22 - Best Friend

4.6K 247 0
                                    

Byian menerawang dan mengaitkan kejadian kejadian dari masa lalunya. Apakah dirinya sudah di temukan? apakah dia akan mati seperti keluarganya? Itulah yang sekarang menjadi pertanyaan di otak Byian. Byian panik tiba tiba dia histeris.

"Tidak... Tidak... Itu tidak mungkin." tangis Byian, yang lain melihat Byian bertanya tanya ada apa dengan Byian. "Paul... Paul... Dimana Paul.." teriak Byian. Carl yang berlari ke arah Byian berusaha menenangkan nya.

"Ssttt.... Tenang Byian, ada apa dengan mu? Kenapa kamu seperti ini?" tanya Carl panik.

"Aku ingin bertemu dengan Paul.. Dimana dia..." ucap Byian yang masih menangis dan melihat sekeliling tidak menemukannya hanya ada Kyle dan Niel di sana.

"Siapa Paul...?" ucap detektif Billy.

"Paul adalah orang kepercayaan saya." ucap tuan Harvey. "Tenang Byian paul sedang berada di bawah untuk menyelesaikan administrasi, dia akan ke sini, jadi kamu harus tenang oke."

"Tidak... Aku ingin bertemu dengan Paul..." Byian mencabut jarum infus yang berada di tangannya dan berusaha turun dari tempat tidur, tapi di halangi oleh Carl dan juga Kyle.

Byian memberontak memukul mereka, dia juga berusaha menendang Niel dan Nathan yang mencoba mambantu memegang kaki Byian.

" Siall.... " ucap Nathan yang kena tendangan di pelipis kirinya.

"Brengsek... Ralph, Brett cepat kalian cari Paul." ucap Carl.

"Baik tuan..." jawab mereka bersama.

Keysa, Zeline dan Jill yang melihat keadaan Byian hanya bisa menangis, para orang tua bingung bertanya tanya ada apa sebenarnya dengan Byian. Ketika Byian histeris Adam keluar untuk minta pertolongan Dokter agar membawa obat bius. Lalu dia bertemu dengan Dokter muda dan menarik tangannya tanpa pikir panjang.

"Hai.. Lepas kan tangan ku tuan."

"Tolong Dokter teman saya butuh pertolongan, dia histeris." ucap Adam.

"Tapi anda bisa melepaskan tangan anda terlebih dahulu. Tangan saya sakit apabila anda menarik saya seperti ini."

"Maafkan saya Dokter, saya panik dan benar benar membutuhkan anda saat ini."

"Baiklah tenang kan dirimu tuan, sekarang dimana teman anda."

"Ikut saya dokter..."

Mereka berjalan terburu buru tapi sebelum ke kamar Byian Dokter itu mengambil peralatan medis yang di perlukan.

"Aku sudah membawa dokter." ucap Adam yang di anggukan oleh Carl.



"Sial apa yang terjadi disini?" ucap Dokter itu lantang yang kebetulan adalah Emilia Clara Smith sahabat Byian. Semua memandang ke arah Emilia karna kaget Emilia telah memaki. "Bisa kalian jelaskan?" ucap Emilia memandang satu satu kepada para pria yang sedang memegang tangan dan kaki Byian.

"Byian tiba tiba histeris dan mengamuk, kami tidak bisa menenangkan nya." ucap Niel.

"Kami butuh obat penenang Dokter, tolang.." ucap Kyle.

"Tidak... Tidak... Aku tidak mau obat sialan itu."

Tiba tiba Emilia naik ke tempat tidur dan dia berpijak pada kedua lututnya di antara badan Byian. Semua yang melihatnya kaget dengan apa yang di lakukan oleh Emilia.

"Hai.. Apa yang kau lakukan." ucap Carl.

"Byian dengerin gue, kalo lo diem ga akan gue kasih obat sialan itu, apa lo ngerti." ucap Emilia dengan memegang wajah Byian dengan kedua tangannya agar memandangnya.

Yang lain bingung apa yang di bicarakan oleh Emilia, karna Emilia memakai Bahasa asing yang tidak di mengerti oleh mereka. Ya Emilia menggunakan Bahasa Indonesia yang dimana selama tiga tahun Byian berteman dengan Emilia dia belajar Bahasa tersebut dan Byian sudah menguasai dengan baik.

Secara bersamaan Paul, Ralph dan Brett sudah berada di ruangan.

"Jangan suntik gue sama obat itu Em, gue mohon, gue takut." teriak Byian dengan mencoba melepaskan pegangan di tangan dan kakinya.

"Shit.. Gue ga akan suntik lo, gue janji Bi. Tapi lo harus janji kalo lo harus tenang."

"Gue janji.. Gue janji Em, jadi tolong suruh lepasin pegangan mereka, tangan sama kaki gue sakit." ucap Byian dengan lemas karna dia sudah tidak ada tenaga lagi untuk berontak.

"Sialan Bi, kamu udah buat aku melanggar kode etik seorang dokter." ucap Emilia, yang telah di mengerti oleh yang lainnya ketika Emilia ngumpat kembali dengan memakai Bahasa Inggris. "Lepaskan dia." ucap Emilia lagi dengan turun dari tempat tidur.

"A-apa kau yakin Dokter? Ini tidak akan berbahaya baginya." tanya Niel.

"Tidak... Saya sudah bicara denganya, jadi kalian bisa melepaskan pegangan kalian." serempak mereka melepas pegangan dari tangan dan kaki Byian. "Sebetulnya apa yang membuat Byian seperti ini?" tanya Emilia tapi tidak ada yang menjawab, karena mereka juga tidak tau. "Byian lo juga ga mau jawab pertanyaan gue? Sialan Bi bagimana gue mau bantu lo kalo lo diem aja." ucap Emilia ketika Byian di tanya hanya membuang muka.

"I-ini terjadi karena kasus kecelakaan gue sama Zee, Em. Gue takut.. Gue rasa ini berkaitan sama kasus gue yang dulu, yang pernah gue ceritain ke lo." ucap Byian lalu menangis. Emilia memeluk Byian untuk menenangkan nya.

"Apa mereka semua di sini udah pada tau tentang kejadian kejadian yang lo alamin Bi?" Byian hanya menggelengkan kepalanya.

"Ya Tuhan apa kalian tidak bisa berbicara dengan Bahasa yang bisa kami mengerti?" ucap Carl kesal. Karena sejak tadi Byian dan Emilia berbicara memakai Bahasa indonesia agar mereka tidak mengerti apa yang mereka berdua bicarakan.

"Maafkan saya, begini saya adalah Emilia Clara Smith teman kerja Byian di Rumah Sakit ini, dan juga saya teman satu kampus ketika di Oxford, kami juga teman satu kamar di asrama, saya juga mengenal baik Keysa, Zeline dan juga Jill." ucap Emilia menjelaskan. "Apa yang terjadi dengan Byian saya rasa dia sendiri yang berhak memberitahukan nya, karna saya sebagai seorang Dokter dan juga sahabat nya saya tidak mau melanggar kode etik dan juga kepercayaan sebagai seorang sahabat."

"Dokter Emilia terimakasih penjelasannya, kami mengerti. Saya melihat Byian sudah tenang, dan kami akan bertanya padanya nanti." ucap tuan Harvey.

"Baiklah kalau begitu, saya permisi terlebih dahulu karna tadi saya mau pulang tapi ada orang yang menarik narik tangan saya." sindir Emilia dengan melirik wajah Adam yang diam seribu bahasa. "Maaf Dokter Diana saya bersalah tidak melakukan prosedur yang seharusnya."

"Tidak apa apa Dokter Emilia di sini anda adalah sebagai Dokter dan juga seorang sahabat, saya bisa mengerti."

"Byian lo harus kuat dan gue harap lo bicara dengan mereka, gue pulang dulu, hubungin gue kalo lo butuh bantuan." ucap Emilia sebelum keluar kamar.

"Makasih Em." ucap Byian.

Makes Me Lose (#1 Collins) (The End ✅) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang