Bidan kemudian melakukan tindakan. Ini adalah saat yang sangat genting. Atau kalau tidak segera, maka jalan satu-satunya yang mungkin bisa dilakukan adalah dengan dirujuk ke rumah sakit. Dan kami menghindari itu.Bidan naik ke atas ranjang, menatap mata istriku. Seperti memberikan sebuah isyarat untuk terus berjuang. Untuk tidak dengan gampang menyerah.
"Kalau sudah sakit, kita lakukan bersama-sama yah, bu. Tarik napasnya panjang-panjang, harus bisa." ucap bidan pada saat itu, sudah siap hendak melakukan sesuatu.
Maka saat rasa sakit muncul, bidan mendorong dengan kuat perut istriku, istriku juga berusaha sekuat tenaga. Bidan terus memberi semangat agar istriku tetap terus mengejan.
Percobaan pertama waktu itu gagal, belum berhasil. Meski ada perkembangan. Kepala bayi sudah hampir keluar sedikit lagi. Aku terus berdoa di dalam hati. Kembali meminta kemudahan.
Saat kemudian rasa sakit itu muncul lagi, bidan lebih keras mendorong perut istriku ke bawah. Dua orang kepercayaannya juga ikut membantu.
Rasa sakit tiba-tiba hilang.
"Ayo bu, kasian bayinya. Sudah terlalu lama."
Aku kembali mendengar rasa tidak kuat dari istriku. Sungguh, aku pasrah sudah pada waktu itu. Sambil terus membisikkan kata-kata semangat. Dan bilang bahwa sebentar lagi bayi kami akan segera lahir.
Rasa sakit kembali muncul, bidan langsung mendorong dengan kuat. Istriku menambah kekuatannya. Sore itu, seorang bayi laki-laki pada akhirnya keluar melihat dunia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cerita Cinta Pengejar Nikah Muda (Finish)
RomanceMenikah di usia muda? Siapa bilang itu sesuatu yang sulit. Kadang kita yang mempersulit apa yang sebenarnya mudah saja dilakukan. Inilah adalah ceritaku, perjuanganku yang memutuskan untuk menikah di usia muda.