Siuman

20.2K 1.7K 192
                                    

Halo ... apa kabar?

Spesial buat yang malam rabu'an, bakalan dikasih yang manis-manis, semanis senyum yang baca. Eeeaakk!

Happy reading ....

•••

Perlahan, netra gadis jelita yang terbaring di atas brankar itu, mulai terbuka. Kemudian mengerejap berulang-ulang guna menyesuaikan cahaya yang masuk ke dalam korneanya. Menghela napas panjang, ia meringis pelan saat merasakan sakit di sekujur tubuh. Sungguh, rasanya seperti baru saja terjatuh dari tebing dan mendarat pada bebatuan. Benar-benar menyakitkan.

Akhirnya, setelah hampir enam hari dirawat secara intensif dengan peralatan medis yang menempel pada tubuh, kini dia kembali sadarkan diri.

Suara pintu yang dibuka dari luar, membuatnya mengalihkan pandangan dan mendapati seorang wanita paruh baya berjalan memasuki ruangan. Seketika desiran perih menyusup ke ulu hati, tatkala melihat raut lelah tampak jelas di wajah sang ibu. Ditambah ingatan tentang kejadian menyakitkan yang dilakukan oleh sang ayah, sukses membuat batin kembali kacau hingga air sebening embun mengalir tanpa permisi.

"I-bu," panggilnya parau.

Seketika tubuh Nia mematung di tempat ketika menyadari bahwa putrinya sudah sadarkan diri. Rasanya, seperti ada cahaya mentari yang menyusup ke dalam hati, membuat ruang yang semula gelap gulita nan dingin kembali menghangat dan terang.

"Alana, Sayang, kamu udah siuman, Nak? Alhamdulillah, Ya Allah ...!"

Tak henti mengucapkan puji syukur kepada Yang Maha Kuasa, sembari mengecup lembut kening Alana berkali-kali. Ia benar-benar sangat bahagia, hingga bulir bening luruh dari pelupuk mata. Menangis haru.

•••

Devano tersenyum bangga melihat berkas-berkas yang baru saja diberikan oleh sekretaris barunya, kemudian menoleh pada seseorang yang tengah fokus pada layar laptop. Harus diakui, pengganti Alana memang sangat profesional. Hingga membuat ruangan yang selalu tampak ramai itu, kini sangat hening dan sepi seolah tak berpenghuni.

Jujur, ia merasa bosan karena sudah terbiasa dengan segala tingkah Alana. Namun, di sisi lain juga senang atas perubahan positif pada diri sekretaris yang sekarang.

"Berhenti menatap saya, Pak ... saya masih normal."

Devano tertawa kecil seraya geleng-geleng kepala, lalu mengalihkan pandangan ke arah lain. "Kamu pikir saya menyukai kamu? Maaf, tapi saya sudah punya calon istri," elaknya cepat.

Mengembuskan napas kasar, pria yang sedari tadi fokus bekerja itu membenarkan topi rajut yang menutupi kepala, kemudian mengalihkan pandangan ke arah sang bos. Jika bukan karena Alana, ia tidak akan mau menjadi sekretaris dari pria sok tampan seperti Devano.

Baru bekerja beberapa hari, tetapi sudah membuat emosi dalam diri semakin menumpuk. Menyebalkan. Pria itu meminta agar semua karyawan profesional, tetapi selalu mengganggunya saat tengah serius bekerja. Jika seperti ini terus-menerus, maka lebih baik menjadi office boy saja bersama Zainal—sahabat terbaik sepanjang masa.

"Ya Allah, jauhkanlah hamba dari lelaki tengil seperti Kak Dev. Aamiin ...."

"Kalau begitu berhenti jadi Sekretaris saya," sahut Devano dengan entengnya.

Gavin mendengkus. Menatap tajam lelaki yang berada lima meter di depannya, sambil mencebikkan bibir sebal. Sampai kapan pun ia tidak akan mengikuti saran kakak laknat itu, karena tahu betul akal busuk yang tersimpan di dalam otak seorang Devano Kenza Pratama.

Jadi Sekretaris Mantan [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang