satu atap berjuta cerita. tentang kehidupan anak kos blackcity melewati masa kuliah yang nano - nano.
WARNING! CERITA INI BERISI ADEGAN SESITIF ⚠️⚠️⚠️
#1 nctpink (26 mei 2020)
#1 98 (26 mei 2020)
#1 96 (1 juni 2020)
#1 95 (5 juni 2020)
#1 94 (13 jun...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Ini bukannya jalan ke apart lo?" Tanya Saerom bingung pas ngeliat jalan yang ga asing lagi dimatanya.
"Gue capek. Besok aja perginya." Sahut June malas.
Mobil mereka memasuki lingkungan apartemen cowo itu. Memarkirkan mobil lalu keluar untuk jalan menuju lantai lima belas.
"Maksud lo apa hah bawa gue kesini?!" Saerom udah kesal banget karena ga jadi pergi ke tempat tujuan.
Dengan malas cowo itu putar badan menghadap Saerom. "Gue cape, lo ngerti ga sih? Lagian ini jam 2 pagi. Ga bakalan buka tempatnya." Ujar June kembali melangkah menuju apartemen.
Mengikut, cewe itu nyusul di belakang. Tentu saja sambil menggerutu ga jelas.
Pas nyampe di lift keduanya sama - sama diam. Sibuk dengan pikiran masing - masing hingga dentingan pintu terbuka membuyarkan lamunan.
Dua orang itu jalan keluar, menyusuri koridor lalu masuk ke dalam apartemen.
"Lo tidur di kamar tamu. Besok pagi lanjut jalan. Jangan bangun siang."
"Iya bawel." Sahut Saerom lalu masuk ke dalam kamar yang dimaksud.
June ga langsung masuk kamar, dia merebahkan diri pada sofa ruang tengah.
Ga tau kenapa rasanya berat mau ke tempat aborsi. Apakah ini yang dinamakan hati nurani? Dia ga tega sebenernya mau ngegugurin bayi itu, tapi gimana lagi dong.
Mereka sama - sama ga cukup mental buat jadi orang tua.
Hah, bodo amat lah. Paling rasa bersalah cuma bertahan beberapa bulan. Selanjutnya mereka sama - sama ngejalanin idup kayak dulu.
June nguatin diri untuk pagi ini. Entahlah, dia bakalan kehilangan satu atau dua orang itu udah takdir. Seingatnya dulu dia punya teman yang ngelakuin aborsi dan berujung ga selamat.
Nah ini sebenarnya akar dari kekhawatiran June.
Gimana kalau Saerom ikutan mati?
"Ya Tuhan, idup kok makin banyak masalah." Ia ngacak - ngacak rambut.
Pasrah akhirnya cowo itu memilih tidur dan melupakan sejenak masalah ini. Dia butuh energi untuk perjalanan nanti pagi. Sekarang waktunya istirahat dan siapin mental.
Berbeda dengan Saerom, cewe itu ga bisa tidur sama sekali.
Gimana mungkin dia bisa tidur disaat kayak gini. Besok hidup dan matinya di pertaruhkan.
Tapi buat apa juga dia ada toh ga di respect siapa - siapa lagi.
Tanpa sadar tangannya mengelus perut pelan. Udah hampir dua bulan perutnya berisi nyawa lain.
Dan nanti, nyawa ini akan hilang dengan cara mengenaskan.