Bab 19: Semua Dilakukan Sendiri

368 28 1
                                    

“Kamu tidak sendiri, percayalah Allah akan membantu Hamba-Nya yang berjuang menegakkan agama-Nya.”


 


Rani dan keluarganya berada di Jawa sekarang.”

Mendengar ucapanku itu lantas ayah dan ibuku kaget. Mereka terkejut. Jawa? Bahkan membayangkan ke sana saja tidak pernah. Apa lagi melangsung pernikahan di sana. Aku pun sebenarnya juga bingung bagaimana melangsung pernikahan di sana. Dan tidak mungkin juga aku hanya sendiri pergi ke sana.

Kalau begitu, sabar dulu, ayah cari pinjaman dulu dengan keluarga.”

Ucap ayahku pada saat itu. Ayah memang cara bicaranya tidak lagi seperti dulu, kali ini dia lebih lembut. Ibu juga tidak banyak bicara.

Aku memang sempat mengatakan tanggal dan rencana pernikahan kami. Tapi, kalau harus di Jawa? Apalagi saat ini tidak ada persiapan sedikitpun mana mungkin bisa.

Biaya pernikahan itu tidak sedikit, itu yang terus dikatakan ayah dan ibuku. Aku sudah menjelaskan kepada mereka, tidak ada yang namanya Jujuran atau uang panai yang sering diserahkan oleh pihak laki-laki kepada perempuan. Aku juga sudah menjelaskan kalau Rani hanya meminta mahar sederhana, cukup sebenarnya dengan perlengakapan alat shalat.

Ayah waktu itu hendak kembali tidak setuju karena harus melangsungkan pernilkahan di Jawa. Kami tidak pernah ada pengalaman  untuk bepergian jauh. Apalagi biaya yang digunakan pasti tidak sedkit.

Jujur saja, aku waktu itu juga dilanda kebingungan. Aku menarik napas dalam, kemudian dengan perlahan aku mengucapkan kalimat dengan penuh keyakinan.

Ayah dan ibu tidak usah memikirkan masalah biaya, semuanya sudah aku siapkan. Nanti juga untuk tiket pesawat pulang pergi sudah disiapkan biayanya, semuanya.”

Itu ucapku waktu itu penuh dengan keyakinan. Padahal apa yang aku ucapkan sebenarnya tidak ada. Yah, aku tidak menyimpan uang. Tapi untuk tetap memberikan keyakinan aku harus menyampaikan itu.

Setelah mengucapkan kalimat itu, ayah kemudian setuju.

 Aku menarik napas dalam. Semua biaya aku yang menanggung. Biaya tiket pesawat untuk lima orang pulang pergi. Biaya untuk sewa menyewa di sana. Biaya untuk syukuran di sana. Aku yang harus memikrikan semua biayai itu.

 Jujur saja, waktu itu aku hanya punya tabungan yang sudah aku kirimkan untuk biaya sewa-menyewa, itu pun aku kirim seadanya karena memang pihak keluarga Rani tidak pernah menargetkan berapa yang aku kasih.

Banyak sekali omongan-omongan orang yang aku dengar waktu itu. Aku juga melihat bagaimana kesabaran ibuku. Karena tentunya orangtuaku lah yang paling banyak mendapatkan omongan.

Kenapa harus di Jawa? Di sini aja kan bisa.”

Mau aja di sana, padahal kan di sini banyak perempuan.”

Dan kalimat-kalimat lain yang menurutku mereka terlalu sibuk mengurusi urusan orang.

Aku sebenarnya dalam kondisi kritis pada saat itu. Aku harus membayar uang kuliah, aku juga harus menyiapkan untuk segera memesan tiket pesawat pulang pergi untuk lima orang.

Namun, aku tidak pernah ragu dengan bantuan yang akan datang. Aku sangat yakin pada saat itu Allah pasti akan menolong hamba-Nya. Dia tidak pernah tidur, Dia yang Maha Tahu kapan harus menolongku.

Aku selalu menceritakan semuanya kepada Rani. Saat itu dia meminta maaf kepadaku karena tidak bisa banyak membantu. Padahal menurutku, dia dan keluarga justru telah membantu banyak.

Aku membayangkan menikah dengan perempuan lain, belum tentu dia bisa seperti Rani dan keluarganya. Tidak meminta apapun, kalau perempuan di sini paling sedikit harus ada uang jujuranminimal 15 juta. Katanya sih, “Masa anak perempuan tinggal diambil orang saja.” Atau kata-kata lain seperti. “Itu kan sebagai bentuk penghormatan bagi keluarga perempuan.”

Rani pada saat itu sudah tahu betul, bahwa perempuan yang paling baik untuk dinikahi adalah yang paling mudah maharnya.

Aku sudah menyanggupi semuanya. Tentunya aku harus lebih keras lagi dalam berusaha dan berdoa. Hanya kepada Allah lah aku berharap dan meminta bantuan. Aku sangat yakin pertolongan dari-Nya pasti akan datang di waktu yang tepat.

 Ayah dan ibu tidak lagi memikirkan masalah biaya. Berita tentang pernikahanku ini sudah tersebar luas. Banyak sekali orang yang kaget dan tidak menyangka. Banyak juga yang masih tidak percaya dengan beritu itu.

Ayah juga sibuk mengurus berkas-berkas yang harus disiapkan. Agar pernikahan kami resmi di mata hukum negara dan agama.

Aku tidak benar-benar berjuang sendirian.

***

Alhamdulillah bisa kembali update. Jangan lupa vote dan komennya yah teman-teman semua. 😊

Cerita Cinta Pengejar Nikah Muda (Finish)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang