“Begitulah cinta, kadang membuat kita buta. Tidak tahu mana cinta sejati dan mana cinta yang main-main saja.”
“Kadang kita tidak menyadari petunjuk dari Allah itu datang. Kita tetap saja acuh, padahal Allah sudah berulang kali memperingatkan.”Setahun berlalu aku masih menyimpan rasa suka dengan si Mawar. Aku memang begitu kalau sudah suka dengan perempuan. Rasa sukanya itu awet, tapi kalau sudah lupa, jadi tiba-tiba sudah nggak kenal.
Aku juga bingung kenapa aku masih suka dengan Mawar itu. Padahal aku sudah tahu dia punya pacar, aku juga tahu kalau ternyata aku adalah laki-laki yang tidak termasuk tipenya. Tapi masih saja aku bertahan. Mungkin karena aku merasa dia masih memberikan harapan.
Nah, jadi untuk perempuan nih kalau kamu tidak suka dengan laki-laki janganlah memberi harapan. Karena dia akan menunggu. Kalau kamu tidak suka katakan, dan memang seharusnya begitu sih.
Naik kelas tiga Aliyah aku masih menjabat menjadi ketua OSIS pada waktu. Ternyata, jabatan juga tidak membuatnya tergila-gila denganku. Padahal sebenarnya dengan jabatanku saat ini aku menaruh harapan agar setidaknya dia menjadi kagum denganku. Eh, ternyata dia biasa saja.
Siswa-siswa baru kembali hadir. Kami kakak kelas biasanya menjadi sok ganteng dan sok cantik menyambut siswa baru ini. Kebanyakan dari kami sudah naik ke kalas tiga. Aku sebenarnya berharap, aku bisa mencari perempuan lain dan kemudian berpindah hati. Tapi ternyata tidak, aku masih suka dengan Mawar.
Ada setidaknya sepuluh kelompok. Masing-masing kelompok terdiri dari 11-15 orang, dan dominan dari setiap kelompok itu adalah perempuan. Dan dari semua perempuan itu, pada saat itu tidak ada yang menarik menurutku.
Aku sebenarnya bisa saja kalau mau pacaran saat itu juga. Kamu harus tahu, banyak adik-adik kelas yang berusaha mencuri perhatian dariku. Tidak jarang, bahkan yang paling membuatku geli adalah saat dia menyatakan perasaan dan secara blak-blakan bilang mau jadi pacarku.
Tentu aku tidak mau, seharusnya kan laki-lakinya yang berjuang. Kalau kamu menjadi seorang perempuan aku harap kamu tidak seperti ini.
Kalau kamu benar-benar mencintai seorang laki-laki maka berharaplah untuk dia menjadi pasangan halalmu. Bukan justru menawarkan dirimu untuk menjadikan pasangan yang tidak halal. Kalau menawarkan diri untuk menjadi istri sih boleh saja, justru bagus karena untuk menghindari fitnah dunia.
Saat itu namanya MATSAMA (MasaTaaruf Siswa Madrasah) artinya perkenalan lingkungan baru bagi mereka yang masuk di sekolah kami. Aku menjadi salah seorang panitia di kegiatan tersebut.
Ternyata, MATSAMA ini bukan hanya diikuti oleh mereka yang baru masuk kelas satu. Tetapi ada juga mereka yang dari kelas dua Aliyah. Mereka yang kelas dua Aliyah mengikuti MATSAMA karena tahun sebelumnya belum ikut kegiatan yang sama. Tetapi juga ada yang mengikuti kegiatan ini karena memang baru di sekolah ini.
Mereka lah siswa pindahan dari sekolah lain. Termasuk istriku pada saat itu. Di sinilah pertama kalinya kami bertemu, tetapi belum saling kenal. Istriku merupakan siswa pindahan dari Tenggarong. Pada saat itu dia kelas dua Aliyah.
Pertama kali melihatnya, aku biasa saja. Tidak ada yang spesial darinya. Bahkan aku tidak sama sekali tertarik dengannya pada waktu itu. Tetapi beda dengan laki-laki. Aku tahu, ternyata banyak yang mendekatinya. Mungkin karena pada saat itu dia merupakan siswa baru dan pindahan.
Aku tidak tahu, bagaimana pertama kalinya dia melihatku. Kami jarang berpapasan. Karena juga tugasku bukan langsung ke lapangan. Hanya saja, aku tahu dia bahwa siswa pindahan. Bukan kelas satu Aliyah tetapi kelas dua Aliyah.
Setelah kegiatan MATSAMA berakhir, rasa suka dengan si Mawar belum juga hilang. Tetapi perlahan aku mulai sadar. Ada yang salah dengan apa yang telah aku lakukan selama ini. Hatiku tergerak, bergetar tiba-tiba.
Aku mengingat-ngingat semua kejadian. Mengeluarkan banyak uang, menghabiskan waktu, tidak konsen belajar. Seharusnya sejak saat itu aku sadar bahwa petunjuk dari Allah sudah datang. Aku dilarang untuk berpacaran.
Dengan sepenuh hati, secara perlahan aku mulai melupakan si Mawar. Setiap kali bertemu dengannya aku bersikap biasa saja. Aku juga jarang berkirim pesan. Aku benar-benar membatasi interaksiku dengan si Mawar.
“Kita kadang lupa sejauh mana sudah kita melangkah. Namun Allah akan menuntun hamba-Nya yang selalu bertakwa kepada-Nya.”
Aku saat itu benar-benar sadar. Bahwa si Mawar memang bukanlah yang terbaik denganku. Tetapi ketahuilah, pada saat itu aku masih belum tahu sama sekali kalau pacaran itu dilarang.
Kemudian yang aku lakukan setelah itu adalah kembali mencari perempuan.
***
A
lhamdulillah sudah bisa kembali update. Jangan lupa vote dan komennya yah 😊
InsyaAllah update setiap hari senin-jumat

KAMU SEDANG MEMBACA
Cerita Cinta Pengejar Nikah Muda (Finish)
RomanceMenikah di usia muda? Siapa bilang itu sesuatu yang sulit. Kadang kita yang mempersulit apa yang sebenarnya mudah saja dilakukan. Inilah adalah ceritaku, perjuanganku yang memutuskan untuk menikah di usia muda.