Byian berada di kamar mandi, sudah hampir tiga puluh menit Byian menangis di sana. Byian berpikir kenapa semua tidak berjalan dengan baik. Itu adalah hak dirinya memiliki kehidupan seperti apa yang di inginkan nya.
Tok... Tok...
"Byian apa kamu di dalam sayang? Keluarlah nak kita harus bicara." kata Mary dengan cemas. Byian keluar dari kamar mandi setelah mendengar suara Mary.
"Mary..."
"Oh.. Byian sayang lihatlah dirimu." kata Mary melihat wajah Byian yang kacau habis menangis. "Kita harus bicara." Byian hanya mengangguk.
Mary mengajak Byian duduk di kasurnya. Mereka saling berhadapan. Mary mengelus rambut Byian dengan sayang. Mary tau sekarang Byian teramat sedih karena situasi dengan Carl tunangannya sedang tidak baik.
"Sayang.. Kenapa kita harus pergi dari sini? Maksudku apabila kita akan bersama kenapa kita harus pindah. Aku tidak keberatan apabila aku akan tinggal di sini sayang, asalkan aku tidak menyusahkan orang orang yang berada di sini. Kalau perlu aku bekerja di sini agar aku berguna di rumah ini." ucap Mary.
"Tidak Mary, aku harus keluar dari rumah ini untuk kebaikan diriku sendiri. Lagi pula untuk apa kamu bekerja di sini, kamu adalah keluarga Mary. Terutama keluarga ku. Aku sudah memutuskan besok dengan persetujuan atau tidak dengan mereka kita akan tetap pergi." Mary menghela napasnya.
"Baiklah sayang, apapun pilihanmu aku akan mendukungmu." Mary tersenyum.
"Terimakasih Mary." Byian memeluk Mary erat.
"Kalau besok kita akan pergi lebih baik kamu membereskan apa yang perlu kamu bawa sayang."
"Tentu.. Aku hanya membawa pakaian ku saja karna semua barang yang berada di sini sudah ada ketika aku tinggal di sini." kata Byian sambil melihat sekeliling. "Kamu juga harus bereskan pakaianmu kan?"
"Tidak perlu, pakaian ku masih di koper, aku tidak membukanya karna dari awal kita memang tidak akan tinggal di sini bukan. Jadi aku tidak membongkarnya." ucap Mary tersenyum.
Keesokan paginya Byian dan Mary sudah akan pergi dari kediaman Walter. Mereka sudah mengangkat koper milik mereka masing masing.
Byian hanya membawa pakaian miliknya yang di bawa dari London, pakaian yang di walk in closet memang semua miliknya tapi ada pakaian yang pemberian Carl beserta perhiasan untuk dirinya yang Byian tidak akan bawa.
"Apa kamu akan tetap pergi?" Byian melihat tuan Harvey ketika berada di ruang keluarga.
"Iya kek, ini sudah keputusan ku. Tidak ada yang bisa merubahnya."
"Termasuk kakek."
"Iya kek." Byian melihat tuan Harvey menghela napas.
"Baiklah sayang, pergilah doaku menyertaimu. Teruslah berhubungan dengan kami dan berhati hatilah. Jaga dirimu dengan baik di sana." tuan Harvey memeluk Byian.
"Pasti kek, tidak usah khawatir kan aku. Aku bisa jaga diri." Byian pun melepaskan pelukan tuan Harvey.
"Jaga cucuku Mary, aku percaya padamu."
"Tentu tuan Harvey, Byian sudah seperti anakku."
Mereka pun berpamitan pada Darrel dan Elina Walter, juga pada Nathan dan Kesya. Kesya bahkan menangis tidak rela Byian pergi tapi apapun keputusan Byian, Keysa tetap mendukungnya.
Byian tidak melihat Carl di mansion, kemungkinan kemarin Carl sudah pergi ketika Carl berargumen dengan dirinya.
Mereka di antar oleh Paul ke penthouse yang akan di tempati. Mereka akan tinggal di Madison Square Park Tower Triplex. Salah satu Apartemen termewah di kota New York.
KAMU SEDANG MEMBACA
Makes Me Lose (#1 Collins) (The End ✅)
RomanceSepuluh tahun yang lalu Byian Serafina Collins memiliki keluarga yang utuh, Byian hidup dengan bahagia bersama kedua orang tua dan kakak laki laki nya, tapi dalam semalam semua itu musnah, kebahagiaan dan rasa cinta yang selama ini Byian rasakan dir...