CEO Office, 45th Floor, Lighthouse Company, NYC.Pemandangan yang terlihat dari lantai tertinggi gedung ini terlihat menakjubkan. Warna jingga yang mewarnai langit kota sore ini membuat suasana kota Manhattan saat ini terlihat semakin indah. Gregory yang sedari tadi berdiri di hadapan jendela floor-to-ceiling yang menghadap kearah pemandangan kota Manhattan menghembuskan nafas pelan sebelum menyesap wine yang dari tadi berada ditangannya.
Siapa sangka hari ini akan tiba? Anaknya – Lighthouse-nya – akhirnya terlepas dari genggamannya.
Anak yang selama ini ia urus sedikit demi sedikit dengan seluruh perjuangan dan keringat dari seluruh karyawan yang ada, anak yang tumbuh dari belum bisa apa-apa hingga saat ini menempati berhasil menempati posisi ketiga, anak yang sudah melewati seluruh permasalahan yang ada untuk menjadi yang terbaik.
Sudah beberapa hari ini ia selalu menyakinkan dirinya sendiri.
Ini yang terbaik.
Ya, Gregory tahu akan hal itu. Ia lebih memilih mempertahankan Lighthouse untuk dirinya sendiri, berjuang hingga tetes darah terakhir daripada ia menjual Lighthouse kepada pengusaha-penguasaha licik yang hanya ingin membeli Lighthouse untuk di jual kembali. Ia ingin Lighthouse untuk menjadi seperti arti namanya – untuk menjadi sumber pencahayaan, untuk menjadi pusat trend aksesoris dan tas yang akan menjadi panutan untuk semua orang, untuk menjadi pencetus, untuk menjadi nomor satu di jajaran peringkat perusahaan produksi tas nasional terutama di kelas internasional. Tentu Gregory tahu ini hanya angan yang sulit untuk menjadi kenyataan, dengan ketatnya persaingan yang ada di pasar industri dan beragamnya tingkat preferensi konsumen membuat Lighthouse terus berada di bawah bayang-bayang dua perusahaan yang merupakan saingan terbesarnya.
Siapa sangka bahwa seorang Gavino Ramirez mengulurkan tangannya?
Dengan seluruh tawaran dan business plan detail dan jelas untuk membawa Lighthouse menjadi pemimpin industri tas dalam beberapa tahun ke depan. Menjadi nomor 1 perusahaan tas dengan produksi terbaik dalam skala nasional dan menjadi bagian dari posisi 3 besar terbaik untuk perusahaan tas dengan produksi skala internasional. Memikirkannya saja mampu membuat Gregory merasa emosional.
Sudah berapa lama ia berusaha untuk mencapai itu semua?
Dan saat ini sosok laki-laki muda yang saat ini sedang berdiri 3 langkah dari posisinya – laki-laki yang merupakan business tycoon nomor satu ini mengulurkan tangannya dan menjamin bahwa anak yang di rawatnya selama ini – Lighthouse akan mendapatkan posisi tersebut dalam beberapa tahun.
Gregory masih mengingat jelas ketika tiba-tiba sekertaris pribadinya berjalan dengan tergesa-gesa memasuki ruangan kerjanya dengan nafas yang terengah-engah mengabari bahwa Gavino Ramirez menghubunginya untuk mengadakan pertemuan pribadi selepas jam kerja. Untuk beberapa saat Gregory tertegun di tempat bahkan gelas teh yang sudah ia angkat untuk diminum olehnya tertahan di tengah-tengah ketika mendengar laporan dari sekertaris pribadinya.
Ketika hari pertemuan itu tiba, Gregory tidak pernah menyangka sosok penuh kharisma yang menjadi topik pembicaraan seluruh orang saar itu duduk tepat dihadapannya. Sejujurnya ia lebih merasa takut dari pada merasa senang karena ia tahu seorang Gavino Ramirez tidak mungkin memintanya untuk bertemu langsung tanpa tujuan tertentu dan ia takut tidak dapat mengabulkan tujuan tersebut karena Gregory sadar walaupun, dengan pengalaman dan kekuatan yang dimilikinya saat ini untuk dapat mengalahkan seorang Gavino Ramirez itu hampir tidak mungkin.
"Apa kau masih mengingat alasanmu ketika aku menanyakan alasan mengapa kau memutuskan untuk memberikan tawaran ini, Gavino Ramirez?" suara berat Gregory menggema di seluruh ruang kerja yang akan ia rindukan ini. Sambil tersenyum tipis Gavino menyesap kembali minumannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Forever Mine
Romance[FOREVER MINE COMPLETED] [HIGHEST: #1 on lovelife] [#32 in fiction] [#104 in bisnis] "Mr. Ramirez, lepaskan! Apa-apaan ini?! Aku tau kamu punya segalanya tapi, bukan berarti kamu seenaknya seperti ini!" "hey, apa kau dengar aku!? HEY LEPASKAN! BASTA...