Pukul tiga siang, saat bidan mulai kembali memeriksa, bukaan kembali bertambah. Saat ini sudah pembukaan tujuh, yang sebentar lagi seharusnya istriku akan mengalami yang namanya pecah ketuban.Bidan yang memeriksa pun mulai berjaga. Setidaknya ada tiga orang yang akan membantu proses melahirkan istriku nanti, bidan dan dua orang kepercayaannya. Dalam hati aku tak henti-hentinya berdoa.
Rasa sakit yang istriku rasakan semakin bertambah. Itu terlihat jelas dalam setiap tiga menit sekali. Bukan lagi dalam lima menit. Dia terus berdoa dan berdzikir yang keluar dari mulutnya.
Bidan menyarankan saat itu untuk berdoa di dalam hati saja, tidak perlu bersuara karena itu nanti bisa menghabiskan energi dan napas bisa menjadi tidak teratur.
"Sudah tidak tahan, Bu."
Istriku merengek kesakitan, terlihat jelas kepucatan dari wajahnya. Aku dan ibu mertuaku terus berusaha menguatkannya. Sebentar lagi, anak kami akan terlahir di dunia.
Kata bidan, seharusnya istriku sudah mengalami pecah ketuban. Tinggal menunggu itu saja lagi. Bukaan selanjutnya bisa jadi lebih cepat.
Aku juga terus memintanya untuk tetap tenang dan bisa mengatur napas, seperti apa yang telah kami lakukan dan latih sebelum melahirkan.
Aku juga membisikkan doa-doa agar istriku bisa lebih tenang. Meski emosinya sekarang sudah sangat susah untuk dikontrol karena harus menahan rasa sakit.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cerita Cinta Pengejar Nikah Muda (Finish)
RomanceMenikah di usia muda? Siapa bilang itu sesuatu yang sulit. Kadang kita yang mempersulit apa yang sebenarnya mudah saja dilakukan. Inilah adalah ceritaku, perjuanganku yang memutuskan untuk menikah di usia muda.