar. Namun, tentu saja tidak untuk Gavin.
Ia dapat mengerti dengan jelas maksud dari perkataan Amel walaupun, ia tidak berkata apapun Gavin sendiri juga sudah dapat menilai keadaan dari melihat kondisi fisik Amel saat ini.
"Mhm. You're save. You have me"
Kalimat itu. Dua kalimat itu. Kapan ia mendengar orang berkata seperti itu kepadanya? Kepada sosok menyedihkan seperti dirinya? Ah...sepertinya tidak ada yang pernah berkata seperti itu sebelumnya.
Dan siapa yang bisa mengira bahwa laki-laki menyebalkan yang tidak tahu diri ini bisa berkata seperti itu kepadanya untuk menenangkan dirinya.
Damn, jika Vino berusaha meluruhkan hatinya sedikit demi sedikit.
Dia benar-benar berhasil kali ini.
Melihat tidak ada respon dari kucing kecilnya perlahan Gavin menghentikan gerakannya dan melirik kearah tubuh mungil yang saat ini masih meringkuk dalam pelukannya. "Lebih baik?"
"Mhmmm" gumam Amel pelan sebagai balasan sambil menganggukkan kepalanya pelan. "Kau tidak boleh menertawakanku" lanjutnya pelan namun, mendengar perkataan itu malah membuat ujung bibir Gavin berkedut pelan berusaha menahan senyum samarnya. Tatapan yang tadinya memancarkan kekhawatiran saat ini memancarkan kegelian yang membuat kedua mata birunya terlihat lebih cerah dari sebelumnya. Hati yang tadinya terasa di bebani tersebut akhirnya, kembali tenang dan berdetak seperti sedia kala. Kucing kecilnya yang satu ini memang paling bisa membuatnya merasakan panik pikirnya dalam hati sambil memperhatikan tubuh mungil tersebut.
"Kita turun? Angin di atas sini terlalu dingin untukmu. Kondisi tubuhmu masih belum stabil, Kira" ucapnya perlahan yang langsung di balas oleh anggukan pelan.
"Mhmm. Jangan lepaskan aku" balas Amel yang masih menguburkan kepalanya di dada Gavin sambil mengenggam kemeja yang dikenakan Gavin dengan erat.
Senyum tipis terbentuk di bibir tipis Gavin sebelum ia mengeratkan pelukannya di pinggang kecil Amel.
"Mhm. I won't let you go"
Sesampainya di dasar pohon seluruh pelayan dan petugas keamanan akhirnya dapat menghembuskan nafas dengan lega begitu melihat majikan mereka dan young miss turun dengan selamat. Beberapa diantaranya langsung mendekati sosok keduanya dengan tatapan khawatir. Diantaranya tentu saja Vina, Butler Cheng dan Jiro.
"Young miss, jangan pernah lakukan hal ini lagi. Jantung Vina rasanya nyaris berhenti berdetak begitu melihat situasi young miss tadi" keluh Vina pelan dengan ekspresi penuh kekhawatiran yang di balas oleh anggukkan pelan Amel sebelum ia perlahan mendorong dada Gavin untuk menjauh.
Kedua mata abu itu mengedarkan pandangannya kearah sekelilingnya melihat sebagian besar orang yang ada disekitarnya menatapnya dengan tatapan penuh kekhawatiran. Dadanya terasa hangat melihat kekhawatiran mereka. Perlahan ia menghadap kearah kerumunan yang ada sebelum dengan perlahan Amel membungkukkan tubuhnya.
"Maafkan aku sudah membuat kalian semua khawatir" ucapnya perlahan dengan nada penuh penyesalan.
Semua orang yang mendengarnya tertegun untuk beberapa saat sebelum rona merah menghiasi wajah mereka, tidak terkecuali para petugas keamanan yang juga ada disana. Astaga...young miss jika seperti ini terlihat menggemaskan pikir mereka bersamaan. Semua orang berusaha menutup rasa malu mereka dengan batuk pelan yang terdengar penuh dengan kecanggungan.
Butler Cheng melihat keadaan sekitar lalu dengan perlahan dari ujung matanya ia melirik kearah sosok majikannya yang saat ini berdiri tepat di belakang young miss saat ini dan benar saja seperti dugaannya!
Tanpa sadar keringat dingin mengalir di pelipis wajahnya. Hah...orang-orang bodoh ini....tidakkah kalian bisa melihat ekspresi majikan kalian terlihat seperti orang yang siap membunuh kalian karena merasa cemburu? pikir Butler Cheng sambil memijat pelipisnya sebelum gerakan tangannya terhenti sesaat. Kedua matanya membulat menyadari satu hal yang tidak bisa ia percaya.
Tunggu dulu...apa?
Master cem...cemburu?
Dengan cepat Butler Cheng mengalihkan pandangannya kembali kearah majikannya dengan tatapan tidak percaya, mengira bahwa mungkin saja ia salah lihat! Tapi, apa yang dilihatnya benar-benar terjadi!
Ma...master....jealous?
Senyum lebar terbentuk di wajah tua Butler Cheng secara perlahan. Ia menatap young miss yang masih berbicara dengan Vina dan beberapa pelayan lainnya dengan senyum lembutnya. Cuma young miss yang bisa membuat master merasa seperti ini.
Kesenangan Butler Cheng hanya berlaku untuk beberapa saat karena begitu ia melihat ekspresi master yang semakin memburuk ia memutuskan untuk membubarkan mereka semua. Kalau tidak bisa-bisa mereka semua akan kehilangan pekerjaan mereka! Mending, kehilangan pekerjaan kalau kehilangan nyawa bisa lebih parah lagi!
Belum sempat Butler Cheng membuka mulutnya, sebuah suara yang familiar dalam ingatannya membuat mata Butler Cheng berkontraksi. Ia segera membalikkan tubuhnya untuk melihat sumber suara tersebut.
"Well...well, I can't believe you finally have a plaything" ucap sebuah suara berat yang membuat seluruh mata memandang kearahnya tidak terkecuali Gavin dan Amel.
Amel dapat melihat dengan jelas sosok laki-laki dengan setelan jas titanium berjalan kearah mereka dengan langkah yang tegap. Postur tubuh dan wajah laki-laki tersebut mirip dengan Gavin membuat Amel menaikkan kedua alisnya.
Namun, ekspresi wajahnya berubah begitu ia mendengar kalimat yang diucapkan oleh laki-laki tersebut. Ujung bibirnya terangkat menunjukkan ketidaksukaannya. Tatapan tajam ia arahkan kepada sosok menyebalkan ini namun, siapa sangka satu kata terakhir yang ia dengar mampu membuat ekspresinya berubah menjadi ekspresi penuh kekagetan.
"Brother"
TO BE CONTINUED
KAMU SEDANG MEMBACA
Forever Mine
Romance[FOREVER MINE COMPLETED] [HIGHEST: #1 on lovelife] [#32 in fiction] [#104 in bisnis] "Mr. Ramirez, lepaskan! Apa-apaan ini?! Aku tau kamu punya segalanya tapi, bukan berarti kamu seenaknya seperti ini!" "hey, apa kau dengar aku!? HEY LEPASKAN! BASTA...