Malam Mingguan

17.7K 1.6K 236
                                    

Udah siap baca kelanjutan kisah Pak Dev, dan Alana?


Yuk langsung aja, happy reading ....

•••

Devano menatap pantulan diri di cermin. Penampilannya sudah rapi dengan mengenakan hoodie, dipadu jam tangan, serta celana jeans serba hitam. Senyum tipis yang terbit di bibir, membuat wajah terlihat semakin tampan. Dan inilah salah satu alasan yang membuat kaum Hawa tergila-gila, tetapi sejak awal hanya satu perempuan saja yang memiliki tempat spesial di hatinya. Alana—gadis ayu dengan sikap konyolnya.

Saat ini, ia sedang bersiap untuk berkunjung ke rumah kekasih dan mengajak jalan-jalan keluar. Karena inilah pertama kalinya, seorang Devano Kenza Pratama akan malam mingguan setelah lima tahun menyandang status single. Dulu rutinitas setiap malam Minggu adalah rebahan, bermain game, menonton televisi, atau lembur mengerjakan tugas kantor.

Namun sekarang tidak lagi, ia akan melakukan hal-hal manis dan romantis seperti pasangan di luar sana. Makan malam berdua, nonton bioskop, atau sekedar berkeliling menikmati indahnya langit yang bertabur bintang. Ah, semoga doa para jomblo yang meminta turun hujan, tidak terkabul. Aamiin.

Sejenak menghela napas panjang, guna menetralisir debar di dada. Kemudian berjalan keluar rumah, dan mengendarai motor trail milik Gavin meninggalkan pelataran rumah setelah sebelumnya memakai helm terlebih dahulu. Ya, malam ini ia tidak memakai mobil, karena adik sepupunya itu sudah lebih dulu kabur membawanya sejak sore hari. Jadi, mau tak mau dirinya harus mengalah dan sabar menghadapi tingkah laku Gavin.

Setelah menempuh perjalanan kurang lebih 30 menit, akhirnya dia sampai di rumah calon istri yang sejak pagi mendiamkannya. Menghentikan motor di pelataran, melepas helm yang menutupi kepalanya, lalu berjalan menuju pintu utama rumah. Berkali-kali menghela napas panjang berusaha untuk tidak gugup, barulah mengulurkan tangan menekan bel. Tak perlu menunggu lama, pintu rumah langsung terbuka dari dalam menampilkan sesosok gadis cantik yang berhasil meluluhkan hati, walau dengan ekpresi juteknya.

"Ngapain ke sini?"

Alana menatap pria di hadapannya dingin, lalu mengalihkan pandangan ke arah lain menghindari kontak mata dengannya. Sungguh, ia malas bertemu dengan Devano karena kecemburuan di hati yang masih tebal, akibat ucapan Gavin kemarin malam. Bisa-bisanya sang kekasih menyukai perempuan lain, padahal sudah memiliki pasangan. Mengesalkan.

"Kangen," jawab Devano.

Jika saja tidak sedang marah, mungkin gadis itu sudah salah tingkah mendengar pernyataan sang pujaan. Pasalnya, Devano sangat jarang bersikap manis seperti ini, tetapi sekarang ego dalam diri lebih mendominasi. Hingga membuatnya tetap menunjukkan ekspresi sedatar mungkin, walau ribuan kupu-kupu seolah beterbangan di hatinya. Kali ini, ia tidak mau kalah dan memaafkan kekasihnya begitu saja. Ini tidak adil.

"Tadi, kan, udah ketemu!"

"Beda. Tadi kamu Sekertaris, sekarang calon istri," jelas Devano diakhiri senyum tipis.

Gadis itu memutar bola mata malas, sambil mengembuskan napas kasar. Kemudian bersedekap dada, jengah mendengar kata-kata kekasihnya.

"Kamu habis makan gula?" Lagi, ia bertanya dengan nada ketus.

Devano menggeleng. "Nggak. Kenapa?"

"Kata-kata kamu terlalu manis. Aku takut diabetes!"

Pria jangkung itu tertawa kecil mendengar jawaban calon istri, sembari mengacak akar rambutnya. Gemas. Menurutnya, Alana terlihat lebih cantik saat sedang kesal seperti ini. Namun, hatinya sedikit terasa perih karena tidak mengetahui alasan jelas kenapa gadis itu bisa marah. Bahkan tangannya sampai ditepis secara kasar.

Jadi Sekretaris Mantan [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang