Sudah hampir tiga hari keluarga Walter berada di London. Karna sampai sekarang pun Byian belum siuman. Carl Walter sudah berada di rumah sakit sejak dia datang ke London, Carl tidak pernah meninggalkan Byian sedikit pun. Tuan Harvey sudah mengatakan untuk istirahat di hotel tapi Carl tidak bergeming. Dia mau ketika Byian sadar dirinya berada di sisinya.
"Apa kau sudah menyelidiki apa yang aku suruh Jacob?" ucap Carl dengan wajah tanpa ekspresi yang sedang duduk dengan memakai pakaian santai kaos berwarna putih yang menjadi favorit nya dan celana blue jeans.
"Sudah tuan, Ryan punya orang kepercayaan di kepolisian dan dia sudah melaporkan hasil dari penyelidikan mereka sejauh ini."
"Dan hasilnya...?"
"Kecelakan yang menimpa nona Byian dan juga nona Zeine bukan human error, ada yang mesabotase mobil nona Byian."
"Maksud mu kecelakaan ini murni di sengaja begitu?" ucap Carl dengan raut wajah yang menggelap.
"Benar tuan, rem mobil dari nona Byian terputus, karna itu rem mobil tidak berfungsi ketika nona Byian menginjak rem."
"Brengsek... Sejauh mana kau sudah menyelidiki pelakunya." ucap Carl dengan wajah memarah menahan amarahnya.
"Kami masih berusaha tuan, karna CCTV di garasi sudah dalam keadaan mati."
"Sial... Selidiki terus, dan secepatnya segera laporkan pada ku, aku akan membunuh mereka karna telah bermain main dengan ku."
"Baik tuan saya permisi."
Carl melihat keadaan Byian yang masih terbaring di tempat tidur dan itu sangat menyayat hatinya. Sudah tiga hari dia tidak bisa tidur lelap memikirkan keadaan Byian.
Selama lima belas tahun ini dia bertahan untuk tidak mendekat atau pun melihatnya, dia hanya mendapatkan foto dan juga berita tentang Byian ketika para bodyguard nya melaporkan keadaannya. Tapi sekarang Carl merasa menyesal. Kalau saja ego dia yang berbicara kemungkinan Byian sekarang sudah berada di dekatnya dan sudah lama menjadi miliknya.
Carl berfikir mungkin sekarang waktunya dia akan menjadi pria egois yang nantinya akan di benci oleh Byian dan dia tidak peduli lagi tentang itu, walaupun itu adalah jalan satu satunya agar Byian berada tidak jauh dari dirinya.
Carl akhirnya tertidur di sofa karna kelelahan, yang Carl tidak tahu ketika dia tertidur adalah Byian menggerakan Jari tangannya. Byian sudah bisa menggerakan jarinya dan perlahan lahan dia berusaha membuka matanya.
Byian melihat sekeliling ruangan yang dia yakini sekarang berada di rumah sakit, Byian ingat apa yang telah terjadi padanya. Perban di kepala dan juga kakinya sudah di lepas, tinggal di tangannya saja.
Byian melihat seseorang sedang tidur di sofa, dia tidak tahu siapa yang berada di sana, karna wajahnya menghadap ke sandaran sofa.
"Ehem..." Byian ingin bersuara tapi tenggorokan nya sangat kering.
"T-tolong yang di sanaa.. aku hauss..." ucap Byian lirih. Tapi suara Byian tidak membuat Carl bergeming.
Byian berusaha menggapai gelas yang berada di nakas, tapi Byian tidak ada tenaga untuk mengambilnya. Seketika gelas yang akan di ambil jatuh ke bawah dengan bunyi yang nyaring karna terdorong oleh tangan Byian yang hampir terjatuh dari tempat tidur.
Carl terbangun seketika setelah mendengar bunyi keributan, Carl melihat sekeliling dan dia hampir terjungkal dari sofa. Carl melihat Byian sudah sadar tapi hampir terjatuh dari tempat tidur, segera Carl berlari dan memegang pundak Byian, dia mendorongnya dengan lembut agar tubuhnya kembali ke kasur.
"Ya Tuhan Byian apa yang sedang kau lakukan?" ucap Carl dan Byian melirik dengan matanya yang sendu.
"Hauuss..."
