Bab 15: Ijin Untuk Menikah

465 29 3
                                    

“Apapun itu harus segera dikatakan, lagi pula apa salahnya mengatakan kebaikan daripada mengomongi orang.”


 

Nyaliku kadang sangat besar untuk meminta ijin untuk menikah tapi saat sudah berhadapan dengan orangtua nyali itu langsung ciut. Aku seperti singa yang berapi-api saat tidak berhadapan dengan ayah atau ibuku tetapi langsung menjadi siput yang bersembunyi saat sudah di hadapan mereka.

Tetapi, cepat atau lambat aku juga harus segera mengatakannya. Aku tidak boleh memendam semua ini terlalu lama sebelum semuanya terlambat.

Bayangkan saja, aku saat itu usia 19 tahun ngomong mau minta nikah? Apa tanggapan orangtuaku.

Aku masih kuliah. Terus yang orangtuaku tahu selama ini aku tidak pernah dekat dengan perempuan. Aku masih sangat polos menurut mereka, bahkan menurut orang lain yang selama ini kenal denganku.

Tapi bagaimana pun juga aku harus tetap meminta ijin kepada mereka. Maka dengan keberanian yang aku tumbuhkan sendiri, hari itu aku mencari waktu yang paling tepat untuk bicara pada ibuku.

 “Ma, aku mau bicara.”

Begitulah kira-kira kalimat pertama kali yang aku sampaikan. Saat itu hanya ada kami berdua. Aku dan mamaku. Ayahku berjualan sayur di depan, adik-adikku saat itu sedang keluar, aku sengaja biar bisa bicara berdua dulu dengan ibuku.

Dengan jantung yang berdebar tak karuan aku berusaha untuk bisa menenangkan diriku sendiri. Aku lihat wajah orangtuaku, aku menarik napas panjang kemudian mengeluarkannya perlahan dengan mulutku.

Aku mau menikah.”

 Yah, kalimat itu akhirnya keluar juga dari mulutku. Saat kalimat itu keluar, rasanya hati ini sangat tenang sekali. Tidak peduli lagi dengan jawaban yang akan diberikan. Aku sudah berani untuk mengatakannya.

Ibuku tidak langsung menjawab waktu itu, dari raut wajahnya dia begitu syok mendengar kalimat yang keluar dari mulutku itu. Bayangkan saja, dia yang tidak pernah tahu aku dekat dengan perempuan, kemudian aku yang sering fokus untuk belajar tiba-tiba meminta untuk menikah.

Bagaimana, Ma? Aku ingin menikah.” Ucapku sekali lagi waktu itu untuk meminta jawaban dari ibuku.

Nggak tahu. Bicara sama ayahmu,

Itu adalah kalimat yang keluar dari mulut ibuku. Dia langsung pergi saat itu. Aku melihat dengan jelas raut wajah kekecewaan dan kesedihan yang nampak dari wajahnya. Aku juga tidak kenapa dia harus sedih? Aku juga tahu dia seperti marah denganku saat itu.

Aku sedikit bisa bernapas lega sudah menyampaikan ini semua ke ibuku. Aku tahu cepat atau lambat ibu pasti akan  memberitahukan hal ini kepada ayahku.

Aku tidak berani langsung bicara dengan ayahku, karena memang mungkin aku belum siap. Aku hanya meminta kepada ibuku untuk menyampaikannya.

Aku menceritakan apa yang aku lakukan hari ini kepada Rani. Kami masih sering berkirim pesan, kami juga masih yakin dan percaya dengan tanggal dan bulan yang telah kami tentukan. Kami terus memperbaiki niat untuk menikah.

Rani bilang akan terus berdoa, agak hati kedua orangtuaku menjadi lunak. Agar dia dapat memahami kondisi anaknya sekarang.

Saat itu teman-teman, aku benar-benar dilanda kebingungan. Aku menjadi canggung saat lewat di hadapan ibu. Aku seperti orang asing di depannya. Dia tidak menegurku sama sekali.

Mungkin hal itu wajar. Sangat wajar teman-teman.

Bayangkan saja, beliau yang selama ini merawatku mulai dari lahir sampai sekarang. Aku anak pertama, katanya sih harus menunggu dua tahun dulu baru bisa hamil anak pertama, yaitu aku. Saat kecil aku sangat sering dimanja.

Saat usiaku baru 19 tahun, belum lagi lulus kuliah. Belum lagi bisa memberikan ini-itu kepada orangtuanya. Belum lagi punya rumah tetap, punya pekerjaan tetap tiba-tiba sudah minta mau menikah?

Wajar saja ibuku bersikap seperti itu kepadaku. Mungkin dia ingin marah tetapi karena bingung harus bersikap seperti apa jadilah aku didiamkan seperti sekarang ini.

Itulah pertama kalinya aku meminta ijin kepada ibu. Aku tahu, setelah ini ibu pasti akan bercerita kepada ayahku. Dan sebentar lagi, besok atau lusa aku akan kembali bilang untuk meminta jawaban pasti dari mereka.

***

Alhamdulillah bisa kembali update 😊 jangan lupa vote dan komennya yah. Syukron

Cerita Cinta Pengejar Nikah Muda (Finish)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang