Perubahan

12.7K 1.2K 155
                                    

Halo ... apa kabar?
Semoga sehat dan bahagia selalu ya.

Happy reading ....

•••

Satu minggu sudah berlalu, hari ini seorang Gavin Resya Mardani resmi memfokuskan diri mengelola bengkel yang sejak dulu dibangun untuk sekadar hobi, tetapi mulai sekarang akan dikembangkan dengan sungguh-sungguh. Sedangkan perusahaan akan diserahkan pada Devano sepenuhnya, karena selama ini sang kakak lah yang sudah membuat RM Group sukses, dan tetap bertahan walau mengalami jatuh-bangun.

Beberapa waktu lalu ia dan Zainal sudah berpamitan pada rekan-rekan di perusahaan, tanpa disangka semua tampak sedih, bahkan Lila, Rena, dan Gisel sampai menangis seolah tidak akan pernah bertemu kembali. Manis sekali. Padahal semula dirinya mengira mereka akan senang tak ada lagi perusuh di gedung RM Group, tetapi ternyata kebersamaan yang selama ini terjalin begitu membekas di hati.

Ya, siapa yang tidak merasa sedih ketika harus berpisah dengan tiga orang sekaligus, pertama Alana, lalu sekarang Gavin dan Zainal. Kini perusahaan RM Group akan kembali seperti semula, tenang dan damai, tetapi percayalah kerusuhan mereka bertiga akan sangat dirindukan.

Kenapa Gavin memilih mengelola bengkel? Tentu saja karena dia menyukai segala hal yang berkaitan dengan otomotif. Lagi pula, ia hanya perlu mengawasi beberapa karyawan. Itu pun hanya para sahabat, termasuk Zainal.

Dia mulai menyadari, bahwa sekarang bukan saatnya bermain-main seperti dulu, tetapi harus lebih bertanggung jawab, mandiri, serta fokus menata masa depan. Apalagi, ada yang harus dibahagiakan, Silvi-kekasih yang diharapkan akan mendampingi hingga tutup usia. Semoga saja.

Sejenak menghela napas, kemudian tersenyum manis kala melihat bekal di genggaman. Tadi pagi, pujaan hati mampir untuk memberi bekal makan siang, padahal ia bisa ke kantor dulu jika saja diberitahu, jadi tidak perlu ke rumahnya, kan? Ya, rumahnya, tempat tinggal yang dulu dihuni oleh sang ayah dan ibu sebelum meninggal dunia.

Pasalnya, sejak malam di mana mengetahui rahasia yang selama ini disembunyikan Devano, dia memutuskan untuk tinggal seorang diri. Bukan marah, kecewa, atau benci. Hanya saja tidak mau lagi menyusahkan sang kakak. Devano sudah menderita terlalu banyak. Jadi, mulai sekarang dan seterusnya ia akan berusaha mandiri, bertanggung jawab, dan semangat dalam bekerja, apalagi saat ini usianya sudah cukup matang untuk memikirkan masa depan yang lebih cerah.

Tak akan lagi menyulitkan Devano dan keluarga. Dia janji.

"Seneng banget hari ini dimasakin bekal sama calon istri," ujarnya diakhiri kekehan kecil, membuat pria yang sedari tadi menyetir kendaraan roda dua itu mendengkus sebal.

"Lo enak, gue yang sial! Pokonya, mulai besok gue nggak mau jemput lo lagi!" cetus Zainal.

Dahi pria berginsul itu mengerut. "Kenapa?!" Ia bertanya setengah berteriak, agar suaranya didengar oleh sahabat.

"Males jadi laler yang liat lo uwu-uwuan sama Silvi. Lagian, lo 'kan Bos, kenapa nggak pake mobil aja, sih?! Sayang kalo cuma jadi pajangan di garasi!" Lagi, Zainal menjawab dengan nada kesal.

Bagaimana tidak? Ia masih sendiri, tetapi setiap saat harus melihat keromantisan sahabat laknat dan kekasihnya. Lagi pula, harusnya Bos itu berangkat sendiri atau dengan supir pribadi, bukan minta antar jemput secara gratis tanpa biaya. Menyebalkan.

"Ya gimana, lebih enak nebeng soalnya, nggak perlu ngeluarin duit!" balas Gavin dengan raut tanpa dosa.

"Dasar laknat!" sahut Zainal.

Mantan playboy itu terbelalak. "Eh, dilarang ngatain bos! Mau gue pecat lu?!" ancamnya sok berkuasa.

"Pecat aja, kalo mau diturunin di pinggir jalan!" balas Zainal tak mau kalah, dan hal ini sukses membuat nyali bos sekaligus sahabatnya menciut.

Jadi Sekretaris Mantan [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang