Dzuhur.

242 11 0
                                    


Waktu Dzuhur telah tiba. Aku ijin pamit kepada istri, ibu mertua dan juga orangtuaku untuk ke masjid, melaksanakan shalat berjamaah. Berdoa kepada Allah subhanahu wata'ala agar dimudahkan semuanya.

Aku pandangi wajah istriku. Dia tersenyum tipis, wajahnya pucat sekali. Kemudian menahan rasa sakit akibat kontraksi. Tidak tega sekali aku melihatnya kesakitan seperti itu.

Bisa saja setelah dzuhur nanti istriku melahirkan. Atau sudah bertambah pembukaannya lebih cepat. Tak tenang sebenarnya meninggalkan istri tanpa ada aku di sampingnya.

Maka setelah shalat dzuhur berjamaah di masjid aku buru-buru pulang. Tidak ingin terlambat melihat kelahiran istriku. Dengan panjang sekali doa yang aku ucapkan, berharap semuanya akan dikabulkan oleh Allah subhanahu wata'ala. Aamiin.

Sesampainya kembali di rumah bidan, istriku masih terbaring lemah. Setiap kali kesakitan dia memegang bahu ibunya atau tangan mamaku untuk menahan rasa sakit itu.

Bidan yang tadi di puskesmas juga sudah datang bersama temannya yang lain, mereka yang akan membantu proses persalinan istriku.

Beberapa menit setelah aku datang, istri kembali diperiksa. Keadaannya sudah semakin pucat, rasa sakit yang dia rasakan bertambah, itu terasa karena semakin kuat genggaman tangannya.

Pemeriksaan selanjutnya, semua kondisi normal. Termasuk bayi yang kepalanya sudah sangat terasa ketika bidan melakukan pemeriksaan. Siang hari itu, aku ingin ini segera cepat berlalu.

Cerita Cinta Pengejar Nikah Muda (Finish)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang