“Percayalah, Allah akan membantu. Kita sebagai hamba hanya perlu bersabar, dan terus berdoa meminta kebaikan.”
Seperti yang aku duga, aku tidak mendapatkan restu dari kedua orangtuaku. Bahkan saat itu aku mendapatkan nasihat-nasihat yang menurutku bertentangan dari apa yang selama ini aku pelajari.
Aku sudah semakin banyak membaca tentang hukum menikah, menikah muda, cara menikah beda provinsi, persiapan rumah tangga, bahkan aku juga sudah membaca bagaimana hukumnya menikah tanpa restu orangtua. Karena jujur teman-teman aku pada saat itu sudah memiliki niat untuk menikah tanpa restu mereka.
Esok paginya, saat itu semuanya ada di rumah. Aku memang ingin sekali meminta jawaban kepada ibu tetapi itu bukanlah momen yang tepat karena masih ada adik-adikku. Tetapi aku tidak menyangka, ayah justru memanggilku dari dalam kamar. Aku sengaja mengurung diri dalam kamar, agar tidak terjadi pembahasan tentang pernikah dulu.
“Kamu benar mau menikah?”
Begitulah tanya ayahku waktu itu. Semua yang ada di dalam rumah mendengar. Termasuk adik-adikku.
Jantungku saat itu juga berdetak sangat kencang, aku tidak bisa mengatur napasku.
“Iya.” Jawabku singkat pada waktu itu.
“Pokoknya ibu nggak rela kamu menikah, lulus kan dulu kuliah, cari kerja, baru menikah.”
Deg… jantungku seolah berhenti saat itu juga, air mata hendak jatuh namun sebisa mungkin aku bertahan.
“Banyak tuh tetangga yang sudah nikah, belum lagi cari kerja, ribut terus setiap hari.”
Ibuku yang waktu itu banyak bicara. Aku memang terus menjawab setiap ucapan dari ibu. Aku mencoba menjelaskan dengan cara perlahan.
“Itu kan orang, ngapain nurutin orang? Daripada pacaran, hamil. Aku kan nggak mau kayak gitu.”
Ibuku juga terus menyahut dan menyanggah setiap ucapan dariku. Dia terus memberikan fakta-fakta tentang kenalannya yang menikah muda kemudian berujung pada perceraian dan keributan.
Aku juga tidak mau kalah, aku berbicara berdasarkan kejadian yang selama ini mereka tahu. Aku juga menyajikan data-data pernikahan menurut islam. Dan aku berkata tidak ada hubungannya antara pernikahan dan kuliah.
Aku tidak dapat menahan air mataku saat itu. Aku menangis, benar-benar menangis. Aku tidak bisa mengatur napasku. Aku lihat juga raut kesedihan hadir di wajah ibuku. Ayahku kebanyakan diam, tapi aku tahu dia juga tidak memberikan restu kepadaku.
Aku tidak mendapatkan restu untuk menikah.
Tidak semudah seperti apa yang aku bayangkan dulu. Inilah salahnya aku, seharusnya aku bilang dulu dengan orangtuaku. Baru aku berani mengajak ngobrol Rani untuk menikah.
Aku menceritakan semua ini kepada Rani. Aku tahu dia juga pasti sedih di sana. Ini tidak sesuai dengan harapan kami. Padahal kami selalu berdoa setiap shalat lima waktu ditambah dengan shalat malam.
Namun kami masih percaya dengan tanggal dan bulan yang telah kami tentukan. Kami terus menghitungnya, mungkin ini adalah ujian awal untukku. Mencoba untuk meyakinkan orangtuaku.
Sejak saat itu aku lebih banyak membaca bagaimana bisa mendapatkan restu dari orangtua. Cara mendapatkan restu dari orangtua untuk menikah muda. Dan aku juga sering meminta pendapat kepada mereka yang sudah pernah menikah di usia muda. Aku ingin meminta masukan dan saran kepada mereka.
***
Alhamdulillah sudah bisa update lagi. 😊 terimakasih yang sudah baca sampai sini. Jangan lupa vote dan komennya yah.

KAMU SEDANG MEMBACA
Cerita Cinta Pengejar Nikah Muda (Finish)
RomanceMenikah di usia muda? Siapa bilang itu sesuatu yang sulit. Kadang kita yang mempersulit apa yang sebenarnya mudah saja dilakukan. Inilah adalah ceritaku, perjuanganku yang memutuskan untuk menikah di usia muda.