Kejailan Devano

35.6K 2.5K 58
                                    

"Apa Pak Dev selingkuh?!"

"Tidak!"

Degh.

Mendadak suasana di dalam kamar menjadi hening. Semesta seakan berhenti berputar. Waktu pun ikut terhenti, pada detik di mana Devano menjawab pertanyaan Alana secara spontan.

Samar-samar terdengar suara degup jantung yang berpacu dua kali lebih cepat, entah itu berasal dari Alana atau Devano yang jelas keduanya sama-sama terdiam mematung, dengan bola mata membulat sempurna. Terkejut.

Gadis itu terkejut mendengar pernyataan Devano, sedangkan pria itu lebih terkejut mendengar jawaban yang terlontar dari bibirnya sendiri.

Setumpuk rasa bersalah dan penyesalan muncul dalam diri Alana, hingga membuat dadanya bergemuruh bagai diterpa badai. Ia tidak bisa membayangkan, bagaimana hancurnya hati Devano, saat dirinya memberondong begitu banyak tuduhan dan kata-kata kasar untuk pria itu. Dan membencinya selama lima tahun terakhir ini.

Air sebening embun menggenang di dalam matanya, kala menatap wajah tampan milik Devano yang tiba-tiba terlihat sangat polos dan lugu.

"Pasti, Pak Dev, hancur banget ya waktu saya putusin," lirih Alana.

"Bukan hancur, tapi malu! Karena saat itu, kamu menaruh ember di kepala saya," sahut Devano.

"Maafkan saya, Pak." Gadis itu menundukkan kepala, tak mampu menatap wajah Devano. Rasa bersalahnya terlalu besar, untuk bisa memandang pria yang duduk di sampingnya. "Tapi, kenapa waktu itu Bapak hanya duduk berdua dengan perempuan itu?" tanyanya sedikit ragu.

"Mau memberikan dia kejutan ... aw!" Devano meringis kesakitan, saat Alana menggenggam telapak tangannya dengan kuat, seakan gadis itu mengerahkan seluruh tenaganya hingga meninggalkan rasa sakit yang amat sangat luar biasa. "Apa kamu mau meremukkan tangan saya, hah?!"

"Maaf."

Ya, entah sejak kapan Alana berani menjawab ucapan Devano hanya dengan satu kata saja. Bahkan rasa takut yang biasanya muncul saat pria itu sedang marah pun, hilang entah kemana. Penyesalan dan rasa bersalah berganti menjadi setumpuk kekesalan dalam hatinya, membuat dada terasa sangat sesak.

'Nyesel aku, bahas masa lalu dan curhat sama Remahan Rengginang satu ini! Bukannya menyelesaikan masalah, malah hatiku jadi nggak karuan gini!'

Meski sedang kesal pada Devano, tetapi ia langsung meniup dan mengoleskan obat merah di tangan pria itu dengan sangat lembut, agar tidak lagi merasa kesakitan.

Devano tersenyum simpul, melihat tingkah laku gadis di hadapannya yang kekanakan. Sehingga menjadi hiburan tersendiri baginya. Namun, ia segera menghela napas panjang, lalu menghilangkan senyum di bibirnya dalam sekejap. Setelah itu, kembali menunjukkan wajah datar, tetapi malah terlihat semakin tampan di mata kaum Hawa.

"Cemburu?" tanyanya.

Uhuukk, uhukk.

Alana langsung batuk, tersedak salivanya sendiri. Kepalanya yang sedari tadi menunduk pun, langsung terangkat saat mendengar pertanyaan yang terlontar dari bibir Devano.

Ia cemberut. "Siapa yang cemburu? Saya nggak cemburu! Lagian, kenapa Bapak harus bahas masa lalu sih?"

"Kamu yang bertanya."

"Kenapa harus dijawab!" sahut Alana.

"Apa saya harus diam?"

"Hm!"

Alana mengerutkan dahi, melihat Devano tergelak hingga menampakkan lesung di pipinya. Tampan. Itulah kata yang saat ini ada dalam benak gadis itu. Sehingga membuat dirinya tak mampu mengalihkan pandangan, meski untuk sesaat. Hatinya seakan ingin menikmati momen yang langka ini.

Jadi Sekretaris Mantan [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang