Kami kembali duduk berhadapan dengan sang dokter. Lima menit kami menunggu dokter itu berbicara. Aku jadi gugup sendiri. Takut hal yang sama terulang di sini: dirujuk ke rumah sakit untuk menjalani observasi sampai melahirkan."Kondisi bayinya sehat, berat tubuh, detak jantung, semuanya normal." jelas dokter yang membuatku ternganga tidak percaya.
Lalu kalau begitu apa yang menyebabkan pendarahan itu terjadi?
"Kalau ISK juga tidak," sambung dokter sambil menulis beberapa resep obat yang nantinya harus kami tebus. "Hanya infkesi saja. Dinding rahimnya tipis, sehingga ada pendarahan."
Aku dan istri saling bertatapan lama. Benarkah? Itu artinya bayi kami bisa lahir dengan normal sesuai dengan waktunya.
"Silakan tebus obat di luar, dan ini fotonya." dokter itu menyerahkan secarik kertas yang berisi resep obat yang harus ditebus, juga amplop yang dalamnya berisi foto hasil USG bayi kami.
Kami keluar dengan perasaan yang begitu lega. Sangat melegakan. Kami langsung menebus obat yang harganya tentu saja harus menipiskan isi dompet. Tapi tak masalah, ini pasti obat terbaik, ikhtiar kami agar semuanya juga baik-baik saja.
Kabar ini segera kami beritahu dengan keluarga di Jawa dan orangtuaku. Setidaknya mereka tidak menjadi khawatir lagi. Tapi tentang lilitan itu, kami masih menyembunyikannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Cerita Cinta Pengejar Nikah Muda (Finish)
RomanceMenikah di usia muda? Siapa bilang itu sesuatu yang sulit. Kadang kita yang mempersulit apa yang sebenarnya mudah saja dilakukan. Inilah adalah ceritaku, perjuanganku yang memutuskan untuk menikah di usia muda.