Putus

135K 7.1K 445
                                    

"Argh!" Devano beranjak dari duduknya lalu memutar tubuh kebelakang, saat seseorang menyiramkan air hingga membasahi seluruh tubuhnya secara tiba-tiba. Bola matanya membulat sempurna dengan mulut menganga dan jantung berdegup kencang, saat melihat sosok yang kini berdiri di hadapannya. "P-pan-da."

"Dasar Buaya!" Sekilas Alana melirik gadis yang berdiri di samping sang pacar, kemudian menatap tajam ke arah Devano. "Kenapa? Kaget, liat aku mergokin kamu lagi duduk berduaan sama cewek lain, iya?!"

"B-bukan gitu, Pan ... aku bisa jelasin semua--"

"Alah! Yang namanya buaya, nggak akan berubah jadi pangeran." Alana tersenyum sinis.

"Mbak, buaya emang nggak akan berubah jadi pangeran. Emangnya, kodok!"

Alana mendengus kesal. Netranya menatap jengah dua orang yang ada di hadapannya, dengan bibir cemberut dan napas naik turun, seperti loller coaster. Ia melihat penampilan gadis itu dari ujung rambut sampai kaki, harus dirinya akui jika gadis itu memang terlihat sangat cantik. Mendadak dadanya terasa sesak, seakan ada yang menggores luka di hatinya. Sehingga membuat air sebening embun mengalir dari pelupuk mata, saat melihat cincin yang tersemat di jari manis gadis itu.

Terbesit banyak pertanyaan dan prangsangka. Apakah mereka sudah tunangan? Atau bahkan menikah? Sejak kapan Devano selingkuh? Kenapa Devano sejahat itu? Apa ada yang kurang darinya? Dan masih banyak pertanyaan di dalam benaknya, dan mungkin hanya dia sendiri yang bisa menjawabnya.

"Devano! Kamu tega banget ya, selingkuh di belakangku dan tunangan sama cewek ini!" pekiknya.

"Panda ...." Pria itu hendak menyeka air mata di pipi Alana, tetapi gadis itu segera menepisnya.

"Kamu tega, Dev!" pekik Alana disela isakan tangis.

"Panda, kamu salah paham. Aku bisa jel--"

"Salah paham, apanya? Dan kamu mau jelasin apa lagi, hah? Jelas-jelas aku liat pake mata kepalaku sendiri kok, bahkan mata kakiku juga bisa liat perselingkuhan kalian!" sahut Alana.

Devano mengembuskan napas kasar. Mengacak rambutnya lalu menatap lekat wajah Alana, seraya mengatakan, "Panda ... kamu percaya kan, kalo aku nggak mungkin selingkuh. Hm?"

"Iya ...." Gadis itu mengangguk. "Tapi itu sebelum aku liat perselingkuhan kalian!"

"Panda, please dengerin dul--"

"Cukup, Dev!"

Alana maju satu langkah. Sesaat ia terdiam, menatap lekat wajah tampan Devano yang juga menatapnya. Namun, sedetik kemudian dirinya kembali mundur satu langkah lalu tersenyum sinis ke arah Devano.

"Kita putus!" Gadis itu menaruh ember yang ia bawa, tepat di kepala Devano hingga menutupi wajah tampannya. Kemudian berlalu pergi, membawa air mata karena luka di dalam hati yang masih terasa perih bagai ditaburi garam.

Sementara, Devano hanya bisa menatap nanar punggung gadis yang dicintainya sampai benar-benar menghilang dari pandangannya.

Taman yang ditumbuhi berbagai macam bunga warna-warni serta pepohonan rindang, dan terkesan sangat romantis nan asri menjadi saksi bisu perpisahan Devano dan Alana.

Entah siapa yang benar dan salah, tetapi ego merekalah yang menyebabkan perpisahan ini terjadi.

"Panda ... aku bisa jelasin ...!"

•••

Alana Paramitha, gadis cantik yang memiliki bulu mata lentik, hidung mancung, pipi chubby, serta bibir mungil kemerahan, dan tubuh mungil dengan tinggi 159 cm semakin membuatnya terlihat menggemaskan, persis seperti aktris asal China, Zhao Lusi. Pun sifatnya yang humoris dan berhati lembut, mampu memikat hati para laki-laki di luar sana. Namun, masih belum ada yang bisa menarik perhatiannya seperti sang mantan.

Jadi Sekretaris Mantan [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang