26 - See You Later

4.6K 266 1
                                    

Malam ini keluarga Kenward datang ke apartemen karna malam ini juga mereka akan kembali ke Amerika. Di pojok sofa ruang tamu sudah ada Byian, Keysan dan Zeline yang sedang berbicara, para orang tua sedang berada di sekitar ruang meja makan, sedangkan Carl dan Nathan sedang bebicara bisnis di sofa dekat para gadis berbicara.

"So this is it... Kita pada akhirnya kembali, pertama Jill lalu sekarang kamu Zee." ucap Keysa.

"Yaa.. Aku juga tidak mengharapkan nya, kamu tau itu. Tapi ini sudah keputusan orang tua ku, mereka cukup mengerti dan menuruti apapun keinginan ku selama ini. Untuk sekarang aku akan menuruti permintaan sederhana mereka, kalau mereka tidak mau jauh lagi dari putri mereka satu satunya, aku minta maaf."

"Kami mengerti Zee.. Dan jangan meminta maaf." ucap Byian. "Dan bagaimana pekerjaan mu? Apakah kamu akan bekerja di perusahaan keluarga mu?"

"Hmm.. Tidak Bi, aku masih bekerja di Walter Company yang berada di New York. Carl membatu ku untuk proses mutasi nya. Oh.. Shit.. Aku lupa untuk berterima kasih padanya untuk itu."

"Dia ada di sana." ucap Byian sambil menonggakan dagunya ke arah Carl.


"Ehem... Carl... " Carl dan Nathan yang sedang serius bebicara berhenti saat ada yang memanggil namanya. "Bisa bicara dengan mu?"

"Oh hai Zeline.. Tentu saja, bicaralah?"

"Hmm..." Zeline tidak mengeluarkan suaranya karna Nathan melihat Zeline lekat yang membuat dirinya merasa gugup. "A-aku ingin berterima kasih pada mu, soal aku yang akan bekerja di perusahaan mu di New York."

"Ohh.. Itu, seharusnya kata kata terimakasih mu bukan untuk ku Zeline. Tapi untuk adik ku ini Nathan, karna dia yang bersikeras agar kamu masih bekerja di perusahaan ini. Aku setuju saja karna selama kamu bekerja di sini kinerja mu sangatlah bagus. Jadi malah aku yang seharusnya berterima kasih atas kerja kerasmu itu." ucap Carl. Zeline terdiam dan melirik Nathan yang masih memandang nya.

"Yahhh.. Kamu benar, hmmm.. Nathan terimakasih aku bersunguh sungguh untuk itu. Terimakasih telah membantu ku."

"Bukan masalah besar Zee.. Kerja kamu memang bagus dan lagi pula Walter Company di New York sangat membutuhkan orang seperti mu." ucap Nathan.

"Baiklah.. Sekali lagi aku berterimakasih untuk kalian berdua." ucap Zeline dengan melangkahkan kakinya menuju Byian dan Keysa.

Malam ini di adakan makan malam perpisahan untuk Zeline dan kelurganya yang sebentar lagi akan pergi kembali ke Amerika. Makan malam terasa menyenangkan, banyak obrolan yang penuh dengan tawa dari kedua keluarga. Apalagi ketika Keysa berbicara tentang masa kuliah mereka yang sedikit menyedihkan karna tidak ada satu pun pria yang mendekati mereka gara gara sesosok Ryan yang selalu bersama mereka.


Sejak Carl datang matanya tidak lepas dari Byian. Malam ini Byian sangat cantik dengan wajah tanpa make up, di tambah dia mengenakan hot pant dan kaos dengan lengan tali spaghetti yang pas di tubuhnya. Membuat seluruh tubuh Carl panas padahal ruangan begitu dingin.

Makan malam terasa sangat lama bagi Byian, karna semenjak Carl berada di satu ruangan dengannya Byian sangat gugup, bagaimana tidak Carl selalu memandangnya begitu lekat, dengan mata birunya yang tajam dan kadang Carl terseyum dengan bibirnya yang merah apabila Byian kepergok sedang meliriknya.

Setelah makan malam selesai keluarga Kenward pamit untuk segera ke bandara dan rasa haru yang di rasakan Byian, Keysa dan Zeline tidak terbendung lagi. Mereka menangis dengan berpelukan, para orang tua cukup memakluminya karna sudah hampir sepuluh tahun mereka bersama dan sekarang mereka akan berpisah.

