Penyemangat kedua

20K 2K 567
                                    

Halo ... apa kabar?
Semoga sehat dan bahagia selalu ya 😁

Happy reading ....

•••

Alana menghentak-hentakkan kaki, berjalan keluar gedung RM Group seraya terus menggerutu karena kekesalan di dalam diri. Rasanya ia ingin sekali mengomeli Devano secara terang-terangan, agar tidak makan hati seperti ini. Namun sayangnya, tidak punya cukup keberanian, apalagi saat ini mereka masih ada di lingkup perusahaan. Dan bagaimanapun juga pria itu adalah atasannya.

Entah mengapa, sikap di rumah dan di kantor benar-benar berbeda 180 derajat. Bagaikan langit dan bumi. Jika di rumah Devano selalu bersikap manis dan romantis, maka di kantor adalah kebalikannya. CEO muda itu sangat menyebalkan sekali. Bahkan terkadang, Alana merasa bahwa sang kekasih sengaja mengundang emosi dalam dirinya. Mengesalkan, tetapi dia sangat mencintainya.

Brugh.

"Awh ...." Gadis itu meringis kesakitan sambil mengusap lutut kanan yang tergores trotoar, ketika ada seseorang menyandung kakinya hingga tersungkur. Detik berikutnya, ia kembali berdiri. Menatap tajam pelaku yang sudah sengaja membuatnya terjatuh, sedangkan yang ditatap justru tampak tenang seolah tak berdosa. Membuat amarah dalam diri kian meluap sampai ubun-ubun, tetapi berusaha sekuat tenaga untuk bersabar.

Tari tersenyum puas karena berhasil membuat gadis di depannya terluka, kemudian bersedekap dada.

"Makanya, kalo jalan tu pake mata!"

Alana menghela napas lalu memutar bola mata malas.  Berusaha menunjukkan senyum selebar mungkin, walau tangannya sudah terkepal kuat menahan emosi. Entah mengapa, perempuan di depannya ini suka sekali mengusik ketenangannya. Menyebalkan.

"Lain kali, kalo mau pergi ... otaknya jangan ditinggal ya, Mbak. Soalnya, begonya kelewatan! Lagian, anak kecil aja tau kali ... gunanya mata itu buat melihat, bukan berjalan," balasnya enteng.

"Lo yang bego! Baru putus sama Kiano, malah mesra-mesraan sama Devano. Mau lo apa sih, huh?! Semua cowok lo embat. Harusnya, lo tu mikirin perasaan orang lain! Mentang-mentang Devano lebih kaya, terus lo ngejar-ngejar dia lagi. Cih, dasar sok cantik!"

Tari sengaja meninggikan intonasi suaranya, hingga para karyawan saling berbisik mengomentari Alana. Beberapa dari mereka ikut mencibir, tetapi juga ada yang membela. Sungguh, ia sangat kesal saat melihat potret romantis Alana dan Devano yang dikirim oleh nomor tak dikenal semalam. Pasalnya, selama ini Dirinya yang berjuang, tetapi malah Alana yang dicintai pria itu. Ini tidak adil.

"Kalo ngomong bisa disaring dulu, nggak?! Aku udah lama ya putus dari Kiano, dan tentang Devano ... aku tulus cinta sama dia, bukan karena harta!" Alana menjeda ucapannya. "Nggak semua hal bersangkutan sama materi, apalagi perasaan," lanjutnya sarkas.

"Halah, dasar pembawa sial! Di mana pun lo berada, pasti apa yang ada di sekitar lo bakalan hancur, termasuk persahabatan Devano dan Kiano! Selain itu, lo juga udah ngehancurin impian gue!" Tari menunjuk Alana, dengan napas memburu menahan amarah dalam diri. "Pantesan Ayah ninggalin lo, dia pasti nggak mau kena sial--"

Plak!

Semua orang terkesiap saat Alana melayangkan tamparan keras di pipi Tari, hingga gadis bertubuh tinggi itu meringis kesakitan akibat rasa panas yang ditimbulkan. Sial. Ia tidak pernah menyangka, jika perempuan lemah seperti Alana akan berani menamparnya seperti ini.

Alana menatap Tari tajam, dengan napas memburu menahan amarah yang sudah menggebu-gebu. "Jaga ucapan ka--Akh!"

Ia langsung tersungkur sebelum menyelesaikan ucapannya. Cairan kental warna merah mengalih dari sudut bibir bersamaan dengan rasa panas dan perih di pipi, kala seseorang tiba-tiba datang menamparnya dengan sangat keras. Sakit sekali.

Jadi Sekretaris Mantan [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang