Ramirez Mansion, NYC.Kedua kelompak mata yang tertutup selama 3 hari itu akhirnya bergetar sebelum terbuka secara sempurna. Mata abu itu berusaha mengerjapkan matanya beberapa kali untuk menyesuaikan pencahayaan minim yang tertangkap oleh kedua matanya.
Dimana aku? pikir Amel sambil mengerjapkan matanya beberapa kali untuk memfokuskan pandangannya sebelum ia dapat melihat langit-langit ruangan yang gelap. Kedua alisnya berkerut pelan sebelum ia mengalihkan pandangannya ke seluruh ruangan asing tersebut.
Gelap.
Satu-satunya pencahayaan yang di dapat oleh Amel adalah pencahayaan sinar bulan dan beberapa sorotan lampu yang berasal dari jendela dan pintu balkon yang terbuka saat ini membuat tirai tipis yang menutupinya bergerak tertiup angin. Harum bunga tercium dengan samar di ruangan asing tempatnya berada saat ini.
Perlahan Amel berusaha bangkit dari posisi tidurnya sebelum ia meringis keras ketika merasakan rasa nyeri yang menyerang seluruh tubuhnya.
Damn it, aku habis ngapain sih? Gila seluruh badanku sakit banget maki Amel dalam hati sebelum tetap memaksakan tubuhnya untuk bergerak sebelum ia terduduk di kasur besar tempatnya berada saat ini.
Amel dapat melihat sebagian besar furnitur yang ada di ruangan ini memancarkan aura kemewahan yang membuat kamar tidur ini terlihat elegan dan mewah. Menyadari hal itu kedua alis Amel semakin berkerut melihatnya. Dimana ia saat ini? Apa ketika ia berada dalam masalah dengan kelompok itu ada yang membantunya? Pertanyaan demi pertanyaan membanjiri kepalanya sebelum rasa sakit menyerang seluruh kepalanya, membuat pandangannya mengabur untuk beberapa saat.
Damn, that's hurt like hell.
Beberapa saat setelah tubuhnya terbiasa dengan gerakan-gerakan pelan akhirnya Amel memutuskan untuk memeriksa seluruh kamar tidur tersebut, walaupun setiap Amel melangkah ia merasakan rasa sakit yang menyebar ke seluruh tubuhnya, ia memutuskan untuk tetap berjalan perlahan menuju jendela yang berada tepat di dekat tempat tidurnya.
Kedua mata Amel membulat ketika melihat pemandangan menakjubkan dihadapannya. Ia dapat melihat taman yang membentang luas dengan desain unik yang membuat taman tersebut terlihat sangat menakjubkan. Beberapa tiang lampu terlihat berjejer membuat taman tersebut terlihat seperti berada dalam lukisan. Pencahayaan minim dan kombinasi berbagai jenis bunga dan tanaman yang bahkan Amel sendiri tidak tahu jenisnya membuat pemandangan dihadapannya benar-benar mampu membuatnya kehilangan kata-kata.
Pandangan Amel menangkap pantulan bulan di atas tanah yang bergerak...
Tunggu...bergerak?
Holyshit!!
Melihat hal menarik dihadapannya sukses membuat Amel tersentak kaget. Ia berusaha mengedipkan matanya untuk beberapa kali berusaha menyakinkan dirinya bahwa apa yang dilihatnya saat ini adalah hal nyata dan bukan sebuah ilusi optik belaka.
Astaga, itu benar-benar sebuah danau!!!
Ada sebuah danau di belakang rumah ini!!??
Dimana dirinya sekarang?! Apa ini surga!?
Melihat pantulan sinar bulan di atas permukaan danau yang bergerak di atas gelombang tenang membuatnya merasa seperti masih berada di dalam alam mimpi. Tempat ini sangat indah pikirnya dalam hati. Kedua kakinya tanpa sadar bergerak secara perlahan menuju pintu kaca yang menghubungkan kamar tidurnya kearah balkon luas yang menghadap langsung kearah taman dengan danau luas yang membuatnya takjub saat ini. Tanpa sadar rasa sakit yang dirasakannya setiap kali Amel melangkahkan kakinya menjadi tidak terasa. Ketika tangan rampingnya membuka pintu kaca tersebut perlahan angin lembut menerpa wajah kecilnya membuat Amel memejamkan mata dan menghirup udara yang memiliki harum bunga dan air yang menenangkan seluruh saraf tubuhnya saat ini.
Kapan terakhir kali ia merasa setenang ini? Bahkan Amel sendiri sudah lupa kapan terakhir kali ia merasa setenang ini. Seluruh tubuhnya terbiasa untuk selalu waspada setiap jamnya untuk mengantisipasi kemungkinan buruk yang dapat terjadi sehingga ia bisa langsung mengambil tindakan untuk segera menghilang selain itu pekerjaannya saat ini yang menumpuk seperti gunung tidak membantunya sama sekali untuk memiliki perasaan tenang seperti ini.
Untuk beberapa saat ia akan menikmati ketenangan ini.
Sebelum otaknya kembali berputar untuk mencari tahu dimana ia berada saat ini, bolehlah untuk sekali ini ia menikmati perasaan damai ini pikir Amel.
Kombinasi pantulan sinar lampu dan bulan yang menerpa wajahnya dan angin yang berhembus pelan membuat sebagian rambut dan pakaian tidurnya bergerak pelan membuat Amel saat ini terlihat seperti peri malam. Ekspresi wajahnya yang damai membuat wajah Amel terlihat semakin menawan.
"Sudah bangun?"
Suara berat yang tiba-tiba terdengar dari belakang tubuh Amel membuatnya tersentak kaget sebelum membalikkan tubuhnya kearah sumber suara tersebut. Kedua matanya membulat kaget ketika menatap kearah sosok yang saat ini bersandar di pintu kaca dengan kedua tangan yang terletak di saku celananya.
Wajah itu...
Kedua mata itu...
Oh fuck...
What should I do now!?
TO BE CONTINUED
KAMU SEDANG MEMBACA
Forever Mine
Romansa[FOREVER MINE COMPLETED] [HIGHEST: #1 on lovelife] [#32 in fiction] [#104 in bisnis] "Mr. Ramirez, lepaskan! Apa-apaan ini?! Aku tau kamu punya segalanya tapi, bukan berarti kamu seenaknya seperti ini!" "hey, apa kau dengar aku!? HEY LEPASKAN! BASTA...