Tuan Harvey, Darrel, Elina dan Paul ijin kembali ke hotel. Nathan sudah pergi terlebih dahulu karna akan mengantar Zeline dan orangtuanya ke bandara. Tinggal Keysa, Byian dan juga Carl.

"Ada apa dengannya? Kenapa dari tadi dia selalu melihatku dan terlihat marah seperti ingin menerkam ku saja." batin Byian.

"Kapan kamu mulai bekerja?"

"Huh... Apa?"

"Aku bertanya kapan kamu mulai bekerja?"

"Hmm... Aku sudah bicara dengan Dokter pembimbing ku kalau minggu depan aku bisa mulai masuk kembali." ucap Byian tanpa melihat ke arah Carl.

"Kenapa dengan matamu? Apa sedang sakit?"

"Huh... Mataku? Tidak.. Aku baik baik saja."

"Tapi kenapa setiap aku berbicara matamu tidak pernah melihat ku, sudah aku beritahu kan kalau itu tidak sopan, Byian!"

"Shit... Ketika dia menekankan nama ku suara Barito serak nya terasa sangat sexy. Wait... Wait... Ada apa dengan ku? Kenapa malah aku bilang seperti itu? Aku sudah benar benar sudah gila." batin Byian.

"Byian lihat aku!"

"Byian....ada telpon dari Adam, katanya dia menghubungi mu tidak kau jawab." teriak Keysa dari ruang keluarga.

"A-aku harus ke kamar, permisi." ucap Byian berlalu melewati Carl yang wajah nya mulai menggelap karna baru saja mendengar apa yang Keysa katakan.

"Fuck....."

Byian ke kamarnya dan mencari handphone yang berada di tasnya. Di lihat ada delapan miscall, dua pesan dari Adam. Dua pesan di baca oleh Byian

From : Adam
Bi... Kenapa aku telpon tidak di angkat? Apa kamu sudah tidur?

From : Adam
Hello... Apa ada Byian di sana?

Byian tersenyum melihat isi pesan dari Adam.

"Dasar konyol."

Sebelum Byian membalas pesan dari Adam tiba tiba pintu terbuka lalu tertutup kembali. Byian mengangkat kepalanya dan tertegun karna di depan pintunya ada Carl yang sedang menatapnya.

"Sedang apa kamu di kamarku?" ucap Byian kaget lalu berdiri dari duduknya di ujung kasur.

Tidak ada jawaban dari Carl, Carl memandang dengan tajam ke arah Byian, kalau saja pandangan Carl adalah sebuah pisau mungkin Byian sudah berdarah. Carl berjalan perlahan ke arah Byian secara perlahan, tapi Byian tidak bisa bergerak mundur karna di belakangnya ada kasur. Carl tepat berada di depan Byian, Byian bisa merasakan nafas Carl di depan wajahnya.

"Sial.. Kenapa dengan situasi ini, dia sangat harum, perpaduan antara mint dan tembakau." batin Byian.

"Kenapa kamu meninggalkan ku? Bukannya kita sedang dalam pembicaraan?"

"A-aku harus telpon seseorang. Aku.."

Sebelum Byian melanjutkan kata katanya, tiba tiba Carl meletakan tangannya ke pinggang Byian dan menarik Byian ke arah dadanya. Byian merasakan rasa kenyal di bibirnya, Carl menciumnya. Tangan Carl berada di tengkuk Byian untuk memperdalam ciumannya. Byian masih kaget dengan apa yang telah terjadi, tapi secara naluri Byian memejamkan matanya.

Carl melumat bibir merah Byian. Ciuman Carl itu bergairah dan sedikit menuntut. ini ciuman kedua bagi Byian. Byian menyukai ciuman ini. Ada gairah yang baru di dalam diri Byian yang dia rasakan dan dia menyukai rasa itu.


Bibir mereka berpisah untuk menghirup oksigen, Carl melihat bibir Byian bengkak atas ulahnya. Carl mengusap bibir Byian dengan jempol jarinya.

"Jangan pernah meninggalkan ku demi pria lain Byian." ucap Carl terputus putus. Carl berbalik dan membuka pintu meninggalkan Byian sendiri dikamar. Byian belum sadar apa yang telah terjadi sampai dia mendengar bunyi pintu tertutup dengan kencang.

Makes Me Lose (#1 Collins) (The End ✅) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang