"Rasa takut hanya akan membuat kita terlena. Bangkitlah lalu kemudian berjuang, jangan takut, karena Allah bersama orang yang beriman.”
Aku sudah tidak dapat lagi menahan. Aku tidak bisa berkonsentrasi untuk semua hal. Sepertinya pernikahan memang adalah solusi yang paling tepat untukku sekarang.
Sudah lebih dari enam bulan kami berinteraksi jarak jauh. Aku sudah tidak pernah lagi melihat wajahnya. Melihat bola mata indah yang selalu menentramkan. Tumbuh secepat mungkin untuk aku segera menceritakan semuanya kepada orangtuaku.
Lagi pula apa salahnya kalau aku meminta untuk menikah? Usiaku sudah di atas 17 tahun. Aku juga sudah memiliki penghasilan sendiri. Setidaknya sampai sekarang aku sudah mampu membiayai kuliahku. Mulai dari masuk kuliah sampai pembayaran setiap semester.
Aku mendapat kabar, di sana Rani tinggal bersama tentenya dan juga pamannya. Kedua mbahnya atau ayah dan ibu dari bunda Rani juga tinggal bersama mereka.
Rani masih setia menungguku di sana. Ibunya juga sering menanyakan perkembangan tentang rencana pernikahan ini. Sungguh aku sangat malu sekali bila semua ini tidak terjadi. Aku bukanlah orang yang suka menebar janji lalu tidak menepati.
Rencana kami masih sama seperti dulu, kami pernah menargetkan untuk menikah pada tanggal 13 Agustus. Kami ingat betul itu. Rencana yang selalu kami hitung setiap harinya.
Berpisah jauh darinya mengajarkan aku banyak hal. Termasuk tentang keberanian dan mengambil keputusan.
***
Alhamdulillah bisa kembali update cerita ini. 😊
Jangan lupa untuk terus vote dan komennya yah teman-teman. Terimakasih

KAMU SEDANG MEMBACA
Cerita Cinta Pengejar Nikah Muda (Finish)
RomanceMenikah di usia muda? Siapa bilang itu sesuatu yang sulit. Kadang kita yang mempersulit apa yang sebenarnya mudah saja dilakukan. Inilah adalah ceritaku, perjuanganku yang memutuskan untuk menikah di usia muda.