Perjalanan antara kota Manhattan dan kota Staten Island yang Byian lakukan tidak membutuhkan waktu perjalanan selama satu jam. Karna selama perjalanan lalu lintas tidak terlalu padat, mungkin di karenakan Byian pergi ketika semua orang akan menuju ke kota besar tapi Byian malah sebaliknya.
Byian sudah berada di gerbang pintu rumah keluarganya. Jantung Byian berdetak cepat. Byian tidak menyangka dia akan kembali ke sini lagi. Byian memencet intercome yang berada di samping nya.
Tet... Tet...
"Siapa disana.." Ada suara pria terdengar di intercome.
"A-apa ada orang di dalam rumah ini tuan? Bisa anda bukakan pintu gerbang ini?" Kata Byian gugup.
"Nona siapa? Maaf nona apabila tidak ada berkepentingan anda di larang masuk." Byian terdiam, Byian berpikir apakah seharunya memberitahukan siapa dirinya. "Hallo.. Apa anda masih di sana nona."
"Yaa.. Saya masih di sini. Nama saya Byian Serafina Collins. Dan saya pemilik rumah ini."
Ada jeda cukup lama setelah Byian menyebutkan namanya. Kemudian gerbang terbuka lebar dan Byian tersenyum senang. Antara gerbang dan rumah keluarga Byian memang cukup jauh jadi memerlukan kendaraan, setidaknya dulu ada semacam mobil Golf yang terparkir di Post penjaga untuk tamu yang berkunjung.
Tiba tiba dari dalam post security ada dua orang keluar dengan terburu buru. Mereka melihat ke arah Byian yang memberhentikan mobilnya di samping mereka. Byian keluar dari mobil dan melihat kedua penjaga rumahnya yang terlihat sudah berumur.
"N-nona Byian.." wajah mereka tidak percaya apa yang baru saja mereka lihat.
"Iya paman.. Saya Byian." Byian tersenyum ramah. Byian tidak menyangka kalau dua penjaga rumah keluarganya masih bekerja dan selamat dari malam tragedi tersebut.
"Ya Tuhan.. Saya bener benar tidak menyangka kalau nona akan datang kembali ke rumah ini. Saya sangat senang nona dalam keadaan baik baik saja." ucap salah satu dari mereka. Mata kedua pria itu berkaca kaca hampir menangis, melihat nona mereka berdiri di hadapan mereka saat ini.
"Saya juga paman, sudah sangat lama saya tidak ke sini dan saya senang paman berdua ternyata masih bekerja di sini."
"Saya tidak akan meninggalkan rumah ini nona karna tuan dan nyonya Collins sangat baik pada kami." Byian terdiam membeku ketika orang tuanya di sebutkan. "Maaf kan saya nona, saya begitu lancang menyebut orang tua nona." kata penjaga itu tidak enak.
"Tidak apa apa paman, saya senang kebaikan orang tua saya masih di ingat oleh para pekerjanya." Penjaga itu menganggukan kepala. "Paman bisa saya minta bantuannya sedikit?"
"Apa saja nona, silahkan. Kami siap membantu."
"Hmm.. Bisakah paman berdua tidak memberitahukan kepada siapa pun kalau aku berada di sini." pinta Byian. "Saya tidak mau ada orang yang mengganggu ketenangan saya ketika berada di rumah orang tua saya ini. Termasuk keluarga Walter dan Laurence."
Kedua penjaga itu sempat bingung atas permintaan nona nya. Tapi karna ini permintaan nona mereka yang sudah lama pergi dari kediaman ini, akhirnya mereka berjanji tidak akan memberitahukan kepada siapa pun seperti permintaan nona mereka.
"Baik nona." kata mereka berdua.
Byian sudah berada di depan rumahnya. Rumah yang sudah hampir lima belas tahun di tinggalkan nya masih terlihat sama. seperti nya ada yang mengurus rumah milik keluarganya selama ini.
Byian membuka kode pintu rumahnya yang ternyata kodenya tidak berubah sama sekali. Ketika Byian masuk ke dalam rumahnya, di depan Byian ada ruang tamu yang terlihat masih sama dengan apa yang di ingatnya. Sofa, meja, lemari, lukisan semua tidak ada yang berubah.
Byian menengok ke sebelah kanan dan berjalan pelan dimana disana terlihat ada ruang kelurga. Ruangan yang selalu diwarnai canda tawa ketika keluarganya sedang berkumpul. Air mata Byian menetes sendirinya mengingat itu semua. Tidak ada yang berubah sama sekali di ruangan keluarga tersebut.
Byian melihat di samping ruang keluarga ada tangga menuju ke lantai dua. Dimana kamar Devan dan juga dirinya berada. Di samping tangga, Byian melihat salah satu kamar yang terlihat luas. Di sana adalah kamar orang tuanya. Byian menuju ke kamar itu dan membukanya perlahan.
Dilihatnya kamar tidur orang tuanya yang tidak berubah sama sekali. Wewangian lavender yang selalu Byian suka di kamar orang tuannya masih sama. Tiba tiba air mata Byian keluar deras ketika melihat bingkai foto yang besar kedua orang tuanya di pajang di dinding kamar tersebut.
"Mama... Papa... Byian pulang. Aku sangat merindukan kalian." seketika tangisan Byian pecah.
Byian tertunduk lesu jatuh ke bawah sambil menutup wajahnya. Tangisan pilu Byian menggema di kamar orang tuanya. Hati Byian sangat perih dan sakit mengingat masa kecilnya yang tidak bahagia.
"S-siapa.." Byian menengok ke belakang dan masih dalam keadaan menangis ketika melihat ada orang di depan pintu masuk kamar orang tuanya. Mata Byian terbelalak tidak percaya dengan apa yang di lihatnya.
"Mary..?"
"N-nona Byian." wanita setengah baya yang bernama Mary kaget dan menjatuhkan nampan kosong yang ada di tangannya.
"Mary kamu masih hidup?" Byian mendekat begitu juga Mary.
"Ya Tuhan nona.. Anda kembali." Mary memegang bahu Byian dengan air mata yang sudah jatuh di wajahnya.
"Ya Mary.. Aku kembali. Ya Tuhan aku senang kamu masih di sini dan selamat." Byian memeluk tubuh Mary erat sambil menangis haru. Begitu juga Mary yang tidak menyangka kalau akan bertemu dengan nona kecilnya.
"Saya selamat nona. Masih ada beberapa pekerja yang selamat pada malam tragedi itu." ucap Mary menjelaskan.
Byian memandang wajah Mary pengasuhnya dari sejak bayi. Mary Orlando adalah wanita yang berumur dua puluh dua tahun ketika mulai mengasuh Byian. Sekarang umur Mary sudah berkepala empat dan wajah cantiknya masih terlihat.
Mary adalah anak tunggal dari kepala pelayan di rumah orang tua Byian. Mary lahir dan lama tinggal di kediaman keluarga Collins, keluarga Byian sudah menganggap mereka semua pekerja adalah keluarga. Mary juga sempat kuliah jurusan keperawatan, yang dimana orang tua Byian yang membiayai kuliah Mary. Ketika di tanya mengapa mengambil jurusan keperawatan, Mary menjawab kalau dia akan mengurus anak anak dari keluarga Collins ketika mereka lahir kelak. Itu sebagai pengabdian untuk keluarga Collins karna telah bermurah hati kepada kedua orang tuannya.
"Maafkan aku Mary, aku baru datang ke rumah ini dan tidak tau menau keadaan mu paska tragedi itu."
"Tidak apa apa nona. Saya mengerti." Mary senang nona kecilnya terlihat sehat dan juga sudah dewasa.
Apalagi sekarang Byian sangat cantik. Mary tau Byian baik baik saja karna mendapatkan informasi nona nya dari Paul dan juga media yang memberitakan pertunangannya dengan salah satu cucu dari keluarga Walter yang berpengaruh.
Setelah mereka berdua berbicara di ruang keluarga, Byian baru tahu kalau malam kejadian itu para pekerja sempat bersembunyi di ruang panic room yang berada di lantai satu. Sayangnya orang tua dan juga bibi nikita begitu juga orang tua dari Mary tidak sempat pergi ke ruang panic room.
Mereka menjadi korban para penjahat yang datang pada malam itu. Juga ada beberapa bodyguard yang menjadi korban.
"Maafkan aku Mary, aku tidak tau kalau bibi Diana dan paman Marcus menjadi korban." Byian menetes kan air mata. Karna Byian sangat mengenal mereka berdua.
"Tidak apa apa nona." Mary mengusap air mata Byian karna Mary sangat tahu Byian sangat menyayangi kedua orang tuanya.
Ayah Mary, Marcus Orlando adalah kepala pelayan di rumahnya. Sedangkan istrinya Diana Orlando adalah juru masak di kediaman orang tuanya. Walaupun ada bibi Nikita yang selalu membantu keadaan rumah tapi mereka berdua lah yang menjadi orang kepercayaan orang tuanya untuk mengurus keperluan rumah mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Makes Me Lose (#1 Collins) (The End ✅)
RomansaSepuluh tahun yang lalu Byian Serafina Collins memiliki keluarga yang utuh, Byian hidup dengan bahagia bersama kedua orang tua dan kakak laki laki nya, tapi dalam semalam semua itu musnah, kebahagiaan dan rasa cinta yang selama ini Byian rasakan dir...