Sesampainya di rumah sang bidan, kami langsung dipersilakan untuk langsung masuk. Untungnya saat ini sang bidan masih belum tidur. Jadinya cepat menangani istriku.Istriku langsung masuk ke ruang persalinan. Aku lihat dia menahan kesakitan. Aku menunggu di luar. Apa sekarang waktunya?
Dengan penuh kecemasan aku menunggu di luar, berharap yang terbaik untuk istri dan anakku. Aku juga sudah siap menghubungi kalau memang sekarang saatnya istriku melahirkan.
Lima menit kemudian, sang bidan keluar. Baru disusul oleh istriku. Aku sedikit kaget melihat istriku keluar dengan keadaan yang jauh berbeda dengan saat kami datang. Dia terlihat lebih segar.
"Masih pembukaan satu," kata sang bidan pada saat itu.
Sudah pembukaan? Itu artinya sudah ada tanda-tanda istriku akan melahirkan.
"Biasanya pembukaan satu ini yang paling lama, bisa sampai satu minggu, paling cepat dua harian lagi." sambung sang bidan menjelaskan.
Aku sedikit terkejut mendengar pernyataan itu. Kalau satu minggu lagi? Itu artinya terlalu lama. Aku tidak tega melihat istriku menahan kesakitan selama itu. Kalau dua hari lagi, berarti tanggal lahir anakku nanti akan sama denganku. Tapi tetap saja itu terlalu lama.
"Jalannya sudah mulai terbuka, berdoa saja." sang bidan tersenyum kepada kami.
Aku menghela napas panjang. Menatap istriku. Pukul satu malam. Kami harus kembali ke rumah.

KAMU SEDANG MEMBACA
Cerita Cinta Pengejar Nikah Muda (Finish)
RomanceMenikah di usia muda? Siapa bilang itu sesuatu yang sulit. Kadang kita yang mempersulit apa yang sebenarnya mudah saja dilakukan. Inilah adalah ceritaku, perjuanganku yang memutuskan untuk menikah di usia muda.