AKU lihat istriku sudah megap-megap kehabisan napas. Dia menggeleng-geleng sudah tak sanggup. Aku hampir saja mau menangis, tapi sekuat mungkin masih aku tahan. Tidak ingin terlihat panik."Ayo bu, sedikit lagi. Kasian anaknya, nanti kehabisan oksigen." begitulah kira-kira kalimat yang aku dengar dari bidan. Dia memberikan semangat. Aku juga memberikan terus semangat, bilang kalau sedikit lagi. Bilang apa yang akan kami lakukan bersama dengan anak kami nanti.
Istriku kembali menarik napasnya, kemudian mengejan sekuat tenaga. Tapi rasa sakit tiba-tiba hilang. Ini sebenarnya sangat bahaya sekali. Apabila rasa sakit sudah hilang maka tidak ada rasa ingin mengejan. Anak kami di dalam juga akan semakin lama dikeluarkan.
Maka dilakukan lah berbagai cara agar terjadi kontraksi. Rasa sakit kemudian kembali menjalar ke seluruh tubuh istriku. Dia menarik napas dalam, kemudian mengejan kembali sekuat tenaga.
"Bu, sudah tidak kuat." itulah kata-kata yang keluar dari mulut istriku. Bidan dan dua orang kepercyaannya langsung memberikan kembali semangat.
Kata-kata yang membuatku kembali harus menekuk wajah dan menahan tangis.
Kepala bayi masih terjebak. Belum keluar dari rahim, padahal saat diperiksa posisi bayi sudah sangat bagus untuk dilahirkan.
Bidan kemudian melakukan cara lain, cara agar bayi segera cepat dikeluarkan. Bidan itu kemudian naik ke atas ranjang. Memintaku untuk menjauh sebentar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cerita Cinta Pengejar Nikah Muda (Finish)
RomansMenikah di usia muda? Siapa bilang itu sesuatu yang sulit. Kadang kita yang mempersulit apa yang sebenarnya mudah saja dilakukan. Inilah adalah ceritaku, perjuanganku yang memutuskan untuk menikah di usia muda.