"Kau haus? Baiklah tunggu di sini aku akan ambil gelas dan juga panggil dokter, jangan beranjak dari tempat tidur." pinta Carl yang hanya di anggukan oleh Byian dengan lemas.
Kepergian Carl membuat Byian bertanya tanya siapa pria itu, Byian tidak mengenal nya, tapi wajahnya sangat familiar.
Tiba tiba pintu masuk terbuka dan beberapa dokter masuk begitu juga Carl dengan membawa segelas air, Carl menuju ke arah Byian dan langsung menyuruh Byian untuk segera minum. Byian sangat keausan terasa seperti tidak pernah minum selama satu minggu.
"Uhuk.. Uhuk..."
"Hai hati hati minumnya kamu bisa tersedak." ucap Carl sambil menepuk nepuk punggung Byian.
"Terimakasih."
"Selamat pagi Byian saya dokter yang menangani kasus kamu. Saya senang akhirnya kamu siuman dari koma." ucap dokter Diana terseyum menenangkan.
"K-koma..? Sudah berapa hari saya tidak sadarkan diri dok?" tanya Byian dengan suara yang hampir hilang.
"Tiga hari dan saya harus memeriksa keadaan anda sekarang, jadi tuan Carl bisa anda tinggalkan kami sebentar." ucap dokter Diana, tapi Carl tidak suka apa yang dokter perintahkan karna dia mau berada di sisi Byian. Dengan berat akhirnya Carl keluar dari ruangan.
"Carl..? D-dia bernama Carl? Maksud anda dia Carl Walter?" tanya Byian kaget.
"Benar.. tuan itu bernama Carl Walter dan selama anda koma tuan Carl yang selalu menjaga anda disini." ucap Dokter Diana.
Byian tidak percaya apa yang baru saja di dengarnya. Jadi pria itu benar benar Carl Walter, seseorang yang selama ini Byian benci dan tidak mau melihat atau mendengar namanya dari majalah ataupun televisi. Yang pada akhirnya Byian bertemu juga dengan Carl Walter yang sudah hampir lima belas tahun dia menghindar dari apapun yang berhubungan dengannya.
Setelah pemeriksaan selesai Dokter Diana berbicara dengan Carl, tetapi Carl memandang Byian dengan matanya yang tajam dan juga ada rasa rindu di sana, yang dimana Byian sedang duduk bersandar di tempat tidur dengan gugup sambil menggigit jari nya. Dengan kelakuan Byian tersebut malah membuat wajah Carl menggelap. Setelah Dokter Diana dan juga Dokter pendamping nya pamit undur diri, Carl mendekat ke arah Byian."Jangan menggigit jari mu Byian." ucap Carl serak.
"Hmm.. Dimana Zeline? A-apa dia baik baik saja?"
"Zeline baik baik saja, sekarang sudah berada di rumah bersama orang tuanya." ucap Carl sambil memandang Byian tanpa berkedip yang membuat Byian menundukkan kepala. "Kalau kamu menanyakan Keysa dan keluarga ku mereka sudah aku hubungi tadi ketika aku di luar sana dan sedang dalam perjalanan ke sini."
"Ohh... Baiklah." ucap Byian yang masih menghindari mata Carl yang terus memandang Byian.
"Kamu tau, tidak sopan apa bila ada seseorang yang mengajak bicara tapi kamu tidak memandang wajahnya."
Deg...
"Apa apan dia, apa dia lupa kalau aku membenci dia. Pembicaraan terakhir kita bukannya aku bilang kalau kita bertemu jangan saling mengenal. Dia itu pikun atau Idiot." batin Byian kesal.
Ingin rasanya Byian tertelan oleh bumi, berdua dengan seorang Carl Walter di satu ruangan adalah kesialan bagi Byian. Kenapa Tuhan memilih hari ini untuk dia sadar dari koma.
KAMU SEDANG MEMBACA
Makes Me Lose (#1 Collins) (The End ✅)
RomanceSepuluh tahun yang lalu Byian Serafina Collins memiliki keluarga yang utuh, Byian hidup dengan bahagia bersama kedua orang tua dan kakak laki laki nya, tapi dalam semalam semua itu musnah, kebahagiaan dan rasa cinta yang selama ini Byian rasakan dir...