Suka Duka

15.5K 1.5K 270
                                    

Maaf banget, ya, Up-nya lama ... soalnya, disibukkan dengan kegiatan di dunia nyata. Hihi

Kalian semua apa kabar? Semoga baik dan bahagia selalu🥰

[Sempatkan vote, komen, dan krisan juga, ya. Hehe]

Happy reading ....

•••

Alana merunduk dengan jemari saling bertautan, jantungnya berdetak cepat, tubuh gemetar, juga keringat dingin membasahi dahi serta telapak tangan. Kini ia berdiri di depan meja CEO perusahaan RM Group, tak berani beradu pandang dengan pria yang sedari tadi menatapnya tajam.

"Sering terlambat, tidak profesional, ceroboh, dan sekarang tidak masuk kerja tanpa alasan jelas. Apa kamu pikir, saya akan terus memaklumi tindakan ini?"

Devano berdecak beberapa kali, sambil geleng-geleng kepala. Netra tajamnya terus menatap Alana, sedangkan bibir menyunggingkan senyum sinis. Walau sangat mencintai gadis itu, tetapi bukan berarti ia akan memperlakukannya secara istimewa ketika di kantor. Baginya, saat bekerja Alana hanya seorang Sekretaris, jadi harus tetap bersikap adil dan tegas sama seperti pada karyawan lain.

Alih-alih mencari alasan untuk membela diri, gadis itu justru semakin merunduk menyadari bahwa yang telah dilakukan memang salah.

"Maaf, Pak, saya salah," lirihnya, berusaha menahan tangis.

"Selalu meminta maaf, tapi tidak pernah belajar memperbaikinya. Dari pertama bekerja, saya berusaha memaklumi tindakan kamu, dan berharap bisa menjadi lebih baik lagi untuk kedepannya. Tapi ternyata dugaan saya salah, karena kamu masih tidak berubah sampai detik ini."

Devano menghela napas panjang, guna menetralisir amarah dalam diri. Membuka laci, mengambil sebuah amplop, meletakkan di meja lalu menggeser ke depan menggunakan jari. "Dengan berat hati, saya terpaksa memecat kamu," ujarnya tegas.

Seketika Alana mendongak menatap lekat wajah dingin pria di depannya, dan perlahan pandangannya mulai memburam. "Di-pe-cat?"

Air sebening embun langsung luruh tanpa izin, tetapi berusaha agar tidak terisak. Udara di sekitar seolah membeku, membuat dada terasa sangat sesak karena kesulitan untuk bernapas. Keputusan Devano benar-benar menyakitkan, bagai anak panah yang melesat tepat mengenai sasaran.

Baginya, bekerja di perusahaan RM Group merubah hidup yang selama ini kelabu, menjadi sangat berwarna. Mulai dari bertemu mantan, musuh bebuyutan, teman baru, dan yang paling dirindukan—Ayah. Hampir sebagian dari keseharian dihabiskan di gedung ini, bahkan terkadang digunakan untuk ajang perkelahian dengan Gavin. Tak hanya itu, tetapi kisah cinta yang belum usai pun, kembali terjalin karena pertemuan yang tak disengaja setelah bertahun-tahun silam.

Namun, sekarang ia harus pasrah dan menerima dengan lapang dada, karena semua ini adalah kesalahannya. Bahkan apa yang menimpanya, belum seberapa dibanding sakit yang Devano rasakan.

Sejenak menghela napas panjang, guna menetralisir rasa sesak di dada. Menyeka air mata di pipi, lalu mendongak menatap wajah Devano, seraya mengulas senyum tipis. Perlahan, mengulurkan tangan mengambil amplop yang berikan oleh sang Bos.

"Sekali lagi, saya minta maaf, Pak. Permisi." Menundukkan kepala sopan, dan berlalu keluar dari dalam ruangan.

Derai air mata kembali membasahi pipi, tepat saat dia menutup pintu ruang kerja Devano. Berulang kali memukuli dada, tetapi rasa sesak itu tak kunjung hilang. Sungguh, dirinya pasti akan sangat merindukan suasana kantor dengan karyawan yang selalu bekerja sama, serta Bos yang dulu pernah dianggap menyebalkan, tetapi sangat perhatian.

Jadi Sekretaris Mantan [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang