Retak💔

20.6K 1.5K 378
                                    

Halo ... apa kabar?
Semoga sehat dan bahagia selalu ya 😁

Part ini panjang banget, harap jangan ngantuk ya pas bacanya 😴😪

Happy reading ....

•••

Malam ini, halaman rumah mewah berlantai empat bak sebuah istana dengan pilar-pilar kokoh, dinding didominasi warna putih serta cokelat pada beberapa bagian, dan pemasangan lampu kuning yang menambah kesan cantik nan elegan itu, dipenuhi
banyak mobil yang berjejer rapi. Tuan rumah tengah menggelar acara yang dihadiri oleh kalangan atas, serta teman-teman dekat putra mereka saja.

Ketika melewati gerbang utama, mata kita akan disuguhi pemandangan taman bunga, berhiaskan kolam ikan dengan air mancur di tengahnya. Sungguh, siapa pun pasti akan betah berlama-lama berada di sini.

Di tengah para tamu yang sibuk dengan obrolan masing-masing, Gavin dan Zainal justru duduk santai menikmati makanan yang disajikan. Bahkan meminta tambahan tanpa rasa malu sedikit pun, seolah-olah mereka adalah tuan rumahnya.

Tak hanya itu, tetapi keduanya juga mengabadikan momen dengan berswa foto hingga memenuhi ruang penyimpanan ponsel milik Zainal, tak peduli meski ditertawai oleh beberapa gadis yang hadir dalam acara ulang tahun Ibunda Kiano ini. Pasalnya, mereka sangat pandai berpose di depan kamera, mulai dari manyun, tersenyum, nyengir, pasang ekpresi jelek, imut, dan lainnya. Sesekali, pria dengan senyum jenaka itu juga memotret Gavin yang tengah menikmati makanan secara diam-diam. Konyol sekali.

Di pesta ini, dua sekawan itu tampak seperti saudara kembar tak seiras, karena mengenakan pakaian dengan warna yang sama, yaitu kemeja hitam, dipadu jas serta dasi abu-abu. Bedanya, Gavin memakai topi rajut, sedangkan sang sahabat tidak. Sebenarnya, semua ini adalah ide Zainal yang kekeuh ingin memakai baju yang sama agar terlihat kembar, seperti tokoh kartun kesukaannya, Upin dan Ipin. Berhubung mantan playboy itu menyukai sesuatu yang serba gratis, maka ia menuruti dengan senang hati.

"Nyam, nyam, nyam ... woylah, enak banget makanannya. Boleh bawa pulang, nggak nih? Lumayan buat besok. Hihi," celoteh Zainal dengan cengiran lebar, yang menambah kesan manis pada wajah tampannya.

"Yoi ... harus makan sepuasnya kita ... mumpung gratis." Gavin terkekeh kecil, menyuapkan sesendok makanan ke mulutnya, lalu kembali berujar, "Kalo di restoran, pasti kita harus bayar mahal. Apalagi, si Kiano pelitnya ... nauzubillah! Utang serebu pun ditagih tiap hari sama dia."

Zainal mengangguk setuju, kemudian menatap lekat pria yang duduk di sampingnya. "Eh, ngomong-ngomong soal hutang, bukannya waktu itu lo minjem duitnya Mas Valak, ya? Soalnya, lo 'kan nggak berani pake kartu kredit. Takut ketauan sama Kak Dev," celetuknya penasaran.

Pria jangkung itu menoleh, menatap datar sang sahabat dengan bibir manyun, dan mendengkus kesal. Bisa-bisanya Zainal membahas mengenai hutang, hingga mengingatkannya pada hukuman yang diberikan oleh Devano. Mulai dari tidak boleh balapan lagi, harus pulang sebelum jam 9 malam, bertemu Vani seminggu dua kali, dan yang paling menyebalkan adalah tidak boleh begadang menonton drama Korea. Padahal menurutnya, menonton di malam hari itu jauh lebih seru.

Tak hanya sampai di situ saja, tetapi Gavin juga diomeli habis-habisan, karena telah merepotkan Arian. Sungguh, awalnya dia benar-benar mengutuk orang yang telah memberitahu sang kakak tentang kelakuannya.

Namun, kutukan itu langsung ditarik kembali karena yang mengadukannya pada Devano adalah Alice. Ck, padahal hidupnya hampir sempurna saat wanita itu memutuskan untuk cuti, tetapi semuanya gagal karena Arian begitu menurut pada perintah sang macan betina. Mengesalkan.

"Oy, ditanyain malah ngelamun sambil komat-kamit. Jangan-jangan lo ganti profesi, jadi dukun ya?!" tuduh Zainal asal.

"Enak aja! Masa muka cakep kek pangeran negeri dogeng gini, jadi dukun?! Nggak cocok lah, kalo remah-remah rengginang kaya lo baru cocok ...," ejek Gavin tak terima.

Jadi Sekretaris Mantan [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang