Alana vs Gavin 2

21.1K 1.8K 255
                                    

"Orang yang benar-benar mencintai dengan tulus, adalah dia yang membuktikan perasaannya melalui tindakan nyata. Bukan hanya sebatas kata yang terucap di bibir, kemudian berakhir menyalahkan takdir." -Gavin Resya Mardani-

______


"Kak Dev masih suka sama lo!"

Detik itu juga, waktu seakan tak berjalan, semesta tak lagi berputar, semuanya terhenti tepat saat Gavin memberikan jawaban atas pertanyaan dari Alana. Suasana di dalam ruangan, menjadi sangat hening dan sepi.

Namun, suasana di dalam hati Devano begitu ricuh. Jantungnya bertalu-talu, seolah sedang mengadakan konser dangdut. Rasa gugup menjalar ke seluruh tubuh, hingga membuat dada terasa sangat sesak.

Bagaimana bisa Gavin mengetahui isi hatinya? Apakah selama ini, dia begitu menampakkan rasa cintanya pada Alana? Atau ... saudara sepupunya itu hanya bercanda saja? Entahlah, ia sama sekali tidak bisa menebak apa yang sedang direncanakan oleh Gavin saat ini. Yang jelas, sekarang dirinya tengah berusaha untuk tetap tenang dan santai, seolah tidak termakan oleh ucapan playboy kelas kakap itu.

Alana menatap lekat manik mata pria yang berdiri di hadapannya, seolah mencari kebenaran atas apa yang baru saja terucap dari bibir Gavin.

Detik berikutnya, terdengar suara tawa yang menggema di dalam ruangan. Membuat Devano dan Gavin mengerutkan dahi, heran. Ya, gadis itu tertawa lepas, karena menganggap bahwa ucapan playboy kelas kakap itu hanyalah candaan semata.

Pasalnya, wajah Gavin tampak seperti tampang-tampang penipu. Ditambah lagi, pria itu sering sekali mengganggu ketenangan Alana, dan selalu mempermainkan emosinya. Jadi, bagaimana bisa dia mempercayai kata-kata fakboy seperti Gavin? Tidak bisa.

"Ya ampun ... kamu nggak sopan banget, sih? Jangan sampe ucapan kamu bikin hukuman kita ditambah!" cetusnya, mendelik tajam ke arah Gavin, lalu mendengkus kesal.

'Sialan nih bocah. Gue ngomong serius juga, dia malah ketawa!'

"Hahahahaha." Beberapa detik Gavin tertawa paksa, sebelum ekspresi wajahnya berubah menjadi sangat dingin dan galak. "Gelut lagi yok," ajaknya geram.

Gadis itu berdehem pelan, lalu tersenyum tipis. Entah mengapa, ucapan Gavin tentang Devano tadi mampu membuat jantungnya berdegup kencang. Tak hanya itu, hatinya pun berdesir hangat, seolah tengah merasa sangat bahagia. Padahal, jelas-jelas pria itu hanya bercanda, dan mencoba membodohinya.

'Please ... jangan percaya ucapannya Tiang Listrik. Dia itu kang tipu! Nggak mungkin 'kan, Pak Dev masih suka sama aku? Mustahil.'

Sekilas melirik ke arah Devano, kemudian kembali mengalihkan pandangan pada Gavin. Apa ini? Kenapa hatinya mendadak berdesir perih, setelah melihat ekspresi datar yang terpancar dari wajah tampan milik CEO muda itu.

Apakah, ia kecewa karena Devano tidak merasakan pengaruh dari ucapan Gavin tadi? Tidak. Alana tidak boleh merasakan kecewa terhadap Devano, karena pria itu bukanlah orang yang penting lagi dalam hidupnya.

"Eh, Bantet!" panggil Gavin, setengah berteriak.

"Apaan sih bantet-bantet?! Nama saya itu Alana!"

"Iya-iya, lo itu Tuyul. Gue tau kok, jadi jangan diulang-ulang terus."

Alana menghela napas panjang. "Oke, karena saya waras. Jadi
saya ngalah."

"Lo itu Tuyul, bukan waras," celetuk Gavin.

"Dasar Tiang Listrik ...!"

Gadis itu hendak berlari memukul Gavin, tetapi dengan sigap Devano kembali memegang kerah baju belakangnya, hingga membuat tubuh mungilnya mundur ke belakang. Meskipun ia berusaha untuk bergerak maju, semua itu sia-sia karena tenaga pria itu jauh lebih besar.

Jadi Sekretaris Mantan [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang