“Pandangan pertama memang selalu mengesankan. Pandangan kedua akan menumbuhkan perasaan. Pandangan ketiga akan menguatkan perasaan. Pandangan selanjutnya adalah sebuah penasaran.”
Inilah pertemuan pertamaku dengan istri. Awalnya aku tidak pernah menyangka dia yang aku temui pada waktu itu sekarang selalu berada di sampingku. Sampai saat ini, rasanya masih tidak percaya.
Pertama kali aku melihatnya adalah saat dia memasuki gerbang sekolah. Seperti yang sudah aku ceritakan sebelumnya. Dia merupakan siswa pindahan dan masuk ke sekolah ini sebagai siswa baru kelas dua Aliyah. Perasaanku pertama kali melihatnya? Biasa saja. Tidak ada jantung yang berdegup kencang, tidak ada hati yang menjadi tidak karuan. Semua berjalan dengan normal.
Aku tidak tahu apakah pada saat itu dia melihatku atau tidak. Karena aku benar-benar tidak peduli. Aku hanya melihatnya sekilas, memakai pakaian olahraga berwarna biru yang tentunya berbeda dengan siswa yang lainnya.
Namun pandangan pertama, memang akan selalu mengesankan. Sampai saat ini pandangan pertama kali itu tetap saja aku ingat meski sebenarnya tidak ada perasaan yang tumbuh. Aku juga tidak berharap dia suka denganku.
“Banyak orang jatuh cinta pada pandangan pertama. Mereka melihat fisiknya, kemudian suka.”
Aku tahu, pada saat itu siswa-siswa baru dari kelas dua Aliyah menjadi perbincangan. Mereka seolah diperebutkan. Mereka akan menjadi sasaran laki-laki yang memang suka modus.
Entah kenapa saat itu, saat pertama melihatnya perasaanku tidak ada yang berubah. Aku masih menyukai si Mawar, meski sudah agak seidkit berkurang. Jadinya, setiap perempuan yang aku lihat, secantik apapun dia sudah jadi biasa saja. Tidak ada yang istimewa.
Aku bukan hanya melihat dia waktu itu. Disaat yang bersamaan, dia diantar oleh Ayahnya. Dan itulah pertama kalinya aku melihat ayah mertuaku sekarang. Siapa yang tahu, dua tahun setelah pertemuan pertama itu ternyata dialah yang menjadi istri dan ayah mertuaku, hehe.
Baru beberapa hari setelah aku menyatakan sikap untuk mulai melupakan si Mawar aku kemudian sempat terpikir tentang petunjuk dari Allah. Begitu susah dan sulit aku mendapatkan si Mawar, setahun lamanya aku menunggu. Kemudian tiba-tiba datang siswa baru. Sangat jarang sekali murid pindahan di sekolah ini, apalagi langsung masuk kelas dua Aliyah.
Aku sempat mengira mungkin ini cara Allah agar aku bisa lekas melupakan si Mawar. Dan aku dengan segera mencari perempuan lain. Jujur, waktu itu aku masih ingin berpacaran. Sudah lama sekali aku tidak merasakan bagaimana memiliki hubungan istimewa dengan perempuan.
Pertemuan kedua dengan istri saat itu dengan tak sengaja aku berpapasan. Sudah masuk sekolah, dia memakai pakaian putih dengan bawahan abu-abu. Seperti siswa perempuan yang lain. Tetapi entah kenapa aku merasa ada sesuatu yang berbeda dari dalam dirinya.
Pada pandangan kedua inilah mulai tumbuh perasaan cinta. Tapi aku belum benar-benar yakin dengan perasaanku sekarang. Niatnya sih hanya ingin bermain-main saja, supaya setidaknya ada memiliki teman dekat perempuan.
Aku minta kontaknya dengan teman satu kelasnya. Berhari-hari aku menunggu penerimaan pertemanan darinya. Aku semakin penasaran, rasanya mulai ada sesuatu yang tumbuh dari dalam hatiku.
Pertemuan ketiga dengannya adalah di kantin sekolah. Saat itu jantungku mulai berdegup saat melihatnya. Diriku tiba-tiba menjadi salah tingkah. Tanganku bergetar dengan sendirinya. Aku mencuri-curi pandang hanya sekedar ingin melihat dengan jalas wajahnya. Tapi sayang, dia benar-benar perempuan yang sangat tertutup dan tidak banyak dengan dengan laki-laki
Pertemuan ketiga, perasaan yang ada di dalam hatiku tumbuh menjadi lebih kuat. Aku sudah mampu melupakan si Mawar. Sejak saat itu aku tidak pernah lagi berbalas pesan dengannya. Hatiku sekarang sepenuhnya milik siswa baru itu, yang sekarang menjadi istriku.
Aku tahu, banyak sekali laki-laki yang suka dengannya. Bahkan dia menjadi rebutan dari laki-laki di sekolah kami. Tapi tetap saja pada akhirnya aku pemenangnya, hehe.
Aku ingat betul setelah pulang dari sekolah, aku langsung mengiriminya pesan.
“Assalamualaikum.”
Pesanku itu dibalasnya berjam-jam. Aku sungguh tidak sabar menunggu balasan darinya.
“Waalaikumsalam.” Begitulah balasan darinya.
Pertemuan selanjutnya, semakin tumbuh rasa penasaran. Aku memang jarang melihatnya. Dia lebih sering berdiam diri di dalam kelas waktu istirahat. Aku juga hanya bisa melihatnya dari jarak jauh. Namun, setiap kali melihatnya ada rasa ingin tahu yang mendalam.
***
Alhamdulillah bisa kembali update cerita ini kembali 😊 jangan lupa kasih vote dan komen yah teman-teman. Terimakasih
KAMU SEDANG MEMBACA
Cerita Cinta Pengejar Nikah Muda (Finish)
RomanceMenikah di usia muda? Siapa bilang itu sesuatu yang sulit. Kadang kita yang mempersulit apa yang sebenarnya mudah saja dilakukan. Inilah adalah ceritaku, perjuanganku yang memutuskan untuk menikah di usia muda.