“Pulang. Kamu tidak boleh melupakan jalan pulang. Dan pada hakikatnya, semua manusia akan kembali pulang.”
Kembali ke Banjarmasin
Pada tanggal 14 Agustus 2018 keluargaku pulang duluan ke Banjarmasin. Mereka berangkat dengan menggunakan bis. Teman ayahku itu yang memimpin rombongan. Menuju Surabaya, perjalanan yang kurang lebih 8 jam. Ayah dan yang lain berangkat selepas shalat subuh karena pesawat yang berangkat dari Surabaya sekitar pukul empat sore.
Aku tinggal sendirian di desa yang tidak aku kenal ini. Aku pulang tanggal 18 Agustus, sehari setelah hari kemerdekaan. Aku nantinya juga pulang dari Bandara Juanda, Surabaya. Aku sudah memesan tiket pesawat untuk dua orang, yaitu aku dan Rani. Yah, nantinya aku akan pulang ke Banjarmasin bersama Rani, pasangan halalku sekarang.
Ayah dan yang lain kemudian berangkat setelah berpaminta. Melepasku sendirian di sana. Sebenarnya agak takut juga ditinggal sendirian di sini, tetapi karena di sini juga ada keluarga baruku, maka semuanya akan baik-baik saja. Aku melepas kepergian mereka dengan menggunakan taksi yang menjemput untuk menuju statsiun bis.
Selama di sini sendirian, aku berusaha untuk lebih mengenal keluarga Rani. Aku juga mulai harus bisa beradaptasi dengan Rani, yang selama ini kami sangat jarang bahkan tidak pernah untuk berkomunikasi secara langsung. Aku sebenarnya waktu itu lebih banyak mengurung diri di dalam kamar, karena untuk menghindari percakapan dengan banyak orang di depan. Aku merasa canggung waktu itu untuk berbicara dengan orang-orang yang sebelumnya tidak aku kenal.
Tapi semua dapat terlewati. Satu hari setelah ayah dan yang lain sudah sampai di Banjarmasin, aku dan keluarga baruku yang kembali jalan-jalan di sini. Kami menuju candi Borobudur dan Malioboro di Yogyakarta. Menambah keakraban dengan keluarga baru sekaligus juga untuk liburan bagi pengantin baru.
Kami berangkat dengan menggunakan mobil keluarga Rani. Aku dan Rani duduk bersebelahan. Selain itu ikut juga kakak dan adik iparku, ibu juga tentu pasti ikut. Selain itu tidak mau kalahmbah lanang dan mbah wedo beserta tante Rani yang ikut dalam perjalanan. Hanya Ayah Rani yang tinggal waktu itu.
Perjalanan pertama kami adalah menuju candi Borobudur, melihat salah satu keajaiban dunia yang terdapat di Indonesia ini. Kami mengambil banyak foto di sana, kemudian berjalan menuju pasarnya untuk membeli oleh-oleh yang nantinya akan aku bawa ke Banjar.
Selesai dari candi kami berangkat menuju Malioboro yang terletak agak jauh dari candi Borobudur. Di sana kami datang agak landung, jadi tidak bisa terlalu lama. Aku menikmati suasana di sana yang sangat begitu bersih dan cocok sekali untuk berfoto. Banyak orang-orang berjualan, macam-macam barang ada di sana.
Kami pulang agak malaman. Selepas maghrib kami masih di jalan pulang. Baru setelah adzan isya kami sudah sampai ke desa Tegalrejo, mampir sebentar untuk makan bakso. Sekitar 15 menit setelah itu kami baru sampai ke rumah. Sungguh, perjalanan yang sangat mengesankan waktu itu bagiku. Bisa berjalan dengan pasangan halal ternyata bisa lebih menentramkan daripada dengan pacar yang hanya bisa menghasilkan dosa.
Kami berbincang-bincang sebentar, membahas banyak hal. Kemudian setelah itu karena kelelahan semuanya tertidur. Tiga hari lagi aku akan pulang. Kembali ke Banjarmasin dan menjalani rumah tangga baru bersama Rani. Nantinya, semua akan kami lewati bersama. Berdua, apapun masalah yang akan terjadi nantinya akan kami hadapi bersama.
Tanggal 17 Agustus 2018 sore harinya kami berangkat menuju Surabaya. Kami sengaja pergi satu hari sebelum tanggal 18 Agustus, karena pesawat kami berangkat pada pagi hari tanggal 18 Agustus 2018. Kami berangkat dengan menggunakan bus menuju Surabaya. Ada rasa haru setelah pamitan dengan keluarga yang ada di sini. Merekalah sekarang keluarga baruku di sini.
Sore hari kami berangkat, menuju penginapan yang ada di Surabaya dan letaknya dekat dengan Bandara Juanda. Kami memilih untuk bermalam di sana, agar nanti paginya tidak terlalu tergesa-gesa.
Ibu dan kakak iparku waktu itu yang mengantarkan kami. Karena kalau aku hanya pergi berdua dengan Rani pasti nanti akan tersesat. Mulai dari rumah sampai menuju ke Bandara ibu dan kakaklah yang mengantarkan kami. Mereka juga yang mencarikan transportasi kami bepergian.
Malam hari tanggal 17 Agustus 2018 kami baru sampai di Surabaya, kemudian setelah itu naik taksi online untuk menuju penginapan. Dua kamar kami sewa, ibu tidur bersama kakak, dan satunya untuk kami berdua.
Malam itu terakhir kami berada di tanah Jawa, besoknya kami sudah harus pulang ke Banjarmasin. Menjadi keluarga kecil baru. Menjadi pasangan halal yang insyaAllah akan menjadi contoh bagi remaja-remaja lain yang suka dengan lawan jenisnya.
Besok hari, setelah makan pagi kami kemudian berangkat menuju Bandara dengan kembali menggunakan taksi online. Ada rasa sedih saat perpisahan terjadi. Ibu menangis, wajar saja. Siapa sebenarnya yang rela melepas anaknya pergi bersama orang lain? Melepas anak yang selama ini dia besarkan kemudian dengan begitu saja diambil dan dibawa pergi oleh orang lain.
Aku bisa memahami itu semua. Ibu waktu berpesan agar aku bisa menjaga Rani. Tidak membuatnya menangis, dan aku menyanggupi amanah yang diberikan oleh ibu. Di Banjar nanti Rani hanya memiliki aku sebagai suaminya, tidak ada keluarga dekatnya yang ada di Banjar.
Dengan perasaan haru dan sedih, kami pulang dari tanah Jawa menuju Banjarmasin. Ibu tidak masuk di dalam mengantar, hanya bisa sampai depan.
***
Update lagi bab baru dari Cerita Cinta Pengejar Nikah Muda.
Dua bab lagi, cerita di lapak ini selesai nih. Gimana menurut kalian untuk kelanjutan cerita ini?Terimakasih buat kalian yang sudah membaca kisah ini sampai di sini. 😊

KAMU SEDANG MEMBACA
Cerita Cinta Pengejar Nikah Muda (Finish)
RomanceMenikah di usia muda? Siapa bilang itu sesuatu yang sulit. Kadang kita yang mempersulit apa yang sebenarnya mudah saja dilakukan. Inilah adalah ceritaku, perjuanganku yang memutuskan untuk menikah di usia muda.