“Menikah itu perlu banyak persiapan. Bukan main-main, kamu tidak hanya menyatukan rasa cinta. Tetapi juga sebuah keluarga besar.”
Aku merasa pada saat itu kami berdua sama-sama tidak nyaman dengan apa yang kami kerjakan. Kami seperti orang yang paling munafik yang pernah ada. Kami tahu kalau perbuatan kami selama ini itu tetap saja salah, tetapi seolah takut kehilangan kami tetap saja saling berkirim pesan.Yah, harus aku akui. Perasaan yang timbul dengan Rani tidak pernah aku rasakan sebelumnya. Aku memang pernah suka dengan banyak perempuan, tetapi merasakan takut kehilangan, merasakan takut kalau Rani kemudian berpaling, itu yang tidak pernah aku rasakan sebelumnya. Aku merasakan itu sekarang. Rasanya, sehari saja tidak memberikan kabar kepadanya, seolah-olah dia lupa denganku.
Setiap harinya aku membuka media sosial. Melihat lebih banyak hal tentang pernikahan. Tepatnya pada hari itu aku menemukan salah satu akun, memposting kebersamaannya dengan pasangan halal. Dicaption yang dia tulis bagaimana rasanya bahagia dengan pasangan halal dan efek dari hubungan sebelum halal.
Melihat postingan itu, aku menjadi berpikir untuk segera menyatakan rasaku ini langsung kepada Rani. Tetapi, tidak untuk mengajaknya pacaran tetapi mengajaknya untuk menikah.
Saat itu aku masih duudk di bangku kelas tiga Aliyah. Dan Rani masih duduk di bangku dua Aliyah. Sangat tidak mungkin bagi kami melangsungkan pernikahan.
Aku memendam rencanaku itu dulu sambil terus belajar. Aku sengaja membeli buku-buku seputar pernikahan. Aku banyak membaca melalui internet tentang pernikahan muda. Aturan pernikahan di Indonesia, aturan pernikahan dalam Islam. Dan sejak saat itulah kehidupanku banyak berubah.
Selang beberapa bulan kemudian, aku memberanikan diri untuk mengajak Rani menikah. Yah, aku mengajaknya melalui pesan.
Kira-kira begini isi pesanku dulu kepadanya saat mengajak untuk menikah.
“Assalamualaikum, kamu tahu kan kalau hubungan kita selama ini tetap saja salah. Allah pasti nggak suka dan tidak baik untuk kita berdua. Kamu mau menikah nggak?”
Kurang lebih seperti itu. Aku sudah lupa bagaimana kalimatnya. Dia kemudian membalas.
“Iya, kita selama ini salah.”
“Nikah?”
"Iya, menikah, kalau nanti kamu sudah lulus sekolah.”
Balasku, tanpa sedikit keraguan aku mengetik dan mengirim pesan itu. Karena tekadku saat itu sudah sangat bulat.
Rani kemudian mengiyakan ajakanku untuk menikah. Aku pada saat itu sangat gembira. Tapi, aku masih bertanya apa cara yang aku lakukan ini sudah benar?
Pada saat itu, aku berusaha untuk tidak lagi dibiayai oleh orangtua. Aku mencari usaha sendiri, salah satunya menjadi seorang penulis. Aku berusaha dengan keras untuk mengatur waktu antara belajar dan mengerjakan proyek.
Kami masih tetap saling berkirim pesan, hanya melalui chatting tetap tidak pernah berduaan, tidak pernah berboncengan, tidak pernah ketemuan.
Kami membahas banyak hal seputar pernikahan. Mulai dari menentukan tanggal dan bulan sendiri, sampai kami berangan-angan menikah dimana, punya anak berapa, dan banyak hal yang kami bahas seputar rumah tangga pada waktu itu.
Namun hal tersebut ternyata tidak membuat jiwaku tenang. Aku masih merasakan kegelisahan entah kenapa. Aku kemudian memutuskan untuk membatasi kami saling berkirim pesan.
Rani setuju dengan usulanku. Dia juga mengaku tidak tenang selama ini. Sejak saat itu kami mulai jarang berkirim pesan. Hanya mengirim pesan bila ada sesuatu yang sangat penting.
Itulah ajakan pertamaku untuk menikah dengan Rani. Dan pada saat ini aku tahu ternyata cara yang aku lakukan memang belum tepat. Seharusnya ajakan ku untuk menikah ini melalui walinya atau orangtuanya, bukan kepada Rani langsung. Tapi jujur, pada saat itu aku sama sekali tidak tahu. Aku hanya ingin berniat menjaga kami berdua agar tidak terjerumus dari bujuk rayu setan. Dan cara itulah yang aku tahu pada waktu itu.
***
Alhamdulillah bisa kembali update cerita terbaru 😊😍
Jangan lupa vote dan komennya yah teman-teman.

KAMU SEDANG MEMBACA
Cerita Cinta Pengejar Nikah Muda (Finish)
RomantizmMenikah di usia muda? Siapa bilang itu sesuatu yang sulit. Kadang kita yang mempersulit apa yang sebenarnya mudah saja dilakukan. Inilah adalah ceritaku, perjuanganku yang memutuskan untuk menikah di usia muda.