Halo ... apa kabar?
Semoga sehat dan bahagia selalu ya 😁Part ini panjang ... banget. Jadi jangan bosen yak bacanya. Hihi
Happy reading ....
•••••
Alana tersentak ketika mendengar kaca mobil diketuk dari luar, segera menoleh lalu menurunkannya. Lengkungan indah bak bulan sabit langsung mengembang di bibir, mendapati pria berparas tampan berdiri di luar mobil dengan tangan membawa nampan berisi dua mangkuk mie ayam. Ia baru menyadari kenapa banyak kaum Hawa yang jatuh cinta pada sang kekasih, ternyata selain tampan Devano juga tipe lelaki yang akan melakukan apa saja demi pasangannya. Romantis sekali.
"Kenapa nggak masuk, Mas?" tanyanya.
"Makan di luar aja ya," ajak Devano.
Gadis itu mengerutkan dahi. "Kenapa?"
"Abang tukang mie-nya takut kalo mangkuknya nggak balik lagi," jawab Devano yang langsung dibalas kekehan geli oleh sang kekasih.
Setelah berhasil meredam tawanya, Alana berkata, "Ya udah, sekalian aja bayar sama mangkuknya."
"Kalau kamu bisa ngabisin sama mangkuk-mangkuknya, baru dibayarin."
Pria itu menatap Alana datar lalu menghela napas, karena yang ditatap menunjukkan cengiran kuda yang anehnya langsung meluluhkan hati.
Alana mencebikkan bibir. "La terus kenapa coba, Mas, pake bawa nampannya ke sini?"
"Sengaja. Biar kamu ngiler nyium wangi, dan liat tampilannya yang menggugah selera."
"Dih, emang keliatan ya, Mas, kalo aku tipe orang yang doyan makan?"
"Baru nyadar?" Pria jangkung itu balik bertanya, yang disambut dengkusan serta tatapan tajam dari sang pujaan hati. Namun, bukan Devano namanya, jika ditatap seperti itu langsung takut. Ia justru tampak tenang, seolah kata-katanya tadi adalah hal yang memang benar adanya.
"Turun," titahnya.
"Iya, Mas Galak!"
Alana mencebikkan bibir, kemudian turun dari mobil. Mengikuti langkah kekasihnya, dan berhenti di salah satu tempat duduk yang tersedia.
Devano meletakkan nampan di atas meja, setelahnya menarik kursi lalu mendudukinya. Ia mengerutkan dahi, saat melihat Alana masih berdiri di tempat dengan tatapan tajam, napas memburu, serta bibir mengerucut seolah sedang kesal. Aneh. Perasaan dirinya tidak melakukan kesalahan apa pun, tetapi kenapa gadis itu marah?
Sejenak menghela napas panjang, kemudian berdehem pelan. "Duduk."
Ya, hanya satu kata saja yang keluar dari mulutnya. Tak ingin menanyakan apa pun, karena bisa berakhir dengan omelan dan Alana pasti akan mengatakan bahwa dia tidak peka. Lebih baik diam, daripada membaangunkan macan dalam tubuh kekasihnya. Itu sama saja dengan bunuh diri.
"Dasar nggak peka!" cetus Alana.
Mendudukkan diri di kursi, dan melahap makanan di meja tanpa mempedulikan pria yang tengah menatapnya bingung seraya memijat pelipis yang terasa pening. Ia kembali mendengkus kesal, lalu mendongak menatap tajam Devano yang tiba-tiba merebut mangkuk sambal dari tangannya. Menyebalkan.
"Jangan terlalu banyak makan pedas, nanti sakit," tutur Devano menasehati.
Gadis ayu itu memutar bola mata malas. "Biarin. Kan aku yang sakit, bukan, Mas!"
Devano mengembuskan napas kasar. "Kamu kenapa sih, hm?"
Akhirnya, ia memutuskan untuk bertanya tentang alasan kemarahan Alana. Jika tidak, maka gadis itu pasti akan terus marah-marah seperti sekarang ini. Ah, pria memang selalu serba salah di mata perempuan. Bahkan tanpa bertanya pun, tadi dirinya sudah dikatai tidak peka.
![](https://img.wattpad.com/cover/218075903-288-k559331.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Jadi Sekretaris Mantan [Tamat]
RomanceMantan. Sebutan itu biasanya ditujukan untuk seseorang yang pernah mengisi kekosongan relung hati kita, tetapi harus berakhir dengan perpisahan. Disaat itulah seseorang mulai mengubur dalam-dalam semua kenangan indah yang pernah dilewati bersama pas...