Kemarahan Devano

56.4K 3.5K 126
                                    

"Halo?"

"Baru bangun tidur, ya?"

Alana mengerutkan dahi lalu memeriksa layar gawainya, saat mendengar suara bariton yang terdengar sangat asing baginya. Sesaat mengembuskan napas kasar, sambil menggelengkan kepala. Menatap malas nomor tak dikenal yang tiba-tiba menelpon serta bertingkah seolah-olah orang itu sudah sangat akrab dengannya.

"Maaf, ini siapa ya?" Kembali menempelkan benda pipih itu di telinga.

"Kiano."

"Kiano?!" Alana balik bertanya dengan nada setengah berteriak, masih tak percaya dengan jawaban pria dari ujung sana.

"Iya."

"Argh ...!"

Gadis itu berteriak histeris, sambil berjingkrak ria. Tak peduli meski di ujung sana, Kiano sampai harus menjauhkan ponsel dari telinga karena sangat terkejut.

Hari ini, ia merasa sangat bahagia bahkan tak pernah menyangka bahwa seseorang yang disukainya tiba-tiba menelpon. Hatinya seakan terbang melayang, menari-nari di bawah ribuan bunga warna warni yang berjatuhan dari angkasa. Bahkan saking kelewatan senang, jantung Alana yang seharusnya ada di dada sebelah kiri pun sampai pindah ke ujung kakinya.

Wuah, mimpi apa aku semalam? Sampe ditelpon sama gebetan yang super duper ganteng dan cool banget ...!

"Alana, lo nggak papa?" Kiano bertanya dari ujung sana.

Berkali-kali gadis itu berdehem, sampai benar-benar percaya diri untuk menjawab pertanyaan Kiano. "Nggak papa kok," jawabnya, dengan bada sok cuek.

"Syukurlah, gue takut lo kenapa-kenapa, soalnya dari tadi diem aja."

"Nggak kok. Hehe ...."

"Kalo gitu, udah dulu ya."

Raut wajah Alana yang semula sangat ceria  langsung berubah lesu, mendengar pernyataan Kiano. Padahal, dirinya ingin sekali mengobrol banyak hal dengan pria itu.

Yah ... apa jangan-jangan dia jadi nggak mau ngobrol sama aku, gara-gara tadi aku jawabnya sok cuek gitu, ya?

"Cepet banget?" tanyanya.

"Gue cuma pengin denger suara lo, buat mastiin kalo ini beneran nomor Hp lo."

Jantung Alana seakan berhenti berdetak, mendengar pernyataan yang terlontar dari bibir Kiano. Namun, sepersekian detik kemudian dadanya terasa sangat sesak, bersamaan dengan degup jantung yang kian meningkat.

Sekilas, ucapan pria itu memang terdengar biasa saja, tetapi entah mengapa bagi dirinya itu adalah hal yang sangat luar biasa. Bagaikan sebuah khayalan yang berubah jadi kenyataan, dan tak pernah terbayangkan olehnya.

"Ini beneran nomor Hp-ku, kok," jawab Alana.

Huaa ... ini dia lagi gombal atau apa sih? Kok hatiku jadi melayang-layang gini.

"Gue tutup dulu. Semangat jalani aktivitas hari ini."

"Iya. Dah, Kiano ...."

Setelah Kiano memutus sambungan telepon dari ujung sana, Alana langsung berguling ke samping kanan dan kiri sembari tertawa kegirangan. Kemudian berbaring terlentang menatap nomor baru di layar gawainya, sambil tersenyum malu.

"Nomor Hp, Bebeb Kiano, bakalan aku namain 'Calon Pacar'. Hehe ...." Mendekap ponselnya sendiri lalu kembali berguling ke samping kanan dan kiri, dengan hati yang berbunga-bunga.

•••

Dua hari sebelumnya ....

Di bengkel tempat Kiano dan Gavin, berkumpul dengan teman-teman segengnya.

Jadi Sekretaris Mantan [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang