***“Aku terlahir disebuah keluarga sederhana, di Daegu. Walaupun sederhana, tapi aku bisa merasakan kasih sayang dan hangatnya sebuah keluarga. Keluargaku tidak mampu membiayai biaya sekolahku, biaya kehidupan sehari saja pas-pasan. Jadi disaat anak sebayaku bersekolah, aku hanya bisa melhat dari luar, dari jendela kelas akan materi yang diberikan dan mencatatnya di buku milikku. Aku ingat sekali saat itu..”
Wanita ini tertawa kecil saat diakhir kalimatnya.
“Masa kecilku, aku harus bekerja, bekerja, dan bekerja setiap hari, membantu Eomma dan Appa, demi mencari sesuap nasi. Sebuah masa yang seharusnya penuh canda tawa untuk anak seusiaku, tapi terisi oleh tetes keringat. Tapi aku tidak menyesal. Aku mempunyai mimpi, suatu hari nanti aku ingin membuka perkebunan atau toko bunga. Eomma ku sangat suka berkebun. Taman rumah kami penuh dengan bunga yang indah.” Wanita itu tersenyum kecil, menatap kearahnya.
“Saat aku berumur 7 tahun, Appa memutuskan mengajak kami pindah ke Busan, dengan harapan dapat merubah kondisi keluarga kami. Tuhan memang baik, Appa dan Eomma mendapat pekerjaan disebuah pabrik, memang bukan pabrik besar, tapi penghasilan Eomma dan Appa cukup untuk membiayai kebutuhan kami sehari-hari.” Siwon, pria itu dengan serius menyimak cerita sang Istri. Ia merasa iba dengan kehidupan istrinya yang keras.
“Aku mendapatkan kebebasan uang sekolah saat aku sekolah dasar. Tentu aku harus belajar lebih giat, untuk bisa mempertahankan itu. Bagiku, dengan melihat senyum Eomma dan Appa, itu adalah sebuah pacuan semangat untukku. Mereka segalanya bagiku.. Tapi, Tuhan berkehendak lain, aku masih berusia 8 tahun saat orangtua ku pergi meninggalkan aku ditengah kebakaran pabrik. Saat itu aku merasa hancur, tak punya semangat ataupun alasan untuk bertahan hidup.”
Siwon menatap iba isterinya ini. Dan mengelus tangannya, untuk menguatkan. Hal ini membuat Tiffany tersenyum.
“Aku terpuruk dalam waktu yang cukup lama, hingga salah seorang tetanggaku memutuskan untuk membawaku ke panti asuhan. Disanalah aku bertemu Jessica.”
“Dan kalian terus bersahabat hingga sekarang?”
“Ne, seperti itulah kisahnya. Panjang sekali ya, Oppa tidak mengantuk mendengarkan aku?” tanya Tiffany, ia menatap pria yang berbaring disebelahnya seraya mengelus perut buncitnya.
“Tidak, lalu, bagaimana kau bisa kehilangan penglihatanmu?”
Tiffany mengembuskan nafas sebelum menjawabnya. “Terjatuh.” Ujarnya singkat
“Aah, lalu kau bertemu orang tuaku? Begitu?” tanya Siwon, ia sangat bingung, dengan jatuh lalu bisa bertemu keluarga konglomerat seperti keluarganya?
Hey, Tuan Choi, tidak ada yang tidak bisa terjadi di dunia ini!
“Aku diadposi oleh seorang pelayan di keluargamu Oppa.”
“Benarkah? Siapa?”
”Tuan Choi, ia pensiun saat Oppa masih belajar di Melbourne.”
“Aahh.. Benarkah..”
Potongan-potongan percakapan itu sambung menyambung di otaknya. Matanya tak lepas menatap wanita yang sedang tertidur nyenyak. Setelah menghabiskan seluruh makanan yang Siwon pesan, kemudian Siwon menyuruhnya untuk bersiap tidur.
Ia membantunya menyikat gigi, cuci muka, tangan dan kaki . Siwom bahkan menggantikan pakaian gadis itu, termasuk bra dan celana dalamnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SIFANY (SHARE FF from Internet)
RomanceIni adalah FF TBC (SIFANY) dari internet NC Oke Jadi harap kebijakannya dalam membaca dan TOLONG, aku MOHON MAAF jika aku secara tidak langsung meracuni otak para readers yang masih POLOS hehe aku MINTA MAAF... sekali lagi, ini hanya untuk usia...