Perkelahian

18.3K 1.7K 300
                                    

Jangan lupa vote dan komentar ☺️
_____

"Alana."

Gavin dan Alana langsung menoleh ke sumber suara, kemudian terperanjat saat melihat segerombolan preman berjalan ke arah mereka.

"Aw!" Gadis itu memekik kesakitan, kala salah satu pria bertubuh kekar, dengan rambut gondrong, kalung rantai, serta pakaian sobek-sobek menarik lengannya kasar hingga berdiri dari tempat duduk.

Sontak, apa yang dilakukannya membuat Gavin langsung berdiri, menatap tajam semua preman itu. "Lepasin dia," titahnya, berusaha untuk sabar.

"Enak aja. Sekarang, cewek ini jadi milik gue, karena Kiano kalah balapan!" jawab Joko—bos preman yang sedari tadi mencengkram erat lengan Alana.

"Kiano?"

Gavin mengerutkan dahi, mendengar pernyataan pria itu. Sedangkan Alana, menangis tersedu seolah merasakan sayatan di hati hingga meninggalkan rasa yang amat sangat perih.

"Lo jangan bohong! Kiano nggak mungkin ngelakuin semua ini!" sentak Gavin tak terima.

Ya, bagaimanapun juga, dirinya tidak bisa langsung mempercayai kata-kata Joko. Apalagi, Kiano adalah anak dari pengusaha kaya, jadi tidak mungkin sahabatnya itu menjadikan Alana sebagai bahan taruhan. Meski sering mengikuti balapan liar, tetapi Kiano belum pernah kalah dari siapa pun, termasuk dirinya.

Pria berambut gondrong itu melempar ponselnya, yang langsung ditangkap oleh Gavin.

Mendadak, raut wajah Gavin berubah menjadi merah padam, setelah membaca pesan yang tertulis di ponsel milik Joko. Sungguh, ia benar-benar kecewa pada Kiano, karena sudah menjadikan gadis sebaik Alana untuk bahan taruhan. Kenapa dirinya bisa yakin bahwa itu Kiano? Karena nomor yang tertera di atas layar, adalah nomor ponsel milik sahabatnya.

[Gue ngaku kalah. Sekarang Alana milik lo seutuhnya.]

Namun, kenapa hati kecilnya masih tidak percaya bahwa pesan ini benar-benar dari Kiano?

"Aw, sa-kit." Alana mencoba meronta sekuat tenaga, melepaskan diri dari cengkraman Joko. Namun, semuanya sia-sia. Justru, hal itu semakin membuat cengkraman di lengannya bertambah kuat.

Sebenarnya, ia bisa saja melawan seperti yang dilakukan pada Gavin tempo hari, tetapi entah mengapa keberanian dalam dirinya lenyap setelah mengetahui bahwa Kiano lah yang ada dibalik semua ini.

"Diem! Lebih baik lo nurut sama kita-kita, daripada tangan mungil lo ini patah," ancam Joko.

"Lepasin!"

Plak. Tamparan keras langsung mendarat di pipi Alana, hingga membuatnya tersungkur dengan darah segar mengalir dari sudut bibir. Rasa panas, sakit, kecewa, takut, marah, dan hampa semua bercampur jadi satu membuat fisik dan mentalnya semakin hancur. Mungkinkah ini adalah balasan untuknya, karena sudah lancang menampar Renata? Entahlah. Yang jelas dia benar-benar sangat takut sekarang.

"Sialan!" sentak Gavin.

Ponsel yang sebelumnya berada di genggaman, kini sudah terlempar jauh di trotoar. Bahkan, bentuknya pun sudah rusak menjadi beberapa bagian. Gavin yang dikenal sebagai pria lucu dan jenaka itu, seolah hilang ditelan bumi. Berganti dengan sosok yang sangat berbeda. Sorot mata yang semula tampak teduh berubah menjadi setajam elang, rahangnya mengeras, urat lehernya terlihat menegang, seolah menandakan bahwa emosinya sudah mulap sampai ke ubun-ubun, napasnya pun kian memburu, dengan tangan terkepal kuat.

"Anak penyakitan kaya lo, mana bisa ngelawan kita semua. Palingan juga langsung masuk rumah sakit, kalo nggak, ya ... langsung dikubur, sih. Dasar lemah." Joko tersenyum sinis, yang langsung disambut gelak tawa mengejek oleh anak buahnya.

Jadi Sekretaris Mantan [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang